Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Febriansyah

Kesusastraan Indonesia Yang Terjadi Pada Periode Orde Baru

Sejarah | Thursday, 23 Jun 2022, 01:29 WIB
Gambar tersebut ketika melakukan pembelajaran sejarah sastra indonesia modern

Orde baru sebagai era pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto berlangsung selama 32 tahun untuk menggantikan masa pemerintahan Soekarno sebagai Presiden yang kerap disebut sebagai era Orde Lama. Tujuan orde baru dibentuk untuk kembali menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila serta UUD 1945 setelah sebelumnya situasi negara berada di ambang keruntuhan karena berbagai kekacauan politik dan ekonomi pada masa pemerintahan Soekarno.

Sejak dimulainya era orde baru, pemerintah berusaha memperbaiki kondisi negara dengan berbagai ciri pokok orde baru dan berbagai kebijakan orde baru yang diharapkan akan dapat meluruskan penyimpangan pada masa orde lama yang terjadi.

Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13) membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:

Periode awal hingga 1933

Periode 1933-1942

Periode 1942-1945

mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:

Periode 1945-1953.

Periode 1953-1961.

Periode 1961-1968.

Menurut Ajip Rosidi, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapai akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di tengah pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis.

Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna kegelisahan, pelarian, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra

Sastra Awal (1900an )

Sastra Balai Pustaka (1920 - 1942)

Sastra Pujangga Baru (1930 - 1942)

Sastra Angkatan 45 (1942 - 1955)

Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965)

Sastra Generasi Horison (1966)

Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu:

menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke angkatan. dan

menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan

Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Pujangga Baru

Angkatan 45

Angkatan 50an

Angkatan 60an

Angkatan kontemporer (70an sampai sekarang).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image