Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ginara Gemilentika

Dilema Penggunaan Bahasa Indonesia Baku

Sastra | Thursday, 28 Oct 2021, 22:46 WIB
Ilustrasi orang sedang berkomunikasi. Sumber: Unsplash

Simaklah beberapa padanan kata di bawah ini:

Lewah pikir, takarir, penatu.

Apa tanggapanmu terhadap kata-kata di atas? Terlihat asing, bukan?

Sekarang, coba perhatikan lagi beberapa kata di bawah ini:

Overthinking, caption, laundry.

Nah, kalau kata-kata di atas ini pasti sering didengar olehmu, kan? Namun, apakah kamu tahu bahwa tiga kata pertama merupakan bahasa Indonesia baku bagi tiga kata di bawahnya?

Dari pembukaan di atas, kemudian terlihat bahwa kebanyakan orang lebih mengenal bahasa asing yang populer dibandingkan bahasa Indonesia. Maka, keinginan untuk menggunakan bahasa Indonesia baku harus menghadapi beberapa kenyataan sulit, bahkan menimbulkan dilema. Di satu sisi, ingin menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tetapi di sisi lain tak banyak yang mengetahui padanan kata bahasa Indonesia dari kata-kata bahasa asing.

Adanya jurang pengetahuan bahasa dapat menjadi penghambat dalam berkomunikasi, padahal hal ini harus dihindari agar tak terjadi kesalahan penafsiran pesan. Selain itu, juga agar tidak perlu menjelaskan kembali kata yang mungkin tidak familiar bagi lawan bicara kita, sehingga komunikasi yang terjalin menjadi lebih efektif. Solusi instan yang banyak digunakan untuk masalah ini adalah mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa asing populer. Maka, wajar jika banyak bahasa asing yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Dari paparan di atas, timbul pertanyaan: apakah wajar bila makin lama makin banyak kata-kata asing yang diserap menjadi bahasa Indonesia? Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab untuk mensosialisasikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar? Mungkin muncul jawaban yang berbeda bagi setiap pembaca untuk kedua pertanyaan tersebut.

Di bulan Bahasa dan Sastra yang dirayakan setiap bulan Oktober ini, saya pun merenungkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lalu, tanpa sengaja saat berselancar di media sosial, saya menemukan akun-akun yang mengartikan beberapa kata asing ke dalam bahasa Indonesia juga menyebarkan arti dari bahasa Indonesia yang jarang diketahui. Beberapa di antaranya adalah media daring Narasi, dan Kreativ.

Dari beberapa umpan balik yang didapatkan oleh akun dengan kiriman mengenai bahasa Indonesia tersebut, saya percaya bahwa keinginan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar masih menggebu di masyarakat Indonesia. Maka dari itu, diperlukan kerjasama masyarakat untuk menyebarkan informasi kebahasaan tersebut.

Mari kita jembatani jurang pengetahuan bahasa, agar penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tak lagi harus diliputi perasaan dilema.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image