Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Witoadi, Lebdo Prabowo

Imajinasi Akan Masa-Masa Itu....

Sastra | 2021-10-30 17:41:49
(Sumber: https://mediaindonesia.com)

Lagipula aku tidak tahu mengapa jatuh hati ini kepadamu. Soalnya, soalnya kamu itu, kamu itu cantik.

Kamu juga sama sekali tidak keberatan bersama dengan orang sepertiku ini. Walau keluargaku berisik, kamu juga tidak sungkan untuk meladeni mereka. Kurasa kamu dibesarkan oleh keluarga yang baik. Lalu, walau sedikit egois, aku merasa suatu kesempatan. Berkatmu.... Aku bisa melakukan hal-hal yang baru.

Terlebih, kamu itu imut. Terus kamu juga tinggi. Pokoknya kamu itu... Sangat, sangatlah hebat! Maka dari itu, justru aku yang tidak tahu... Alasan mengapa engkau mau bersamaku.

Apa kamu baik-baik saja? Maaf, aku habis berbuat buruk lagi, kan?

Kau pengguna sihir kah? Akan lebih hebat kalau aku juga pengguna sihir, aku bisa menggunakan sihir kepadamu, kan?

.................................................................................

–Tulisan diatas hanya bayangan jawaban, jika kau bertanya akan ku padamu di masa depan –

.................................................................................

Sekarang aku mau lanjut menulis lagi.

Aku tidak ingin melupakannya, karena dia telah memberikan semuanya kepadaku! Padaku yang bertangan hampa ini, dia telah memberikan semuanya! Mana mungkin aku bisa melupakannya, kan?

Kalau begitu aku menerima kenyataan? Mana mungkin, dibandingkan hidupku yang sebelum bertemu dengannya, saat ini aku lebih bahagia. Aku ingin pergi ke dunia tempatnya berada. Sekalipun pada nyatanya, di dunianya tiada aku.

Satu-satunya kelemahan di dunia nyata, tahukah kamu apa itu?

Meskipun kamu telah mengatakan begitu banyak kata-kata kecemasan, dan meskipun ada hal yang begitu keras kamu perjuangkan, serta sebanyak apapun kata-kata mu. Tetap ada hal yang tidak boleh kamu cintai.

Walaupun di dunia nyata tidak ada tombol reset, tetapi ada satu hal yang masih bisa dilakukan! Re-start!

Dia adalah kamu.

Dasar aku pengecut!!!!

Namaku (...........................). Mungkin kamu sudah tiada memperdulikan aku lagi, tapi aku tetap masih mengenalmu. (...........................)! Itu namamu kan? Aku yang dulu, melulu dengan sengaja tidak pernah memanggil namamu dengar benar.

Pada saat kamu sedih, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun memang aku tidak punya hak untuk diingat olehmu, tetapi, kamu adalah satu-satunya orang yang kusukai dalam 365 hari setiap tahunnya! Aku tidak pernah sedikitpun melupakanmu. Tidak, ini tidak ada hubungannya sama sekali. Tidak ada hubungannya!

Aku punya permintaan, hari ini, maukah dirimu, sekali lagi mengulang dari awal bersamaku? Maaf.

.............

"Jangan menangis... kakak." begitu jawaban lembut yang keluar dari mulutmu, tersenyum dirimu memberikan pelukan yang belum pernah sekalipun kita lakukan.

.................................................................................

–Tulisan lanjutan diatas hanya imajinasi, jauh sebelum kau bertanya akan ku padamu di masa depan, belum menjadi kenyataan –

.................................................................................

*Titik Lemah*

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image