Perkembangan Fashion Remaja di Kota Surabaya
Gaya Hidup | 2022-06-08 19:57:46Globalisasi menjadi istilah yang tidak asing lagi untuk didengar, yang juga mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan seperti misalnya kebudayaan. Westernisasi yang merupakan salah satu contoh nyata adanya globalisasi. (Larasati, 2019) Pengaruh budaya barat itulah yang disebut dengan westernisasi. Tidak jarang westernisasi diartikan menjadi hal yang bermakna negatif. Westernisasi berasal dari kata westernize yang berarti membarat-baratkan. Membarat-baratkan yang dimaksud adalah dengan mengimitasi secara berlebihan budaya barat, seperti lifestyle, fashion,dan lainnya. Westernisasi cepat terjadi juga karena perkembangan teknologi, sehingga informasi cepat sekali diketahui oleh masyarakat Indonesia meski berjarak jutaan kilometer. (Budiman, Syarwani, & Syifa, 2021) Faktor dari maraknya westernisasi adalah kesukaan masyarakat terhadap merk dagang luar negeri, seperti yang biasa terlihat bebrapa orang hanya memilih brand tertentu dan bangga memakainya lebih daripada memakai merk lokal. Lalu juga karena kecepatan teknologi, tak bisa dipungkiri memang faktor inilah yang paling berperan besar, gaya hidup, musik, mode busana dengan cepat diketahui. (Kurniawan, 2021)
Sandang, pangan, papan, merupakan hal mendasar dan primer yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Sandang atau busana atau juga lebih sering disebut pakaian bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan namun juga sebagi salah satu cara untuk mengekspresikan diri. (Fadillah, Kusumawardani, & Puji, 2021) Kegiatan individu untuk menemukan dan mengumpulkan informasi tentang metode Berpakaian adalah bagian dari proses komunikasi. Dari segi fashion, ini merupakan kegiatan atau proses untuk mencari dan mengumpulkan informasi.Ini memanifestasikan dirinya sebagai proses yang terjadi pada individu yang merasa kurang citra diri dan kecurigaan, terutama pada remaja. Tumbuh kecurigaan di antara anak-anak muda ini karena kebanyakan dari mereka ingin tampil melalui gaya hidup baru. Gaya hidup ini antara lain tercermin dari “advertising lifestyle” yang berawal dari “lifestyle advertising” yang digunakan oleh media. (Citrawati, 1989)
Pada tahun 1950, gejolak pengaruh budaya Eropa menyebar ke Indonesia. Termasuk mode. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan fashion, seperti aspek ekonomi, sosial dan budaya. Pengaruh budaya menjadi faktor utama yang mempengaruhi perubahan pakaian remaja Indonesia, termasuk para remaja di Surabaya,terutama pada kalangan mahasiswa dan mahasiswi. Hal ini berlanjut hingga tahun 2000-an, terbukti dengan kemajuan industri dan teknologi tekstil. Keadaan ini secara tidak langsung mengikuti trend fashion yang berkembang saat itu bagi para remaja Surabaya. Media lain untuk memperkaya fashion remaja di Surabaya adalah kontes fashion, penyelenggaraan fashion show, dan pemilihan model sampul majalah fashion. (Kusumawati, 2020) Perkembangan fashion terus berlanjut hingga sekarang. Baik pada remaja laki-laki maupun perempuan, seperti pada pertengahan abad 20 gaya yang awalnya casual berubah menjadi lebih feminin, busana untuk pria juga tidak luput dari sedikit sentuhan feminin. (htt) genderless fashion merupakan istilah fashion yang baru baru ini mencuri perhatian. Konsep fashion yang berasal dari luar negeri yang memberikan kebebasan dalam berpakaian tanpa ada norma berpakaian. Norma yang dimaksud, aturan rok hanya dipakai oleh perempuan dan hal hal yang cenderung menspesifikasi sesuatu berdasarkan gender, karena tujuan dari konsep genderless fashion ini adalah untuk mengekspresikan diri dan menjadi diri sendiri (Västrik, 2021).
Maka dari itu cara berpakaian akan menggambarkan individu yang memakainya. Orang yang berpenampilan rapi berarti orang yang disiplin begitu juga sebaliknya. Trend pakaian di Surabaya juga sama seperti di kota-kota besar lainnya. Banyak sekali remaja yang terlihat modis menggenakan pakaian yang terinspirasi dari orang barat. Namun para remaja di Surabaya dan seluruh Indonesia juga memulai trend untuk mempertahnkan budayanya asli Indonesia. Dengan tagar #berkainbersama yang sempat menyita mata publik beberapa waktu lalu. Proses akulturasi fashion ,dimana perpaduan kain batik dengan berbagai aksesoris fashion pendukung lainnya. Sehingga dengan masuknya berbagai konsep fashion para remaja sudah bijak menyikapi agar tidak menghilangkan budayanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from http://e-journal.uajy.ac.id/2971/3/2TA11375.pdf diakses pada 6 Desember 2021
Budiman, M. R., Syarwani, A., & Syifa, G. N. (2021). Makalah Modernisasi dan Westernisasi di Indonesia. Modernisasi dan Westernisasi di Indonesia, 1-14.
Citrawati, C. (1989). Sumber-Sumber Informasi Remaja Perempuan di Surabaya Dalam Melakukan Peniruan Cara Berpakaian. NBER Working Paper Series, 99-104.
Fadillah, T. C., Kusumawardani, H., & Puji, E. (2021). Persepsi Mahasiswa S1 Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Malang Terhadap Perkembangan Busana (Fast Fashion and Sustainable Fashion). 87-91.
Kurniawan, A. (2021, Januari 29). Merdeka.com. Retrieved from Merdeka.com: https://www.merdeka.com/jabar/westernisasi-adalah-pengadopsian-budaya-barat-oleh-masyarakat-ketahui-dampaknya-kln.html diakses pada 6 Desember 2021
Kusumawati, D. (2020). Mode Pakaian Remaja Laki-Laki di Surabaya Tahun 1950-2000. 1-19.
Larasati, D. (2019). Globalization on Culture and Identity: Pengaruh dan Eksistensi Hallyu (Korean-Wave) Versus Westernisasi di Indonesia. Jurnal Hubungan Internasional, 109.
Västrik, T. (2021). xposing the Unseen: Delicate Identities from History Applied to Modern Fashion Collection. 96.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.