Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image RESNASARI ANDINI

Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Ibu

Gaya Hidup | 2021-10-31 23:23:32
Ilustrasi interaksi orang tua dan anak (Sumber : Edukasi Kompas)

Memiliki kemampuan fasih dalam berbahasa Inggris, saat ini menjadi kebutuhan setiap orang karena Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Hal ini akan mempermudah setiap orang dalam memahami informasi dari seluruh dunia.

Sebagian orang tua tentu menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk anaknya sehingga hal itu dipersiapkan sedini mungkin, salah satunya dengan mengajarkan anaknya Bahasa Inggris. Kendati demikian, tak sedikit orang tua yang menjadikan Bahasa Inggris menjadi bahasa ibu untuk anaknya.

Siane Indriani dalam sebuah forum di Universitas Pelita Harapan berkata, bahwa 80% pertumbuhan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir sampai sebelum usia 8 tahun. Sisanya, sebanyak 20%, ditentukan selama sisa kehidupan mereka setelah masa kanak-kanak berlalu. Ada juga yang berpendapat bahwa anak pada usia golden age (0-5 tahun) dalam menyerap informasi seperti air yang langsung terserap pada sponge.

Hal ini dianggap positif bagi sebagian orang, apalagi ditambah dengan mentalitas yang sebagian orang Indonesia miliki, yaitu mental kolonial atau mental inlander dimana internalisasi inferioritas etnis atau budaya yang dirasakan oleh suatu kelompok yang pernah dijajah. Mental ini berkeyakinan bahwa nilai budaya penjajah lebih unggul daripada nilai yang dimilikinya sendiri. Sehingga orang tua yang berhasil menjadikan bahasa inggris menjadi bahasa ibu untuk anaknya dianggap orang tua hebat, orang tua yang berhasil patut diapresiasi. Namun, apakah ini menjadi tindakan yang baik pula?

Dampak yang terjadi bila anak menjadikan bahasa inggris menjadi bahasa ibu adalah sulitnya bersosialisasi. Mengapa demikian ? karena faktor lingkungan sekitar. Di Indonesia, mayoritas memiliki bahasa ibu yaitu bahasa daerah atau bahasa Indonesia bukan bahasa Inggris. Sehingga dalam interaksinya pun pasti menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Anak di usia dini tentu membutuhkan sebuah tempat atau lingkungan untuk bersosialisasi.

Hal ini terjadi kepada salah satu anak di Bandung, usianya sekitar 10 tahun. Saat ini, hidupnya menjadi eksklusif dia jadi membatasi untuk berinteraksi dengan orang lain karena bahasa ibu yang berbeda. Dirinya kurang mengerti dengan bahasa di sekitarnya sehingga sulit untuk dirinya memahami suatu informasi. Eksklusifitas ini tentu tidak baik untuk anak. Selain itu, di usia dini, banyak hal kecil yang bisa dijadikan pelajaran dari sekitarnya, namun karena keterbatasan dalam memahami bahasa, bisa menjadikan ini sebagai hambatan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image