Senyap Senja Mendekap Keramaian Transjakarta
Eduaksi | 2022-07-13 22:07:09Deru kendaraan publik roda empat kian melaju. Melewati halte demi halte untuk dinaiki para penumpang setianya. Seakan dikejar oleh waktu, Bus Transjakarta dengan nama sapaan Tije menyambar di tengah lembayung senja langit jalanan Universitas Pancasila, arah menuju Stasiun Manggarai, Jakarta Timur.
Keheningan menyapa lorong Transjakarta rute 4B Stasiun Manggarai - Universitas Indonesia. Hanya ada seorang penumpang muda yang sedang menduduki kursi sisi kanan arah melesat Transjakarta. Terasa hawa dingin air conditioner (AC) Transjakarta merasuki pori-pori kulit, seakan-akan jaket yang sedang melapisi kulit tak berguna kala itu.
Menerawang jendela Transjakarta, wajah senja ibukota menyeruak. Kata tidur dan istirahat tak ada artinya jika melihat lalu-lalang kendaraan tak kalah menderu bersandingan dengan berputarnya roda Transjakarta, di tempat yang kini (masih) menjadi Ibukota.
Senja sekali lagi bercerita, rintik hujan tak membubarkan massa penguasa jalanan. Kemacetan selalu mengiringi setiap sudut kota. Bahkan kehadiran secercah pelangi pasca hujan tidak digubris oleh sekitar.
Dua tiga bus stop terlampaui, masih menuju arah Stasiun Manggarai. Semburat keheningan lorong bus kini telah usai. Berganti oleh kedatangan penumpang yang satu persatu memadati Transjakarta.
Selang enam puluh menit berkutat di dalam Transjakarta, raga kian tersadar dengan senggolan tak sengaja yang sulit dihindari ketika kepadatan penumpang terjadi. Seakan hanya reseptor tubuh yang mendeteksi keramaian, indra pendengaran telinga tetaplah sunyi.
Mulut mereka terkunci dibalik maskernya. Hampir tidak ada sepatah dua patah yang mereka katakan. Hanya sesekali terdengar suara dengan speaker besar yang menginformasikan lokasi bus stop maupun halte pemberhentian terkini Transjakarta. Namun begitu, terlihat mata sayu mengantuk nan peluh lelah tergambar pada wajah para penumpang yang bertabirkan masker.
Rupa mereka beranekaragam. Tua muda berkumpul. Profesi mereka mudah ditebak. Jika terlihat menggunakan setelan jas, kemeja, atau pakaian formal, dan menggunakan kartu pengenal, menjadi tanda bahwa mereka pegawai kantoran.
Memang setiap orang tidak dapat dinilai dari apa yang mereka kenakan. Namun mereka itulah yang akan sering ditemukan di dalam Busway Transjakarta. Terlebih di waktu senja menuju malam kini. Waktu dimana jam bekerja para pegawai berakhir berganti jam pulang kerja.
Ketahuilah, dibalik wajah tertutup masker para penumpang yang memadati moda transportasi publik Transjakarta. Ada mata berbinar para pejuang rupiah yang bertarung peluh untuk segera bertemu dengan keluarga yang mereka nafkahi dengan cinta. Ada pula para pemuda/i tanpa kenal lelah menuntut studi dengan sudi. Selain itu, jangan abaikan wajah bermasker para ibu paruh baya yang bertarung dengan waktu untuk bisa sampai dirumah sebab dinanti anak dan suaminya.
Solusi di Balik Polusi Jakarta
Tujuh belas tahun Transjakarta beredar, upaya kemanfaatan bagi warga Jakarta kian ditebar. Bukan hanya menjadi moda transportasi andalan yang dinilai terintegrasi menyelami sudut tak terjangkau Ibukota. Namun juga diharapkan menjadi salah satu upaya masif dalam mengurangi pencemaran udara.
Senin (29/7/2022), AirVisual melalui kompas.com menyatakan indeks pencemaran udara di Ibu Kota tergolong mengkhawatirkan sebab berada di angka 183 dan masuk dalam kategori tidak sehat. Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa Jakarta kota paling terpolusi No.1 di Dunia.
Kendati demikian tentu diperlukan kolaborasi dari berbagai kalangan untuk sadar dan mulai bertindak mencintai lingkungan demi ekosistem yang lebih baik. Salah satunya upaya meminimalisir kendaraan pribadi dan beralih ke moda transportasi publik seperti Transjakarta yang kini mulai digemari. Hal tersebut disambut baik pula oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui laman sindonews.com Pemprov DKI telah memfasilitasi 30 kendaraan Bus Listrik Transjakarta pada bulan Maret lalu. Tentu semua kalangan tak terkecuali pengguna Transjakarta mengharapkan ada angin segar dibalik berbagai upaya untuk mengatasi polusi Jakarta. Semoga dalam waktu dekat, akan lahir solusi-solusi baru yang terinspirasi dari langkah Transjakarta dalam membuat Jakarta lebih baik.
Waktu menunjuk pukul 19.00 WIB. Sampailah para penumpang di penghujung halte, yakni halte Stasiun Manggarai. Suasana dalam halte tak ubahnya seperti di dalam lorong Transjakarta. Ramai dan padat, dua kata yang selalu mewarnai hari-hari Transjakarta. Namun terdapat kegembiraan setiap tiba sampai tujuan tepat waktu degan bermodalkan tiga ribu rupiah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.