Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shabrina Ghea

Bahasa Gaul yang Menjajah Bahasa Indonesia

Sastra | Thursday, 28 Oct 2021, 14:33 WIB
Sumber: Pixabay

Dewasa ini, eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin tergeserkan oleh bahasa gaul, baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di media. Hal ini dapat disebut “penjajahan” bahasa Indonesia oleh bahasa gaul ketika generasi muda sekarang tidak peduli dengan tata bahasa yang benar. Mengapa bisa terjadi? Salah satu alasannya adalah globalisasi dan westernisasi yang mendorong intervensi dari bahasa gaul muncul dalam berkomunikasi sehari-hari.

“Eh, gw cabut ya,” kata Dimas kepada temannya Adit

“Emangnya mau kemans lo?” jawab Adit

“Udah disuruh pulang sama nyokap nih.”

Ilustrasi diatas menggambarkan percakapan antar dua orang yang menggantikan bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa gaul. Misalnya, kata ‘pulang’ diganti dengan kata ‘cabut’, kata ‘kemana’ diganti dengan ‘kemans’, dan kata ‘ibu’ diganti dengan sebutan ‘nyokap’. Tidak ada salahnya dalam situasi non formal menggunakan bahasa gaul.

Bukan hal baru bahwa penggunaan bahasa gaul sudah menjadi bahasa sehari-hari remaja selama kutun waktu tertentu. Remaja membentuk bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan bahasa gaul lebih meningkat dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan tatanan yang berlaku . Kondisi ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya remaja yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media sosial.

Bahasa gaul sama dengan bahasa khas remaja (Sarwano, 2004), bahasa ini merubah kata-katanya sedemikian rumah sehingga dapat dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau pada media massa. Meskipun istilah-istilah itu terus berkembang seiring pergantian zaman, tetapi penerapan bahasa gaul tidak akan pernah selesai digunakan.

Kehadiran bahasa baru khususnya bahasa gaul, tentu akan berpengaruh pada perkembangan atau kemajuan dari bahasa Indonesia, baik berpengaruh positif atau negatif. Penggunaan bahasa gaul ini diiringi juga dengan kemajuan dari perkembangan teknologi dan komunikasi, yang turut mendistribusikan penggunaan bahasa gaul ke cakupan yang lebih luas lagi. Adanya media komunikasi seperti pada media sosial seperti facebook, instagram, twitter, dan aplikasi lainnya yang sering digunakan oleh masyarakat, maka semakin pula meningkatnya penggunaan bahasa gaul dalam berkomunikasi.

Permasalahan dari peningkatan bahasa gaul mengakibatkan remaja lebih tertarik dan mengutamakan bahasa gaul sebagai alat berkomunikasi sehari-hari. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada eksistensi dari penggunaan bahasa Indonesia. Keaslian dari tuturan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar akan terancam.

Mengapa perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja sangatlah cepat? Tentu, ada faktor-faktor pendukung cukup berpengaruh, selain peningkatan teknologi dan menjamurnya internet yang berdampak signifikan. Faktor lainnya yakni, pengaruh lingkungan, umumnya para remaja akan menyerap bahasa gaul dari percakapan orang-orang disekitarnya, baik teman sebaya atau keluarga.

Faktor lainnya juga diakibatkan oleh peran media elektronik dan cetak. Misal, pada media elektronik yang menggunakan istilah bahasa gaul dalam iklan, adegan percakapan di televisi atau pada film. Lalu, pada media cetak misalnya penggunaan bahasa yang ada dalam majalah atau surat kabar. Tidak hanya pada faktor peran media massa, pembuatan karya sastra remaja seperti cerpen atau novel umumnya juga menggunakan bahasa gaul.

Pola pikir dari masyarakat Indonesia juga menjadi faktor dari perkembangan bahasa gaul. Para remaja mungkin kerap berpikir jika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan memberikan kesan formal, kaku bahkan dapat dijuluki sebagai orang yang tidak asik. Oleh karena itu, para remaja lebih suka menggunakan bahasa gaul dalam kegiatan sehari-harinya. Kurangnya kesadaran para remaja untuk mencintai bahasa mereka sendiri, berpengaruh pada lunturnya penggunaan bahasa Indonesia dalam masyarakat terutama di kalangan generasi remaja.

Untuk menghindari penggunaan bahasa gaul yang sangat luas, maka seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Miris, jika bahasa nasional kita dijajah oleh bahasa ibu kita sendiri. Apakah kita mau, eksitensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul? Atau Apakah kita tidak malu jika tidak memahami atau mengetahui bahasa sendiri?

Jika generasi sekarang ini kian tenggelam dalam penggunaan bahasa gaul, dan tidak mengkhawatirkan bahasa Indonesia yang kian jauh. Maka, bahasa Indonesia akan semakin sulit dalam memanggul bebannya sebagai bahasa Indonesia dan identitas dari bangsa kita.

Seperti halnya dengan prinsip bahasa itu sendiri, bahwa bahasa itu dinamis, bahasa terus berkembang secara langsung maupun tidak langsung. Maka, bahasa Indonesia pun demikian. Dengan kepedulian dari pihak-phak yang berpengaruh untuk mempengaruhi eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka bahasa Indonesia dapat selalu memegang komitmentnya, sebagai bahasa dan identitas nasional.

Selain generasi muda, diperlukan juga kesadara pemerintah agar lebih memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat pada zaman sekarang. Pemerintah dapat aktif dalam membentuk program yang mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian, harapannya bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama di negeri ini.

Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, hendaknya mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hilangkan rasa gengsi dalam penggunaan bahasa kita sendiri. Apakah ingin negara kalian kehilangan identitasnya dirinya?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image