Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tri Yuni Hendrawati

Mengejar Teknologi dengan Benchmark Taiwan

Teknologi | Monday, 18 Oct 2021, 22:11 WIB
Wawancara Insinyur Profesional BKK PII melalui Media on line

Pada Bulan 12 Juni 2021 kami dari majelis penilai Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII) melakukan wawancara Insinyur Profesional untuk calon Insinyur Profesional Madya dan Utama. Bersama Ir. Ricky Hikmawan Wargakusumah, IPM yang merupakan Ketua BKK PII dan anggota majelis uji kompetensi kami Dr. Ir. Tri Yuni Hendrawati, IPM mewawancarai seorang aplikan yaitu Jindrayani Nyoo Putro S.T., Ph.D. dari Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dari wawancara tersebut tertulislah ide tentang gagasan dan pengalaman yang kami diskusikan Bersama dan menjadi topik yang menarik sebagai pembelajaran bagi Insinyur Indonesia.

Taiwan merupakan salah satu negara yang berkaliber di sektor teknologi, menduduki peringkat 11 dari 63 negara lainnya dalam kategori digital competitiveness dari IMD Swiss 2020. Pencapaian ini merupakan sesuatu hal yang pantas diraih, Taiwan memang negara yang memiliki perkembangan teknologi secara cepat. Indonesia sendiri menduduki peringkat 56 pada digital competitiveness IMD Swiss 2020. Ada 3 faktor utama yang dinilai yaitu knowledge, technology, dan future readiness. Faktor-faktor tersebut menggambarkan pengetahuan dan pemahaman teknologi baru, serta kesiapan suatu negara dalam transformasi digital.

Pemerintah Taiwan memang berfokus pada inovasi sektor industri manufaktur, dengan adanya pembangunan Industrial Technology Research Institute (ITRI) yang telah bertindak sebagai incubator beberapa perusahaan teknologi yang unggul selama hampir 5 dekade. Pemerintah Taiwan sendiri menghadirkan “Taiwan Excellence Award” sebagai bentuk penghargaan untuk produk-produk terbaik dalam negeri. Penghargaan ini dianggap setara dengan penghargaan Oscar untuk sektor industri. Jika kita berkaca dari Taiwan yang merupakan negara jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. Taiwan sudah bisa dibilang sukses, bahkan bisa dikatakan pionir teknologi dunia. Lembaga ITRI didirikan sejak tahun 1973, Indonesia bisa dibilang tidak ada lembaga terpusat untuk inkubator sektor teknologi yang melayani secara menyeluruh. RISTEK-DIKTI mendirikan inkubator bisnis teknologi pada tahun 2010an. Jika melihat daftar nama inkubator yang berada pada naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kita bisa melihat banyak sekali inkubator bisnis yang tersedia. Semoga ini akan menjadi pertanda baik dalam menyatukan kekuatan incubator bisnis Indonesia.

Taiwan rutin mengadakan pameran teknologi setiap tahunnya yang banyak dihadiri oleh start up teknologi dalam negeri. Pameran ini menjadi pusat perhatian banyak orang dari instansi, bahkan untuk masuk ke pameran tersebut Anda harus memiliki kartu nama sebagai tanda masuk ke dalam pameran. Indonesia perlu meniru hal ini untuk memamerkan berbagai hasil karya anak bangsa. Selain ITRI, Taiwan juga memiliki Science-based Industrial Park yang terletak di kota Hsinchu, Taichung, dan Tainan. Sarana ini bertujuan untuk membantu sektor industri yang baru ingin memulai usahanya. Dibawahi oleh Menteri Sains dan Teknologi Taiwan, fasilitas lengkap meliputi manufaktur, R&D, dan sumber daya manusia yang berkualitas ada di taman industri tersebut. Sebagai perbandingan Indonesia juga memiliki konsep Taman Sains dan Teknologi Nasional serupa yang dimiliki oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang berfokus pada penelitian pengembangan pangan yang terdiri dari peternakan, perikanan, dan bioenergi yang telah beroperasi sejak 2013. Akan tetapi fasilitas tersebut hanya bisa dirasakan oleh pihak LIPI, tidak dibuka untuk pihak luar. Hal ini mengakibatkan sulitnya pihak luar untuk mendapatkan kesempatan perkembangan dari hasil penelitian yang digunakan.

Melihat sistem riset dan pengembangan inovasi dari pemerintah Taiwan, lembaga-lembaga penelitian yang didirikan berpusat secara menyeluruh dan mampu memberikan fasilitas yang memadai terhadap pengembangan ide yang ada. Hasilnya secara nyata dirasakan oleh rakyat, dan memberikan keuntungan dalam negeri untuk bidang manufaktur teknologi. Hal ini bisa dilihat dari produk semikonduktor, Taiwan merupakan negara dengan perusahaan semikonduktor terbesar di dunia. Pemerintah Taiwan ikut memberi dukungan penuh untuk tumbuh kembangnya setiap penelitian bidang teknologi dalam negeri dengan hasil yang nyata dan bisa dikomersialkan. Sedangkan Indonesia, banyak start up teknologi dalam negeri didanai oleh pihak swasta, contohnya Tokopedia, Traveloka, Warung Pintar dan Ruang Guru. Kondisi ini menjadi pemikiran bersama untuk ibu Pertiwi lebih peduli dengan karya anak bangsa sendiri. Pertanyaan selanjutnya kita perlu diskusikan kapan Indonesia maju berkembang di sektor teknologi? Insinyur Indonesia mari kita tunjukkan Karya Nyata sebagai Pengabdian Kita Bersama. Salam Indonesia Maju.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image