Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Purwanto,M.Pd

Kejutan Saat Membiasakan Bedah Buku

Eduaksi | 2021-11-06 19:51:12
Gambar: Bedah Buku (DokPri)

“Hidup ini bukan soal kompetisi melainkan soal kontribusi”

Prinsip ini menjadi salah satu keyakinan (belief) dalam diri saya sebagai prasyarat perkembangan diri seseorang. Pengalaman hidup saya makin memperkuat belief itu. Keyakinan itu pula yang mendorong saya merancang kegiatan “guru sharing membaca”. Kegiatan ini kami laksanakan setiap hari Jumat secara bergiliran. Setiap guru membaca minimal satu buku dalam satu semester. Setelah membaca guru men-sharing-kan isi buku tersebut dengan satu pesan, “Hal-hal apakah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sebagai guru kepada siswa dan orangtua?”

Banyak sekali kejutan yang saya perolah dari guru-guru yang sharing setelah membaca buku. Kejutan pertama, kemampuan kritis guru makin tajam ketika membaca buku dengan sebuah pesan untuk dipresentasikan/di-sharing-kan. Untuk mendapatkan pesan tersebut setiap guru yang membaca buku harus mengetahui latar belakang penulis buku itu. Di sinilah pentingnya mengambil isi buku dari konteks riil penulis dan menempatkan dalam konteks riil pembaca (guru).

Gmbar: Guru Sharing Membaca (DokPri)

Kejutan kedua kemampuan literasi guru makin baik. Kita yang berkecimpung di dunia pendidikan-atau Anda dalam bidang Anda masing-masing berlaku ungkapan berikut, “Kita tidak mungkin memberikan kepada orang lain apa yang tidak kita punya” Kita bisa memberikan ketika kita mempunyai. Saat ini gerakan literasi bukan hanya sebuah slogan tetapi sebuah tuntutan yang praktis menjadi praksis pendidikan di sekolah. Setiap guru dalam pengajaran berfokus pada siswa untuk pengembangan literasi selain numerasi. Anda bisa bayangkan ketika guru lemah dalam literasi harus melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kompetensi literasi siswa. Yang terjadi seperti badut. Siswa tertawa atau bengong. Kegiatan guru sharing membaca menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan literasi guru.

Kejutan ketiga yang saya perolah terkait dengan kesadaran guru menyadari diri sendiri yang semakin jujur. Asik banget ketika kita mendengar guru mengungkapkan, “Saya sendiri masih jauh dari apa yang diharapkan penulis buku ini”. Di sini saya teringat apa yang dikatakan oleh orang bijak-yang ungkapan ini juga saya tulis dalam buku saya “Kami itu Istimewa” (2021). Ungkapan itu berbunyi kurang lebih demikian, “Ketika Anda menjumpai orang yang keras kepala, tidak perlu Anda menasehati dia. Cukup Anda beri dia buku untuk dibaca karena dia tidak akan marah kepada buku ketika buku itu mengkritik dirinya”. Dengan membaca buku dan men-sharing-kan, guru sudah melakukan refleksi bersama dengan teman-teman guru lain. Hal ini sangat cocok dengan apa yang pernah dikatakan Filsuf Yunani, Socrates, “Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani”

Tentu saja meyadarkan seseorang dari keadaan dirinya yang masih harus banyak belajar tidaklah mudah ketika dilakukan dalam formatio resmi, yaitu dengan memanggil guru secara pribadi ke ruangan kita. Membaca buku dan men-sharing-kan bukan hanya menyadarkan kepada guru tersebut untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kompetensi tetapi juga memberi kesempatan kepada guru tersebut untuk berkontribusi terhadap perkembagan diri orang lain. Dan sesungguhnya ini adalah kodrat kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial. Setiap orang bertanggung jawab terhadap perkembangan diri orang lain. Hidup ini menjadi sangat indah ketika setiap orang menyadari panggilan bahwa dirinya bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kesuksesan orang lain. Karena itu hidup bukanlahsoal kompetisi melainkan soal kontribusi.

#gurukuatbangsakuat

#gurusharingmembaca

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image