Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vina fitrotun nisa

Surat untuk Nakes

Eduaksi | Monday, 20 Jun 2022, 09:57 WIB
Sumber Foto: https://kumparan.com/makhyan-jibril/masih-ada-perawat-dan-bidan-yang-digaji-rp-50-ribu-setiap-bulan-1qLsPyLeUEo

Suatu hari saya dan kawan yang berprofesi sebagai pengacara pernah ngobrol dan berdiskusi. Ditengah-tengah pembicaraan kami dia berkata sambil tertawa mengenai profesinya itu. Dia berkata bahwa pengacara itu mengambil berkah dari masalah orang lain.

Dulu, saat saya mengantar anak saya diperiksa di dokter spesialis anak pun saya pernah mendengar ungkapan serupa. Sesaat setelah meninggalkan ruang konsultasi, saya masih berdiri di belakang pintu. Saya mendengar dokter itu menanyakan kepada perawatnya perihal jumlah pasien yang datang hari ini.

Perawatnya menjawab kalau pasien yang daftar hari ini sebanyak 4 orang dan dokter tersebut Nampak bahagia. Dia berkata kepada perawat kalau biasanya yang datang saat dia praktik hanya 1 atau dua orang.

Derita pasien rejeki Nakes. Saat ini, itulah kira-kira kalimat yang masih dijadikan definisi untuk mendeskripsikan hubungan timbal balik antara pasien dan tenaga kesehatan. Ya, sekilas seperti sadis, tetapi mereka memang mendapatkan rejeki dari musibah dan sakitnya orang-orang.

Sebagai dua insan yang saling membutuhkan, seharusnya pasien dan nakes sama-sama sadar bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain dan wajib menjaga hubungan yang baik antara satu dengan lainnya.

Masalah antara Nakes kerapkali muncul karena berbagai hal. Beberapa waktu lalu, saya geram melihat sebuah video yang menunjukkan sejumlah nakes yang sedang berjoget sambil menunggu seorang ibu mengalami kontraksi menjelang kelahiran normal.

Ibarat kelihalang empati dan entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, sikap seperti itu sungguh tidak layak dilakukan seorang Nakes saat bertugas. Jika mereka beralasan bosan menunggu bukaan, bukankan lebih baik jika para Nakes memberikan edukasi dan menenangkan si ibu agar persalinannya berjalan cepat dan tidak menengangkan.

Lagi-lagi kita memang tinggal di dunia yang tidak ideal. Saat saya mengomentari tindakan para naskes tersebut malah ada 2 orang rekan yang membalas komentar saya. Dua rekan saya berkata bahwa dia pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat dirawat di Rumah Sakit. Dia mengira perawat membedakan sikap terhadap pasien yang menggunakan fasilitas BPJS dan pasien yang membayar sendiri. Rekan saya menyebut bahwa perawat yang merawatnya itu sangat cuek dan tidak ramah.

Sama seperti dua rekan saya, saya dan ibu saya pun pernah mengalami kejadian yang sama saat harus menempuh prosedur medis. Saat itu, saya ditangani oleh 2 bidan, satu bidang sangat tidak sabaran, somboh dan jutek. Sementara bidan satunya lagi sangat sabar, telaten dan membuat pikiran tenang.

Fenomena nakes yang tidak ramah ternyata bukan saja dialami oleh saya, rekan saya atau keluarga terdekat saya. Tetapi ada banyak yang pernah mengalami hal serupa. Pertanyaannya mengapa demikian. Padahal bersikap ramah dan berkomunikasi dengan baik kepada pasien sama sekali tidak merugikan siapapun. Malahan, prosedur medis yang harusnya dijalani dengan tegang dan ketakutan pun mungkin akan berubah menjadi tenang dan menyenangkan.

Akhirnya, salah satu kunci untuk menjalin hubungan dan komunikasi yang harmonis antara pasien dan nakes adalah dengan menyadari bahwa pasien dan nakes adalah dua pihak yang saling membutuhkan, tidak pantas rasanya jika pasien yang membutuhkan nakes saat berobah bersikap kasar dan tidak sopan kepada mereka. Sebaliknya, nakes yang juga membutuhkan pasien dalam mencari rejeki dan mempraktikkan ilmunya perlu memiliki kesadaran bahwa tanpa pasien dirinya bukanlah apa-apa. Penting bagi nakes untuk bersikap ramah dan komunikatif kepada pasien tanpa membeda-bedakan perlakukan kepada satu dan lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image