Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sahla Layyin Azkia

Perayaan Bulan Bahasa dan Sastra Nasional, Untuk Siapa?

Eduaksi | Saturday, 30 Oct 2021, 07:30 WIB
Sumber: Unsplash

Bulan bahasa dan sastra diperingati setiap bulan Oktober. Hal ini merujuk pada bulan ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Bahasa Indonesia merupakan anugerah bagi kita tentunya, bangsa yang memiliki ratusan bahasa daerah. Karena itu, bulan bahasa diperingati setiap tahunnya agar kita bisa terus teringat akan pentingnya bahasa Indonesia.

Namun, bagaimanakah selama ini kita merayakan bulan bahasa dan sastra nasional? Bertambahkah kecintaan kita pada bahasa Indonesia di setiap peringatan ini? Atau malah kita baru mengetahui tentang perayaan bulan bahasa?

Perayaan yang dilakukan selama sebulan dalam satu tahun ini memang jarang terdengar gaungnya. Tidak seperti perayaan Hari Kemerdekaan, perayaan hari pahlawan, dan hari besar nasional lainnya. Bahkan dalam perayaan Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober pun, kita jarang mendengar perayaan bulan bahasa dan sastra nasional ini dibahas. Padahal memperingatinya merupakan salah satu bentuk nyata pengabdian pada sumpah pemuda.

Peringatan bulan bahasa dan sastra nasional juga penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat literasi paling rendah di dunia. UNESCO menyebutkan bahwa dari 1.000 orang di Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca. Tingkat literasi tentunya merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan sebuah masyarakat karena membaca adalah salah satu faktor penting sumber daya manusia (SDM) di suatu negara.

Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Budaya dan Ristek (Kemendikbudristek), telah berupaya meningkatkan literasi di Indonesia melalui Gerakan Literasi Nasional (GLN), yang diadakan sejak tahun 2016. Program ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antar unit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkan dan membudayakan literasi di Indonesia.

Untuk memperingati bulan bahasa dan sastra tahun ini, pemerintah melalui Kemendikbudristek mengambil tema "Berbahasa Sehat, Indonesia Tangguh". Menurut Aminudin Aziz selaku ketua Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, tema ini berkaitan dengan kondisi Indonesia yang dalam dua tahun ini dilanda oleh wabah Covid-19. Rangkaian acara terdiri dari berbagai kompetisi, apresiasi, dan diskusi.

Namun, selama ini, peringatan bulan bahasa kebanyakan hanya diselenggarakan di lingkungan akademisi dan penggiat bahasa Indonesia. Biasanya sekolah dan kampus mengadakan berbagai kegiatan untuk memperingati bulan bahasa seperti lomba cipta puisi, menulis artikel, diskusi dan bedah buku. Bahkan mungkin tidak semua sekolah dan kampus mengadakan acara ini untuk memperingati bulan bahasa dan sastra nasional.

Lalu, apakah benar jika perayaan bulan bahasa dan sastra hanya diperingati para akademisi dan penggiat bahasa? Tentu tidak.

Sudah seharusnya seluruh masyarakat Indonesia ikut memeriahkan berbagai kegiatan dalam perayaan bulan bahasa. Terlebih lagi jika kita melihat penggunaan bahasa Indonesia pada masyarakat kini makin melenceng dari kaidah bahasa Indonesia.

Peringatan bulan bahasa dan sastra nasional ini seharusnya menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Karenanya, perayaannya harus dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Kini tugas kita adalah turut mendukung segala bentuk peringatan bulan bahasa ini agar dapat dirasakan oleh seluruh warga Indonesia. Mulai dari di lingkungan terkecil, yaitu keluarga lalu ke lingkungan masyarakat sekitar yang lebih luas. Masyarakat harus menyadari betapa pentingnya peringatan ini. Dengan begitu, tingkat literasi di Indonesia akan lebih cepat meningkat.

Selain itu, dengan adanya peringatan ini, masyarakat diharapkan lebih mengenal dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Apalagi di tengah pesatnya arus globalisasi yang membuat bahasa asing makin marak digunakan oleh masyarakat kita. Kita harus teguh pada identitas milik bangsa kita, yaitu bahasa Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image