Mengapa Berbahasa yang Baik Terkesan Asing?
Curhat | 2021-10-31 21:42:54Dih, apaan banget sih lo? Bahasanya gausah sok formal gitu deh.
Kaya orang tua aja nih, pake bahasa baku banget,
Lah, lo kira ini taun 80-an gitu, masi aja pake bahasa kaya gitu,
Kalimat tersebut sering saya dapatkan ketika mencoba menggunakan padanan bahasa yang baik pada lingkungan saya, saya terkesan menggurui jika mencoba membenarkan padanan kalimat mereka. Mengapa hal tersebut menjadi hal yang sensitif? Apakah kita tidak dapat menormalisasi penggunaan bahasa yang baik?
Eksistensi bahasa yang baik sudah pudar, malah dianggap sangat amat asing di tengah masyarakat kita. Padahal entah apa salahnya melestarikan atau menjadi itu bagian dari kehidupan keseharian kita, namun miris. Realitas yang terjadi tidak sedikit orang menghiraukan bahkan mulai melupakan penggunaan bahasa yang baik dan lebih mengagungkan penggunaan bahasa gaul.
Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul atau akrab disebut dengan slang word dan mirisnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul dari pada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Tak jarang juga, penggunaan bahasa yang baku dianggap sangat amat kuno bahkan banyak masyarakat khususnya pada remaja dan ada fenomena bahasa dengan mencampur adukkan penggunaan bahasa seperti penggunaan kalimat slang Indonesia dengan kalimat slang bahasa asing. Bisa dibilang, penggunaan bahasa Indonesia yang benar sudah pudar bahkan punah dalam keseharian kita.
Orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar itu sangat perlu dihargai. Dengan orang tersebut menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, artinya dia sudah secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi untuk melestarikan identitas dan budaya kita yang makin kesini makin tidak terlihat.
Makin kesini juga saya melihat kalau orang yang pake bahasa indonesia yang baik dan benar itu dianggap aneh dan bahkan sampai ditertawakan oleh lingkungan sekitarnya. Miris. Padahal itu identitas kita sebagai bangsa.
Seharusnya, apa yang dilakukan orang-orang yang dianggap aneh itu lah yang harus kita lakukan. Memang apa salahnya dengan identitas dan budaya sendiri? Malu dengan bangsanya? Malu dengan negaranya?
Iya! Saya malu! Saya pun malu melihat bangsa saya, negara saya dengan kondisinya yang setiap hari penuh dengan kasus-kasus tidak pentingnya. Tapi bukankah bangsa dan negara itu adalah kita? Memangnya kalau kita sendiri dipermalukan, mau selalu dipermalukan? Kapan bisa kuat untuk berdiri diatas kaki sendiri? Kapan bisa kuat menghadapi persaingan di luar sana? Negara dan bangsa di luar sana semakin hari semakin bangga dengan budayanya. Semakin bangga menunjukkannya ke dunia.
Pasti kita pun sama. Ingin dikenal dunia, ingin dihargai dunia. Cita-cita yang besar dan rasanya tidak mungkin apabila negara dan bangsa kita masih dipenuhi dengan masalah-masalah setiap harinya. Namun saya percaya bahwa suatu yang besar selalu berawal dari yang kecil. Langkah kecil yang berarti, langkah kecil yang dihargai, langkah kecil yang dibiasakan. Langkah kecil untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Mulailah untuk menormalisasi penggunaan bahasa yang baik dan benar, dengan melakukan hal kecil seperti ini, kita dapat menuju perubahan yang besar pula.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.