Menggugah Budaya Baru dari Seorang Guru
Eduaksi | 2021-11-02 09:39:57Sambil menunggu waktu sholat dhuhur saya membuat coretan untuk menuangkan ide atau gagasan yang menari-nari di atas kepala, gagasan-gagasan ini berangkat dari fenomena budaya yang tumbuh tidak sesuai dengan harapan. Lalu kemudian memunculkan satu pertanyaan, bagaimana cara membuat budaya?
Memory ini tiba-tiba ingat pada kalam ilahi yang secara nash tersebut artinya
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Ayat ini menggugah pikiran saya, bahwa dari ayat inilah seharusnya budaya itu dibentuk. Terlebih dalam lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah asset pembentukan karakter masyarakat. Oleh karena itu perlu ditekankan keteladanan menjadi basis utama dalam pembentukan budaya.
Kita tidak akan mampu menciptakan lingkungan kelas yang bersih, masyarakat sekolah yang disiplin dengan kata-kata, atau sederet ungkapan kalimat para tokoh yang dipajang ditiap dinding. Karena sejatinya itu hanyalah benda mati untuk hiasan yang memiliki dampak kurang siginifikan.
Pembentukan budaya baru harus dimulai dari orang-orang yang berpengaruh. Dalam lingkungan kelas, maka guru adalah orang yang memiliki pengaruh dalam mengendalikan situasi kelas. Karena itu budaya kelas yang bersih, disiplin dan tertib harus lahir dari karakter seorang guru.
Cara untuk membuat guru berkarakter dan memiliki pengaruh dalam kelas adalah seorang guru harus memiliki gambaran tentang dirinya. Gambaran tentang nilai-nilai yang akan dibentuk dan ditularkan kepada para peserta didik. Misalnya, ketegasan seorang guru tentang kebersihan. Budaya kebersihan kelas dapat dibentuk dari nilai-nilai kebersihan yang dipraktekkan oleh guru dan dilihat oleh anak-anak. Ketika seorang guru masuk dan melihat ruang kelas sangat kotor. Maka tanpa kata-kata untuk memerintah siswa membersihkan kelas, seorang guru harus bertindak untuk mengambil sampah-sampah yang berserakan. Merapikan kursi dan meja yang tidak terta-tata rapi. Biarlah semua siswa melihat apa yang dilakukan oleh gurunya. Setelah semua rapi dan bersih. Saatnya guru berbicara tentang gambaran dirinya, nak, saya tidak suka ruang kelas yang kotor dan tidak tertib. Saya mohon besok ketika saya masuk ke kelas ini minggu depan, maka ruang kelasnya harus sudah bersih dan rapi.
Contoh lain, seorang guru masuk ke kelas. Namun siswa masih bermain-main di halaman dan tidak bersegera untuk masuk ke kelas. Guru harus punya sikap yang tegas. Ketegasan tersebut dapat dilakukan dengan memulai kelas dan mengunci pintu. Adapun siswa yang terlambat diminta untuk di luar pintu kelas dan menunggu hingga pelajaran selesai.
Gambaran diri itu perlu diulang-ulang terus oleh para guru sehingga tetanam dalam benak para siswa. Jika gambaran diri seorang guru sudah dipahami oleh para siswa, maka siswa secara otomatis akan berperilaku dengan gambaran diri seorang guru. Jika ini dilakukan secara kolektif oleh semua guru di sekolah. Maka sangat mungkin budaya baru itu bisa dibentuk
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.