Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Sepuluh November Hari Jasa Pahlawan?

Sejarah | Wednesday, 10 Nov 2021, 18:31 WIB
Illiza Sa'aduddin Djamal, Ketua DPP PPP, berlatar foto Cut Nyak Dhien, di rumoh Aceh (Foto Bunda)

Setiap 10 November, Bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan, lebih tepatnya Hari Pahlawan Nasional. Gelar yang diberikan oleh negara kepada seseorang warga negara RI yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Menelisik pendefinisian Pahlawan Nasional di atas maka sejatinya pahlawan nasional itu tidak berjumlah ratusan apalagi hanya puluhan orang. Sebab orang yang berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara ini jumlahnya jutaan orang dari Sabang sampai Mareuke.

Tapi nyatanya jumlah pahlawan nasional hingga per November 2021 (laman kemsos.go.id) dikutip website zonabanten hanya 200-an orang saja bahkan tidak sampai angka segitu. Nah pertanyaannya mengapa negara ini begitu sulit memberikan gelar pahlawan nasional bagi para pejuang NKRI?

Sikap negara yang demikian tersebut sama saja artinya dengan tidak menghargai jasa para pejuang yang sudah memberikan jasanya yang luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara ini. Artinya negara tidak menghargai jasa pahlawan? Bagaimana bisa disebut menghargai? Bila memberikan gelar pahlawan saja sulit.

Belum lagi negara yang abai terhadap kesejahteraan para mantan pejuang dan keluarga mereka. Para pejuang dibiarkan hidup seadanya dengan penuh kekurangan. Padahal mereka sangat membutuhkan perhatian dan uluran bantuan semua pihak. Terutama dari negara.

Memang, mereka tidak berharap bahwa jasa yang telah mereka berikan untuk kemerdekaan bangsa ini ditukar dengan sejumlah materi. Saya rasa tidak sedikit pun terbesit dalam hati mereka untuk meminta imbal jasa atau balas budi dari negara ini. Sebab mereka para pejuang yang ikhlas memberikan apa saja bagi bangsa dan negaranya.

Namun jangan karena itu, negara juga tidak peduli pada penderitaan mereka yang hidup dibawah kemiskinan dan serba kekurangan. Ya sudah lah tidak mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional lalu ditambah pula dikhianati perjuangan mereka. Ini sangat menyakitkan dan sama sekali tidak menghargai.

Jadi slogan Bangsa yang Besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawan hanyalah isapan jempol belaka. Hanya menjadi lips service yang sangat menyenangkan hati para keluarga pahlawan. Faktanya slogan tersebut tidak benar-benar dilaksanakan.

Mungkin Anda masih ingat foto seorang kakek yang viral bahkan menjadi bahan candaan di media sosial beberapa tahun lalu. Kakek tersebut telihat sedang mengemis di salah satu sudut kota. Beliau bernama Anwar. Ternyata diketahui Anwar bukanlah kakek sembarangan. Dia seorang mantan pejuang kemerdekaan RI.

Seorang pejuang kemerdekaan yang punya pangkat terakhir letnan kolonel. Dia mantan komandan kompi yang pernah berada di barisan depan saat melawan penjajah seperti Jepang, Inggris, dan Belanda di Sumatera Selatan.

Zaman merebut kemerdekaan, Anwar mengalami berbagai hal tak menyakitkan. Kaki tertembus peluru, tertangkap, dibui, mengalami penyiksaan oleh penjajah, dan sebagainya. Namun itu tentunya tak membuat dia gentar. Hingga akhirnya sang saka merah-putih berkibar. Begitu luar biasa kegigihan Anwar demi bangsa dan negara ini.

Namun kegigihan Anwar bahkan siap mengorbankan nyawa nya bagi anak cucu generasi penerus pengisi kemerdekaan tidak sebanding dengan nasibnya yang terlunta-lunta. Hingga terpaksa mengemis demi menyambungkan hidup dirinya sendiri. Lantas pertanyaan kita dimana negara? Mengapa tidak menghargai jasa Anwar?

Anwar yang hidup sebatang kara. Dia menumpang di sebuah rumah warga di Kota Padang. Setelah semua pekerjaan dia lalui bahkan sempat terjerumus ke lembah hitam, pada akhirnya Anwar menyerah pada nasib dan menjadi pengemis. Sangat menyedihkan bukan? Ini baru satu contoh kasus. Masih banyak lagi lainnya yang tidak terekspos.

Jika negara saja begitu buruk memperlakukan sang para mantan pejuang. Lalu bagaimana rakyat kebanyakan akan menghargai jasa para pahlawan? Bila pahlawan nasional saja negara masih pilih-pilih padahal seluruh para pejuang adalah pahlawan dan mereka tersebar di seluruh tanah air bahkan ada yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah.

Sikap Pemerintah (negara) tersebut bukan hanya tidak bijak secara etik termasuk tidak memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, tapi juga telah melanggar undang-undang yang mewajibkan Pemerintah untuk menjamin kesejahteraan umum seluruh rakyat, bangsa dan negara. Apalagi terhadap para pahlawan kita.

Fenomena ini dapat berdampak tidak baik bagi rasa nasionalisme dan patriotisme generasi pengisi kemerdekaan sekarang dan kedepan. Generasi muda tidak lagi ingin menjadikan dirinya sebagai sosok pejuang bagi bangsa dan negara karena mereka melihat tidak ada penghargaan sama sekali dari negara baik untuk dirinya dan keluarga.

Justru sebaliknya, pemuda zaman kini lebih senang memilih berkarya untuk negara lain yang lebih menghargai mereka. Jika sudah begini maka pertahanan nasional sedikit banyak akan mendapatkan pengaruh negatif dan melemah. Oleh sebab itu secepatnya Pemerintah menginventarisir para pejuang dari berbagai pelosok daerah dan mengangkat mereka sebagai pahlawan lalu memperhatikan kesejahteraan keluarganya.

So, bila tidak, maka jangan salahkan bila diantara banyak anak-anak milenial yang lebih mengidolakan bintang film Hollywood dibanding pahlawan bangsa. Bahkan tak sungkan mengatakan "memangnya kenapa bila tidak hargai jasa pahlawan?" (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image