Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Misna sahara batubara

Asal Usul Bahasa Muarasipongi

Sejarah | Tuesday, 12 Oct 2021, 06:19 WIB

BAHASA ASLI TANAH ULU MUORO SIPONGI

a. Asal-usul Bahasa Muoro sipongi

Bahasa merupakan salah satu cara dalam berkomunikasi untuk saling mengerti antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu yang ada didaerah sekitar muoro sipongi ini yaitu bahasa muoro sipongi itu sendiri. Dalam sejarahnya bahasa muoro sipongi sudah disinggung sebelumnya, bahwasanya bahasa muoro sipongi itu terbentuknya tidak terlepas dari permasalahan situasi dan kondisi pada saat itu. Dimana sebenarnya awal dari bahasa muoro sipongi itu adalah bahasa malayu jambi kuno, pada waktu itu kondisi mereka yang 6 orang dengan pengikutnya masih rawan karena dalam pelarian. Sehingga dibuatlah cara bagaimana bisa berkumpul dan saling mengerti dengan kaum kerabat Langkit Lubis yang ada didaerah sekitar muoro sipongi, tapi tidak diketahui oleh prajurit yang mengejarnya bahwasanya mereka ini yang berasal dari malayu jambi.

Perubahan bahasa itu hanya disepakati akhiran “ng” jadi “g”, akhiran “m” jadi “p”, dan akhiran “n” jadi “t”. itu pun tidak semuanya, tergantung kebiasaan memakainya. Jadi masih banyak istilah-istilah malayu kuno yang dipakai lagi di muoro sipongi waktu itu. Kemudian ada juga mereka merobah bahasa malayu jambi kuno itu dengan cara mempelintir kan sebagian hurufnya, kemudian ada juga yang sebagian dihilangkan dan juga menambahkan diftong yang tidak ada dalam bahasa malayu jambi kuno seperti contohnya diftong “AE” kalau di sebut hangat=hangaek, dapat=dapaek, cepat=cepaek. Kemudian kalau yang berakhiran “NG” tadi di hilangkan “N” nya, seperti contoh kambing=kambig, pantang=pantag, sarang=sarag, dan contoh-contoh yang lainnya, sehingga dengan berjalannya waktu maka terbentuklah bahasa muoro sipongi itu sendiri.

Diftong EI suara berubah antara i dan e serta huruf aktifnya hilang, misalnya pahit = paiek, air = aie, sayat = saiek, butir = butie, bibir = biebie. Dan diftong uo yaitu suara berubah antara u dengan o, misalnya : bubur = buobuo, hancur = hancuo, periuk = poriuok, kabur = kabuo. Namun setelah masuknya Belanda membuka tanbang emas subun-subun di simpang mandepo dan tambang doubi di aie botung maka terjadi pertambahan penduduk yang berasal dari luar tanah ulu muara sipongi. Antara lain, yaitu: orang Belanda itu sendiri, orang disekitar tanah ulu seperti orang mandailing, batak toba, minang, jawa, dan lain-lainnya. Dengan bahasanya masing-masing menambah perbedaan bahasa dan dinamika dikalangan asli tanah ulu muara sipongi. Sehingga sampai saat ini bahasa muara sipongi mengalami dinamika yang sangat cepat. Dari perbedaan diatas maka banayak istilah2 yang dipakai dalam bahasa tanah ulu muara sipongi, sebagai contoh yang berasal dari bahasa belanda yaitu : onderlach, smokel, bepaek. Dari bahasa jawa : opo, sopo, dll. Dari bahasa batak toba : ambalang jadi ombalag, sambaing Jadi sambig, dll. Bahasa minang : kulek jadi kuliek, lai jadi loi, pitih, dll. Dan juga masih banyak lagi pertambahan istilah-istilah atau idiom lainnya yang dapat kita lihat sampai sekarang ini yang mempengaruhi bahasa tanah ulu Muara sipongi. Begitu juga dengan adat dan budaya tanah ulu muara sipongi serta kesenian daerahnya. Namun itu semua tidak beararti merubah atau menghilangkan bahasa muara sipongi, tapi sebaliknya memperkaya perbendaharaan bahasa asli tanah ulu muara sipongi. Dan tentunya diharapkan sangat untuk memahami akar bahasa ini terutama bagi orang tanah ulu muara sipongi baik yang berada di daerah tanah ulu muara sipongi maupun yang diluar (rantau). Dan mereka juga harus bangga memakai bahasa asli tanah ulu muara sipongi untuk selamanya.

b. Bahasa Muara Sipongi sebagai kekayaan Budaya Bangsa

Dari segi bahasa ini lebih menguatkan lagi bahwa komunitas terkecil yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal ini adalah punya sejarahnya sendiri. Sebagaimana diketahui seluruh daerah kecamatan di Kabupaten mandailing natal ini adalah berbahasa Batak mandailing dan Natal Pesisir, sedangkan tetangganya Sumatera Barat adalah berbahasa minang. Maka secara historis bahasa muoro sipongi adalah bagian dari rumpun melayu jambi, karena bahasa melayu merupakan cikal bakal adanya bahasa Indonesia. Maka oleh sebab itu sepantasnya lah kita sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk melestarikan bahasa muoro sipongi ini karena termasuk bagian dari kekayaan bangsa Indonesia dan bagian dari budaya daerah yang notabene adalah bagian dari budaya Nasional NKRI itu juga. Dengan demikian kalau sampai hilang budaya dan bahasa muara sipongi, maka itu berarti kerugian daerah Sumatera Utara secara khusus dan NKRI secara umum. Namun demikian tanggungjawab mempertahankannya tentu lebih dibebankan terutama kepada generasi muda Tanah Ulu Muara Sipongi sesuai pepatah “tujuh batag botindih non de bawah jugo non palig benyak (pepatan kuno Tanah Ulu Muara Sipongi)”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image