Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ariq aden

Mengenal Bahasa Slang dan Pro Kontranya

Eduaksi | Thursday, 28 Oct 2021, 20:07 WIB
(sumber: Pixabay.com)

Bahasa slang masih sering diartikan sebagai bahasa yang jorok dan tidak lazim untuk digunakan, terutama bagi beberapa orang tua yang sering menguping anaknya sedang berkomunikasi dengan temannya. Mendengar hal tersebut, biasanya orang tua langsung menilai anaknya salah pergaulan atau sedang memesan narkoba. Tapi di lain sisi, bahasa slang berguna bagi remaja untuk bersosialisasi dan lebih dekat dengan teman-temannya. Bahkan bahasa slang juga sering terdengar dalam karya musisi-musisi Indonesia. Oleh karena itu bahasa slang terdapat pro dan kontranya. Baik, sebelum beranjak jauh, mari kita bahas sejarah bahasa slang di Indonesia.

Menurut Mulyana (Sari 2015 : 2), bahasa slang atau gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti khusus, unik, menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Bahasa slang umumnya muncul di kalangan masyarakat Indonesia pada tahun ‘80an dengan istilah bahasa prokem. Berdasarkan sejarahnya, bahasa prokem adalah bahasa sandi yang digunakan oleh para preman atau anak jalanan untuk menghindari kejaran para aparat kepolisian. Mungkin para orang tua yang melarang anaknya untuk tidak menggunakan bahasa slang adalah orang tua yang dulunya menggunakan bahasa prokem untuk lari dari polisi, tidak ada yang tahu kan?

Baik, mari kita lanjut kembali. Setelah bahasa prokem, bahasa slang berkembang dengan perkembangan film layar lebar Indonesia. Banyak kata-kata baru lahir karena dipengaruhi oleh beberapa film dan novel hingga para remaja saat itu menciptakan kata-kata baru seperti; Bokin (istri/pacar), bokap (bapak), nyokap (ibu), pembokat (pembantu), dan masih banyak kata-kata ajaib lainnya.

Kemudian Indonesia mengalami kemajuan dalam menciptakan bahasa slang, yaitu bahasa yang sedikit ngondek (benar, saya menggunakan bahasa slang). Seperti akika (aku), brondong (laki-laki muda), brownies (brondong manis), rempong (repot), dan masih banyak kata-kata yang lainnya. Setelah itu datanglah zaman dimana masyarakat Indonesia menemukan cara menghemat pulsa yaitu dengan cara menyingkatkan kata seperti aku menjadi “q”, tempat menjadi “t4”. Sungguh cara yang baik bagi mereka untuk berkesempatan makan ayam goreng di warteg terdekat.

Setelah melihat sejarahnya, mari kita bahas pro dan kontranya. Menurut Arum Putri (2015 : 5), penyebab banyaknya penggunaan bahasa slang saat ini adalah kurangnya rasa cinta mereka terhadap bahasa indonesia sebagai bahasa nasional. Menurutnya, karena adanya bahasa slang, derajat bahasa Indonesia menurun. Menurut Beta Puspa (2015 : 5), bahasa slang dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Dilansir dari english Centers for Adults, beberapa keuntungan menggunakan bahasa slang adalah mempermudah komunikasi, menghindari kesalahan berkomunikasi, hingga dapat mengekspresikan perasaan. Manfaat-manfaat tersebut tentu sangat membantu remaja untuk bersosialisasi, ditambah memang pada remaja sosialisasi itu penting, baik untuk masa depan atau hanya untuk pertemanan saja.

Tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa orang tua yang melarang anaknya untuk menggunakan bahasa slang adalah mereka yang dahulu menggunakannya atau memang saat remaja mereka tidak gaul, tidak ada yang tahu kan? Mungkin ada beberapa kejadian yang membuat mereka para orang tua melarang anaknya untuk menggunakan bahasa slang, bisa saja mereka melihat temannya memesan narkoba menggunakan bahasa prokem, atau melihat teman-temannya yang dahulu berbahasa prokem sekarang berada di dalam penjara. Namun perlu diingat bahwa banyak juga remaja yang dapat menemukan ruang nyamannya dengan berbahasa slang, atau dapat dikatakan mereka membentuk diri mereka karena menggunakan bahasa tersebut.

Tidak menutup kemungkinan juga jika dengan menggunakan bahasa slang, remaja jadi jarang untuk berbahasa Indonesia. Memang mungkin beberapa bahasa slang terdengar sangat tidak lazim jika tidak mengetahui makna aslinya, jadi dapat mencoreng bahasa Indonesia yang indah. Mengapa menggunakan bahasa slang jika berbahasa Indonesia sudah indah dan juga tetap dapat berkomunikasi. Begitulah contoh beberapa orang tua yang sedang menceramahi anaknya.

Jika disimpulkan, memang bahasa slang bermanfaat bagi remaja untuk bersosialisasi, mendapatkan teman baru, dan bahkan untuk mengekspresikan diri. Namun tempat penggunaannya perlu ditinjau kembali, perlu edukasi lebih dalam bahwa penggunaan bahasa slang tidak dapat digunakan dalam beberapa situasi, contohnya saat berbicara dengan dosen, orang tua, maupun saat acara formal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image