Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Imam Fikria Hamsyah

Urgensi Assesmen Autentik dalam dunia Pendidikan

Guru Menulis | Saturday, 16 Oct 2021, 23:04 WIB
foto : siswa sedang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament) dengan disediakan alat peraga

Assesmen adalah sebuah pencarian informasi secara informal tentang pengetahuan siswa melalui berbagai macam cara dalam mengumpulkan informasi pada waktu yang bervariasi dan dalam konteks konteks yang berbeda beda pula. Selain itu dapat juga diartikan sebagai metode untuk mengikuti perkembangan siswa melalui partisipasi aktif dari mereka sendiri (siswa menjadi pribadi pembelajar). Hal ini berbeda dengan evaluasi (tes) yang merupakan bentuk formal dan standar dengan menampilkan skor siswa yang mereka peroleh dari tugas yang telah mereka kerjakan. Dalam proses belajar mengajar assesmen dan evaluasi merupakan bagian yang terintegrasi.

Assesmen merupakan pemisah antara pengajaran dan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa tidak akan mampu menyerap seutuhnya apa yang guru ajarkan, seandainya siswa mampu, sangat dimungkinkan assesmen tidak diperlukan lagi. Assesmen merupakan sebuah cara untuk mengetahui apakah yang diajarkan telah dipelajari dengan baik. Hanya di sini, yang masih menjadi perdebatan para ahli dan praktisi pendidikan adalah mereka belum menyepakati pendekatan yang baik dalam sebuah assesmen.

Kedudukan Assesmen dalam kegiatan belajar mengajar berada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar berlangsung. Sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, evaluasi dilakukan oleh pihak sekolah, terutama guru. Hal-hal yang dievaluasi diantaranya meliputi calon siswa mengenai usia kematangan kognitif, kondisi fisik, dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah. Pelaksanaan evaluasi bisa melalui tes tertulis, lisan, perbuatan, ataupun dengan pertimbangan melalui pengamatan atau observasi.

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, evaluasi dilakukan dalam interval waktu pelajaran dimulai hingga saat berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Interval waktu itu dapat dihitung dalam satuan pendek satu kali pertemuan, dan dalam satuan panjang satu semester. Selama kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, hendaknya guru mengevaluasi setiap langkah atau kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi bisa melalui tanya jawab lisan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, quiz, tes sub formatif, atau minimal instropeksi diri.

Sesudah kegiatan belajar mengajar berlangsung, dapat dilaksanakan evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar siswa, baik individual maupun kelompok. Dari hasil eavluasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam memahami konsep-konsep yang telah dipelajari, selanjutnya dapat dilaksanakan pengajaran remedial

Sehingga inti dari assesmen bukan hanya sebuah penilaian diakhir yang biasa nya dilakukan oleh seorang guru melalui bentuk tes atau ujian, namun lebih menekan kan pada penilaian proses dari awal sampai akhir proses KBM.

Kebanyakan guru di lapangan menganggap assesmen hanyalah dilakukan diakhir pembelajaran materi yaitu berupa tes atau ujian yang diberikan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang sudah dibahas. Padahal assemen seharusnya dilakukan selama proses pembelajaran, sehingga penilaian yang dilakukan terhadap siswa akan lebih objektif dibandingkan dengan hanya melihat hasil akhir nya saja.

Kritik kritik banyak dilayangkan tentang kegunaan dari jenis jenis tes sebagai ukuran tunggal dari prestasi siswa. Istilah assesmen tradisional digunakan untuk menunjukkan assesmen yang menggunakan bentuk bentuk tes pilihan ganda, pernyataan benar salah, melengkapi kalimat dan mencocokan. Perkembangan zaman telah menuntut bahwa potensi kemampuan siswa sudah tidak sewajarnya jika hanya dinilai dari segi kognitifnya saja. Seiring dengan realita di kehidupan yang kompleks, untuk menyelesaikan berbagai macam masalah, tidak hanya cukup mengandalkan sisi kognif saja, namun semua komponen potensi yang ada baik ranah afektif maupun psikomotorik harus mampu dikembangkan demi terwujudnya individu berkualitas yang memiliki integritas yang baik.

Hal ini kemudian mendorong lahirnya istilah assesmen alternatif, sebuah assesmen yang menawarkan kesempatan pada seorang guru untuk menyadari kelebihan dan kekurangan siswa mereka dalam kondisi yang bermacam macam. Salah satu assesmen alternatif adalah assesmen autentik, sebuah assesmen yang menekankan pada apa yang dapat dilakukan siswa dalam konteks kehidupan nyata dan kecenderungan mengukur ketrampilan siswa yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Sederhananya assesmen autentik merupakan assesmen yang sejalan dengan tugas dan syarat yang dibutuhkan siswa di kehidupan nyata.

Assesmen bisa dikatakan autentik apabila metode penugasan, isi materi, persyaratan dan evaluasi untuk assesmen sama dengan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Assesmen autentik melibatkan dimensi realistic, pelibatan siswa dan komponen penilaian yang beraneka ragam. Assesmen autentik dapat medorong siswa untuk belajar, karena secara tidak langsung assesmen autentik merupakan formativ assesmen dan assesmen proses pembelajaran. Tambahan, keahlia nyata dalam assesmen autentik melibatkan pengetahuan procedural, pemecahan masalah, kolaborasi dan motivasi. Melalui assesmen autentik pengetahuan, pemahaman, keahlian pemecahan masalah, keahlian sosial dan sikap dipraktekan dalam kehidupan nyata. Aturan dari assesmen autentik dalam kelas dapat ditekankan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar berbicara keahlian tetapi juga berpikir kritis dan penerapan pengetahuan.

Ada 9 karakteristik dalam assesmen autentik, diantaranya :

1. Realistik

2. Berbasi pada kinerja/proses

3. Komplek (dalam aspek kognitif)

4. Membenarkan / tergantung tujuan

5. Formatif

6. Kolaboratif

7. Penskoran dibangun dan diketahui oleh siswa

8. Indicator yang bermacam macam / portofolio

9. Penguaaan keahlian.

Assesmen autentik adalah sebuah proses yang tidak hanya menekankan informasi pengetahuan yang dimiliki siswa, tetapi juga keahlian yang diperoleh kemudian bagaimana siswa tersebut menerapkannya dalam kehidupan nyata. Secara tidak langsung melalui penugasan autentik, kemampuan kognitif dan keahlian berpikir tingkat tinggi seorang siswa dapat ditingkatkan.

Assesmen autentik sebenarnya bukan lah sesuatu yang baru dalam bidang assesmen sendiri, assesmen ini kemudian diperluas dan mulai banyak diadopsi dalam bidang pendidikan. Dalam penelitian yang dilakuan untuk menemukan pendekatan assesmen yang baik guna meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru, berdasarkan penelitian, assesmen autentik yang dipraktikan pada pendidikan guru ternyata tidak hanya berdampak positif bagi guru itu sendiri melainkan juga pada proses pembelajaran siswa. Ini berarti assesmen autentik secara langsung berperan sebagai sebuah assesmen pembelajaran karena berdampak bukan hanya terhadap siswa namun juga terhadap guru itu sendiri,

Referensi

Ghanavati Nasab, Fatemeh.2015. Alternative Versus Traditional (Assessment Journal of Applied Linguistics and Language Research Volume 2, Issue 6, 2015, pp. 165-178)

Kinay, İsmail & Bağçeci, Birsen. 2016.The Investigation of the Effects of Authentic Assessment Approach on Prospective Teachers’ Problem-Solving Skills (International Education Studies; Vol. 9, No. 8; 2016 ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039)

Mohamed, Razmawaty & Lebar, Othman. 2017. Authentic Assessment in Assessing Higher Order Thinking Skills (International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 2017, Vol. 7, No. 2 ISSN: 2222-6990)

Nhut Linh, Nguyen.2016. Authentic Assessment - A Case Study Of Its Implementation In A Lecturer’s Classes In Vietnam (ICESI 2016 - The International Conference on Education and Social Integration)

SherAzim & Khan,Mohammad.2012. Authentic Assessment: An Instructional Tool To Enhance Students Learning ( Academic Research International ISSN-L: 2223-9553, ISSN: 2223-9944 Vol. 2, No. 3, May 2012)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image