Deideologisasi Santri
Politik | 2021-10-29 14:11:33Oleh: Mariyam Sundari
Karena itu, sangat krusal untuk diwaspadai jika terdapat upaya-upaya membelokkan potensi santri. Keunggulan untuk mengukuhkan eksistensi rezim sekular dan hegemoni kapitalisme. Misalnya deideologisasai ajaran Islam dalam kurikulum pesantren.
Di mana, terdapat pemahaman umum di tengah-tengah masyarakat, bahwa ada pesantren yang hanya mengajarkan Islam sebatas ilmu alatnya, seperti bahasa Arab, fikih, syarah, kitab-kitab syarah hadits, tafsir dan lain sebagainya.
Namun melupakan poin-poin yang memuat semua sistem perpolitikan dalam Islam, sistem pergaulan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan dan pembelajaran Islam, sistem peradilan dan persanksian dalam Islam, sistem pemerintahan Islam, siroh Nabi Saw, bahkan hingga ke ranah aktualisasi dakwah dan jihad.
Padahal Islam adalah metode kehidupan, di mana tata aturan kehidupan Islam-lah yang akan digunakan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dan inilah yang lebih diberdayakan di pesantren. Bukan pembelajaran yang sekedar ilmu alat saja.
Akan sangat populer jika ada santri, alumni pesantren, atau bahkan kyai, yang masih menghalalkan riba, aktivitas hura-hura dengan hiburan dari biduan, menista bendera tauhid, termasuk juga yang abu-abu tanda ketidaktegasan terhadap perbedaan yang haq dan yang bathil.
Belum lagi jika sedang tahun politik, yang memanfaatkan pesantren sebagai kantong massa demi mendongkrak perolehan suara.
Tak perlu heran, jika ada para elit politik praktis yang berguna untuk memberi 'blusukan' ke pesantren-pesantren, memberikan bantuan dana, fasilitas, dan sebagainya. Padahal, ini sungguh meminggirkan sekaligus menumpulkan posisi strategis santri tadi.
Seyogianya kita juga ingat kembali, bahwa penetapan HSN erat dengan Resolusi Jihad. Ini juga mengingatkan kita mengenai peran kaum santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Santri yang kerap dikenal berkutat seputar urusan agama, ternyata para mujahid pejuang Islam. Dan yang diperjuangkan untuk memperjelas penegakan hukum Islam agar kembali menjadi pengatur kehidupan.
Di negeri kita yang tengah darurat multidimensi, sejatinya tak kalah darurat pula danil santri bersama berjuang untuk mengembalikan Islam sebagai sistem aturan kehidupan.
Deideologisasi santri tak ubahnya pembatasan pemikiran agar santri tak melek akan peran politisnya. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.