Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Witoadi, Lebdo Prabowo

Persembahan Terakhir Badut Terbaik

Sastra | 2021-11-01 17:33:50
Sumber: https://www.kompasiana.com/hatitinta7242/5ee6f7f4097f3616534e8782/cerpen-badut-paling-lucu

Rangkaian huruf-huruf ini tertulis saat sedang berlangsungnya hujan yang tidak deras, namun kabar akanmu memperderas keadaanku.

Kabar yang datang pada saat-saat yang bagimu tepat, kemudian.

Akhirnya aku sampai pada tempat yang selama ini tidak ada dalam perkiraan.

Merasa bodoh? Ya, bahkan merasa BADUT terbaik!

Bodohku itu memiliki wujud, dia berwujud penjara yang tidak terkunci, didalamnya terdapat aku yang terbaring beralaskan ingatan. Yang entah mengapa ingatan ini menggerakan tanganku untuk melukiskan susunan huruf ke huruf, kata ke kata, menjadi kalimat apa? Entahlah, nyanyian gemercik air masih setia mengiringi, lembut.

Saat kita bersua lagi, esok atau entah hari lain, aku berharap, aku tidak terkejut oleh perubahan.

Aku tetap akan memberimu perhatian, di tiba saatnya kita kembali menjadi sebatas teman atau cukup hanya pernah saling mengenal, dan sama-sama sudah tak saling datang mengundang harapan.

Yang aku tawarkan adalah perhatian wajar, tanpa ada hasrat untuk meminta apa yang sudah pasti berujung luka. Kalaupun kelewatan itu hanya nafsu ku akanmu belaka.

Aku. Pasti tetap menyayangi, sayang yang lain, jauh dari yang pernah diberikan.

"AKU TIDAK AKAN MENGETUK HATIMU, MELAINKAN MENDOAKAN HATIMU YANG SUDAH DITEMPATI ORANG YANG TEPAT"

Walau kita hanya saling mengingat jejak yang berujung kehilangan, setidaknya kita tidak kehilangan daya untuk menikmati hidup. Tapi ini selayaknya tak berlaku untukmu.

Di dalam keheningan hujan gemericik yang bersenandung, dibalik tirai perih kita perlu menjaga jarak untuk bisa memanjakan diri kita sendiri.

Dari dulu aku hidup bersama dengan tujuh temanku yang paling gemar mempertanyakanmu, dan kupastikan mereka tidak akan mempertanyakanmu lagi. Untuk terakhir kalinya, aku perkenalkan mereka, namanya Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, dan Minggu.

Sekarang benar-benar akhir kalimat ini, "Apa kita akan tertawa bersama-sama lagi, sedang yang menangis tetap aku sendiri?".

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image