Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rezky Amaliah

Apakah Maulid Itu Bid'ah?

Agama | Monday, 18 Oct 2021, 23:08 WIB
Telur Maulid. Sumber foto: Tribun Timur

Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, sudah berlangsung sejak lama, sejak ribuan tahun yang lalu. Diantaranya, perayaan Maulid yang pertama kali diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah) sekitar tahun 320 H. Perayaan Maulid Nabil Muhammad Saw oleh Dinasti Ubaid hanya salah satu bentuk perayaan saja. Selain itu, mereka juga mengadakan perayaan Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, dan lainnya.

Perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, penguasa Dinasti Ayyub. Tujuan beliau untuk meningkatkan semangat jihad kaum muslimin, dalam rangka menghadapi perang salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yerusalem dari tangan kerajaan Salibis.

Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallibi dalam bukunya mengemukakan penjelasannya mengenai Shalahuddin Al-Ayyubi. Menurut beliau, tugas Shalahuddin untuk membersihkan Mesir dari pengaruh Syiah Rafidhah sangatlah sulit, karena Dinasti Ubaid (Fathimi) sudah bercokol di sana selama 280 tahun. Ajaran, tradisi, budaya Syiah sudah hampir-hampir melekat dengan kehidupan rakyat Mesir.

Ketika Shalahuddin mulai berkuasa di Mesir, beliau tidak serta merta menghancurkan peradaban Syiah. Beliau menyadari bahwa peradaban Syiah di Mesir sudah berusia ratusan tahun. Shalahuddin menempuh cara perlahan. Beliau bersihkan perguruan Al-Azhar dari ulama-ulama Syiah, kurikulum ajaran Syiah, buku-buku Syiah, simbol-simbol Syiah; seluruhnya diganti menjadi versi ahlus sunnah. Selain itu, Shalahuddin tetap mempertahankan perayaan Maulid Nabi, dan membersihkan perayaan-perayaan lain yang tidak sesuai akidah ahlus sunnah. Kerusakan yang timbul akibat proses kultural yang lama, dierbaikinya juga dengan cara kultural bukan main babat habis.

Secara sederhana, Ahl Sunnah Al-Jamaah dapat disandarkan kepada dua hal, yiatu Ahl Sunnah dan Al-Jamaah. Makna Ahl Sunnah berarti segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan. Sedangkan Al-Jamaah secara istilah dapat diartikan sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.

Dengan demikian, Ahl Sunnah Al-Jamaah adalah mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak jalan mereka, baik dalam hal akidah, perkataan, maupun perbuatan yang konsisten dalam mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw.

Di Indonesia sendiri, setiap putaran kalender Hijriyah menunjukan angka 12 rabiul awal hal tersebut mengacu pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Setiap daerah di Indonesia dalam merayakan Maulid memiliki tata cara atau pelaksanaannya sendiri. Dimulai dari acara sederhana yang biasanya dilakukan di masjid. Namun, ada juga sebagian masyarakat bersikap pertengahan; dan ada juga yang biasa-biasa saja alias tidak peduli.

Dalam kitab Syarh Maulid ad-Dibai, Sayyid Muhammad al-Maliki menyimpulkan setidaknya ada lima alasan mengapa kita harus merayakan Maulid Nabi, yaitu:

Pertama, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran baginda Nabi Muhammad saw. Kedua, Nabi Muhammad saja banyak berpuasa di hari senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran baginda Nabi Muhammad lah manusia menemukan cahaya agama Islam.

Tentu, sebagai umat Nabi harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran baginda Rasulullah Saw. Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia dengan sebab rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Dan rahmat terbesar yang Allah berikan bagi kita adalah lahirnya baginda Nabi Muhammad Saw.

Al-Quran menegaskan bahwa diutusnya baginda Nabi Muhammad Saw adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta. Keempat, perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Rasulullah Saw. Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. Kelima perayaan Maulid Nabi adalah bid'ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam.

Para ulama mengambil dalil bidah hasanah dari nasihat sahabat Abdullah bin Masud: Abdullah bin Masud mengatakan. : "perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk di sisi Allah." (H.R. Ahmad)

Di sisi yang lain, para ulama fiqh menetapkan kaedah, "setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya." Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani baginda Nabi Muhammad Saw serta bershalawat kepadanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image