Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Razzaq Multazam

Dampak Konten Media Sosial

Teknologi | 2022-06-22 20:10:39

Media sosial disebut sebagai sebuah medium di internet yang memungkinkan penggunanya untuk merepresentasikan diri dan melakukan interaksi, bekerjasama, berbagi, komunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Media sosial sendiri berisi suatu konten yang dapat juga digunakan sebagai suatu informasi yang berisi inovasi oleh pengguna.

Konten dapat berisi hal yang positif dan negatif tergantung pada konteks apa yang diunggah oleh pengguna. Di era digital sekarang, media sosial tidak hanya merambah pada kalangan usia muda, namun segala usia bahkan balita pun sudah mengerti tentang media sosial. Semakin berkembangnya teknologi, pergeseran usia pengguna media sosial terus mengalami peningkatan, masyarakat usia lanjut pun tidak kalah unjuk gigi untuk terlibat dalam media sosial.

Perkembangan arus media sosial tidak hanya menyebarkan konten hiburan, tapi juga informasi atau berita terkini. Banyak platform kini menjadi wahana dan media besar yang menyuguhkan tayangan dalam berbagai bentuk dan rupa seperti YouTube , instagram dan TikTok. Semakin hari media tersebut terus memperbaharui kualitas konten yang ada bukan hanya edukasi, tidak sedikit konten negatif bertebaran. Dampak negatif yang disebabkan diantaranya berpengaruh pada perkembangan mental dan psikologis seseorang, terutama remaja dan anak-anak.

Setiap harinya begitu banyak konten yang muncul di beranda media sosial hal ini membuat persaingan untuk mendapatkan pengunjung atau viewers pun lebih ketat. Tombol like menjadi salah satu acuan seberapa besar berpengaruhnya konten pada penonton. Semakin banyak yang menyukai dan menyebarkannya maka semakin besar peluang untuk menjadi terkenal atau viral. Hal ini tentu saja membuat beberapa perspektif buruk bagi beberapa orang yang memiliki kemampuan terbatas dalam membuat konten. Tolak ukur jumlah like dan viewers membuat mereka harus berfikir keras konten apa yang menarik hingga tak jarang menggunakan teknik clickbait pada judul konten. Cara ini sebenarnya cukup ampuh untuk mendatangkan traffic yang besar. Akan tetapi, clickbait juga punya dampak negatif yang cukup berisiko bagi kreatornya, seperti menipu orang lain, konten tidak bermutu, membuat gaduh, kehilangan kepercayaan dan tidak akan bertahan lama di dunia konten.

Pengorbanan yang dilakukan kreator untuk menarik perhatian pengguna, tidak sadar membuat dampak negatif pada perkembangan psikologis mereka. Tuntutan jumlah like dan viewers membuat suatu perspektif bahwa konten yang bermutu dan berpengaruh berdasarkan dua hal tersebut. Dalam sebuah studi yang dilakukan Adam Alter (2017) tentang apa yang terjadi pada psikologis saat seseorang mendapatkan like di Instagram. Hasilnya didapatkan bahwa efek yang dirasakan adalah kepercayaan diri dan kesenangan, hal ini disamakan dengan menggunakan narkoba. Hormon dopamine yaitu hormon yang bisa memicu perasaan senang. Hormon ini sebetulnya juga tercipta saat orang meminum alkohol, merokok atau bahkan menggunakan obat-obatan terlarang. Namun bagaimana jika kreator tidak mendapatkan like yang banyak, maka ampak yang didapat akan sebaliknya. Kreator akan kurang percaya diri, dan akan terus menanti like dari pengguna lain layaknya kecanduan.

Tujuan awal pembuat tombol like adalah agar pengguna bisa langsung berbagi konten yang disukainya. Namun hal ini ternyata tidak berjalan seperti tujuan awal, pengguna menjadi kecanduan dan akhirnya tidak bisa lepas dari media sosial. Hal ini juga menjadi salah satu dampak negatif dari media sosial, memicu gangguan psikologis yang dapat ditandai kecemasan, gelisah, mudah emosi bahkan frustasi karena kurangnya like and viewers. Pengguna cendrung lebih berfokus untuk berada di dunia maya dan mengurangi untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Bentuk kecanduan banyak macamnya, bukan hanya terjadi pada kreator tapi juga pada pengguna yang hanya menikmati konten. Dampak negatif yang ditimbulkan dapat terjadi pada dua belah pihak, namun semua kembali lagi pada pengaturan diri dalam membatasi sesuatu. Masyarakat harus paham pada konsep tersebut agar tidak muncul kecanduan.

Banyaknya dampak negatif yang disebutkan di atas, bukan berarti tidak ada baiknya dengan kehadiran media sosial. Dampak positif yang ditimbulkan diantaranya memudahkan pengguna dalam berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu tidak menjadi masalah dalam komunikasi, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat berlangsung cepat, dan biaya yang dikeluarkan lebih murah. Hal tersebut dapat dirasakan oleh semua elemen masyarakat jika tujuan awal penggunaan media sosial untuk hal yang sama. Walaupun kita sadari bahwa tidak semua informasi yang ada di media sosial merupakan hal yang baik dan valid, namun kita sendiri harus tahu Batasan dalam penilain dan memilih informasi yang ingin kita serap. Hoaks bukan hal yang baru di media sosial, hal ini muncul dikarenakan tuntutan yang disebutkan sebelumnya, atau anak zaman sekarang memakai istilah “demi konten”. Pemerintah sendiri melakukan berbagai cara untuk mengurangi hoaks yang bertebaran disana karena sangat berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang cukup dengan informasi yang bermutu membuat masyarakat memiliki pandangan yang lebih baik dalam menjalani kehidupan dan menyelesaikan masalah.

Menggunakan jumlah like dan viewers sebagai bentuk pengakuan dari kerja keras konten yang dibuat bukan suatu hal yang baik, hal tersebut akan terus membuat candu dan bayang-bayang hitam untuk menunjukkan kreasi diri terbaik yang dimiliki. Kreator akan terus dipaksa untuk mengikuti tren konten yang ada, yang belum tentu nilai mutunya, hanya untuk mendapatkan pengakuan. Karakteristik dalam sebuah karya seperti konten menjadi jati diri seorang kreator dalam menciptakan sebuah inovasi yang seharusnya dapat memberikan pengaruh baik bagi pengguna lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image