Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riya Ika Prahesti

Analisis Pragmatik pada Artikel Membenahi Kualitas Pendidikan Kita dalam Segi Tindak Tutur

Sekolah | 2022-06-24 21:12:42

Tim Penulis :

Riya Ika Prahesti (Mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unissula)

Dr. Aida Azizah, S.Pd., M.Pd (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Unissula)

Ilmu bahasa terdiri dari beberapa cabang ilmu. Cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa berdasarkan konteks adalah pragmatik. Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Sedangkan menurut Parera (2001:126) menjelaskan pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa dalam komunikasi, hubungan antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu diujarkannya dalam kalimat tersebut. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui konteksnya.

Dan bahasa merupakan alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia. Dalam proses berbahasa manusia akan menghasilkan sebuah tuturan. Tuturan ini merupakan wujud tindak bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara penutur dan mitra tutur dalam konteks tertentu. Berkaitan dengan kajian bahasa, tuturan dapat dianalisis atau dikaji melalui bentuk verbal dari tuturan itu sendiri. Tindak tutur adalah berbagai bentuk tindakan yang dapat dilakukan oleh penutur dalam penggunaan bahasanya (Wijaya, 2015:92).

Artikel dapat dipahami sebagai suatu rangkaian atau karangan yang dibuat berdasarkan fakta dan opini untuk dipublikasikan di media, baik itu media cetak, media online, bahkan juga sekarang banyak artikel yang diunggah di media sosial. Tujuan dibuatnya artikel berbeda-beda, tergantung konteks atau tujuan penulis dalam menulis artikel tersebut. Artikel dapat mendidik, meyakinkan, dan juga menjadi saran hiburan bagi pembaca atau mitra tutur. Dalam artikel memiliki makna atau maksud yang tersirat dari tuturan-tuturan para penulis. Terkadang maksud tuturan yang disampaikan bisa bermakna mengkritik, menyalahkan, bahkan menghina tanpa disadari. Karena itu artikel dapat dianalisis menggunakan pragmatik yang salah satunya adalah tindak tutur, agar kita tahu maksud atau makna artikel yang menggunakan bahasa tersirat dan mendapatkan informasi yang benar.

Tindak tutur menurut Leech (1983) berpendapat bahwa sebuah tindak tutur hendaknya mempertimbangkan lima aspek situasi tutur meliputi: Penutur dan mitra tutur, Konteks tuturan, Tujuan tuturan, Tindak tutur sebagai suatu tindakan, dan Tuturan sebagai produk tindak verbal.

Analisis Tindak Tutur

Representatif

Di mana tindak tutur ini adalah tindak tutur yang memberitahukan akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Dalam kutipan ‘Kualitas pendidikan Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal itu melihat pemeringkatan dari word population review 2021 yang menempatkan negeri ini pada peringkat ke-54 dari 78 negara yang masuk dalam pemeringkatan pendidikan dunia’. Berdasarkan kutipan tersebut menunjukkan tindak tutur representatif di mana dalam kutipan tersebut berisi kenyataan yang benar bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah. Menyatakan kebenaran merupakan salah satu jenis dari tindak tutur representatif atau lebih jelasnya pengertian dari jenis tindak tutur representatif.

Selain itu terlihat dalam kutipan lain yaitu ‘Kita masih kalah ketimbang negara serumpun Asia Tenggara, yaitu Singapura di posisi 21, Malaysia 38, dan Thailand 46.’ Berdasarkan kutipan tersebut terdapat salah satu jenis tindak tutur representatif yaitu menyebutkan. Menyebutkan tentang urutan atau posisi Indonesia di Asia Tenggara dalam bidang pendidikan. Selain menyebutkan kutipan tersebut juga memberitahukan kepada mitra tutur tentang posisi Indonesia.

Ekspresif atau Evaluatif

Di mana Tindak tutur ini adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam kutipan ‘Sayangnya, otonomi daerah seakan menganulir fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk sekolah.’ termasuk dalam tindak tutur ekspresif atau evaluatif, di mana dalam kutipan tersebut mengandung makna kritikan terhadap otonomi daerah yang seakan mengabaikan fungsi Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI untuk sekolah. Mengkritik termasuk salah satu jenis tindak tutur Ekspresif atau Evaluatif. Selain itu dalam kutipan ‘Dari sinilah sektor keruwetan administrasi kependidikan untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah bermula.’ juga termasuk dalam tindak tutur ini, karena mengandung makna kritik akan sebab keruwetan atau ribetnya administrasi kependidikan.

Tidak Harfiah

Tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dalam kutipan ‘Untuk mengurai benang kusut itu, diperlukan regulasi pendidikan menjadi sentral di bawah kementerian.’ termasuk dalam tindak tutur tidak harfiah, dapat dilihat dari kalimat ‘benang kusut’ yang tidak harfiah atau tidak sesuai dengan kata yang menyusunnya, arti dari benang kusut adalah suatu masalah yang menjadi persoalan untuk diselesaikan. Selain kutipan tersebut juga ada kutipan lain yang termasuk tindak tutur ini yaitu ‘Menjadi rahasia umum dalam satu proyek selalu dibarengi dengan success fee (baca-uang) untuk pejabat daerah.’ Berdasarkan kutipan tersebut terdapat kata ‘rahasia umum’ yang tidak harfiah di mana kalimat tersebut mengandung arti bahwa dalam proyek selalu ada success fee (baca-uang) di mana hal tersebut sudah diketahui para masyarakat atau publik.

Direktif

Tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam kutipan ‘Karena itu pula, butuh pendampingan layaknya diterapkan dalam Sekolah Penggerak selama sembilan bulan.’ Termasuk dalam tindak tutur direktif, karena kutipan tersebut memberikan saran terhadap mitra tutur dalam mengatasi ketertinggalan kualitas pendidikan bangsa Indonesia. Menyarankan merupakan salah satu jenis tindak tutur direktif.

Deklarasi atau Isbati

Tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan) yang baru. Dalam kutipan ‘Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI memberi sanksi berupa daerah tersebut tidak diizinkan ikut dalam program serial guru penggerak.’ Termasuk dalam tindak tutur deklarasi atau Isbati, di mana kutipan tersebut menyatakan keputusan. Yang mana memutuskan merupakan salah satu jenis tindak tutur deklarasi atau Isbati.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik dapat digunakan dalam analisis tindak tutur dan dalam bentuk media apa pun, dari tertulis maupun lisan. Tidak hanya itu, pragmatik juga bisa memberikan kita informasi atau mendapatkan informasi yang kita tidak tahu maknanya seperti artikel yang saya analisis, ada beberapa kata tersirat yang mungkin bisa membingungkan pembaca dalam menelaah informasi atau berita.

Sumber:

Masriadi Sambo. (2022). Membenahi Kualitas Pendidikan Kita. (https://mediaindonesia.com/opini/499935/membenahi-kualitas-pendidikan-kita, diakses 23 Juni 2022).

Gramedia. Pengertian Artikel, Tujuan, Ciri-Ciri, Struktur, dan Contohnya. (https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-artikel/, diakses 23 Juni 2022)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image