Cosplay Pahlawan, Cara Jitu Memaknai Hari Pahlawan di Masa Sekarang
Gaya Hidup | 2021-11-10 09:53:47Saya berjalan tertatih dalam barisan bersama teman-teman, memakai baju dipadukan dengan celana panjang dan kain sarung yang dilipat sampai lutut. Kepala hanya di tutup dengan sehelai selendang tipis. Pakaian yang dianggap sebagai pakaian pahlawan wanita asal Aceh, Cut Nyak Dhien.
Hari itu adalah puluhan tahun yang lalu, saat saya mengikuti karnaval peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November. Pawai atau karnaval merupakan momen yang ditunggu oleh anak-anak. Pawai yg dilaksanakan setiap hari besar nasional dengan memakai pakaian bermacam jenis dari pakaian adat, profesi bahkan pahlawan. Walaupun lelah berjalan ratusan meter tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk ikut serta sebagai peserta karnaval.
-------------
Setiap masa kepemimpinan akan mempengaruhi dengan regulasi yang lahir. Beberapa dekade lalu, setiap peringatan hari-hari besar bersejarah bagi bangsa ini ditandai dengan seremonial beragam. Dari pelaksanaan upacara, event pameran dan bazar sampai dengan karnaval yang melibatkan masyarakat umum.
Salah satu hari yang selalu diperingati oleh bangsa Indonesia adalah Hari Pahlawan, yang jatuh pada tanggal sepuluh bulan November setiap tahunnya. Penentuan hari pahlawan ini bermula dari memperingati perjuangan para pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan penjajah (tentara Inggris) pada 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya yang bermula dari tewasnya Brigadir J.Mallaby pimpinan tentara Inggris yang bertugas di wilayah timur.
Padahal masa-masa tersebut merupakan masa genjatan senjata yang telah diumumkan. Akibat tewasnya pimpinan mereka, tentara Inggris memberikan ultimatum sampai dengan tanggal 10 November 2021 untuk menyerahkan semua persenjataan yang dimiliki rakyat Surabaya. Namun rakyat tidak mau menyerah sehingga meletuslah pertempuran yang banyak memakan korban jiwa sipil. Pertempuran ini merupakan pertempuran pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indoensia 17 Agustus 1945.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarah bangsanya. Bagaimanapun bangsa Indoensia adalah bangsa yang telah melalui perjuangan yang tidak mudah. Banyaknya bukti sejarah menunjukkan besarnya pengorbanan yang dilakukan pendahulu bangsa ini.
Dimasa sekarang yang lebih dikenal dengan generasi 4.0 membutuhkan pengingat sejarah bangsa ini. Melalui peringatan hari pahlawan dapat menjadikan generasi gadget ini mengetahui bagaimana perjuangan pendahulu bangsa ini sehingga tetap mengingat jasa pahlawan.
Alangkah baiknya jika pemerintah membuat sebuah regulasi untuk mengingat kepahlawanan ini melalui even-even yang yang bernuansa muda dan yang menjadi minat dari anak-anak muda ini. Salah satunya adalah dengan even Costplay.
Costplay adalah adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku permainan kostum disebut pemain kostum/cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai coser
Tidak seperti di Jepang, Cosplay mulai dikenal di Indonesia itu saat masuk tahun 2000 saat Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan sebuah event bertajuk Gelar Jepang UI khusus sebagai Event Cosplay yang ternyata, belum mendapatkan antusias yang besar dan sepi peminat pada saat itu (Dafonda.com).
Beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan mengapa pentingnya cosplay pahlawan di hari pahlawan antara lain, pertama, generasi muda sekarang lebih mudah menyerap informasi melalui minat dan hobi mereka. Melalui cosplay pahlawan pada peringatan hari pahlawan dapat meningkatkan pemahaman dan semangat mereka mengenal pahlawan bangsa ini.
Pahlawan-pahlawan negeri ini berjuang dalam segala bentuk. Ada yang memakai senjata tajam, artinya melindungi wilayahnya dari penjajah yang memasuki dan ingin menaklukan daerah tersebut. Ada juga pahlawan yang memakai kemampuan diplomasinya untuk kemerdekaan negeri.
Kedua, dengan melaksanakan even cosplay di peringatan Hari Pahlawan diharapkan generasi sekarang tidak melupakan sejarah. Dengan tidak melupakan sejarah juga membuat rakyat negeri dapat mengingat alasan negeri ini terbentuk. Sebelum bangsa Indoensia diumumkan ke seluruh dunia, daerah tersebut hanyalah kerajaan kerajaan kecil yang melawan penjajahan. Namun keinginan untuk terlepas dari penjajahan membuat orang-orang pada masa itu bersatu padu, melupakan ego sektoral dan kewilayahan tetapi memandang sebuah kesatuan.
Ketiga, agar tidak mengalami kehilangan harga diri. Kehilangan harga diri yang menyebabkan seseorang bahkan sebuah negeri menjadi hancur. Pada saat kehilangan harga diri itu terjadi maka musnah sudah semua perjuangan yang telah di capai. Harga diri sebuah negeri sangat ditentukan dari perilaku orang orangnya. Bagaimana rakyat negerinya membela hak tanpa mengabaikan kewajiban, melindungi apa yang menjadi isinya tanpa menguraikan dengan rakus. Mencegah kehilangan harga diri adalah wujud cinta negeri yang ingin dicapai oleh perdana menteri pada rakyatnya.
Dalam era yang serba canggih dan digital, karnaval sudah jarang dilaksanakan, apalagi untuk perayaan hari nasional seperti hari pahlawan. Anak-anak sekarang tidak dapat lagi melihat jenis pakaian adat atau kepahlawanan secara langsung. Mereka lebih sering melihat pakaian pahlawan marvel dari Amerika atau tokok komik Jepang atau Korea.
Keengganan mengikuti karnaval disebabkan antara lain capek harus berjalan ratusan meter dengan pakaian khusus atau malu untuk tampil secara ramai dan muncul di jalan dengan di tonton banyak orang.
Tetapi dengan adanya even cosplay yang dilakukan secara berkala dan terus menerus tentunya akan mengurasi rasa enggan untuk mengingat jasa pahlawan. Tentunya cosplay yang dilaksanakan berkaitan dengan hari-hari besar nasional sebagai salah satu bukti bahwa kita tidak pernah melupakan jasa pahlawan dan sejarah yang mengikutinya. (RbR)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.