Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Susilo Dwi Rahayu

Mempesona Siswa: Belajar Efektif dengan Augmented Reality

Guru Menulis | Monday, 11 Oct 2021, 00:03 WIB

Seekor katak melompat tepat diatas buku di depan saya. Hanya gara gara saya memindai kode marker dengan hp android yang saya punya. Satu kali sentuhan, kulit katak berubah transparan dan saya bisa melihat semua organ dalamnya. Lengkap dengan nama bagian dan fungsinya. Hanya butuh beberapa menit mengamati saya paham sistem pencernaan hewan ampibi ini. Jauh lebih singkat dibanding ketika saya mempelajarinya dulu saat membedah katak dan belajar fungsi organnya dari buku. Selintas ide muncul dibenak. Saya ingin mengajar dengan cara seperti ini. Akan seperti apakah kelas saya nantinya?

Teknologi yang saya gunakan tadi disebut Augmented Reality (AR).Secara sederhana berarti teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda benda maya tersebut secara realitas dalam waktu nyata.

Dalam kasus katak yang melompat diatas buku tadi, katak tersebut sebenarnya adalah benda maya 3 dimensi yang kemudian saya proyeksikan ke atas buku yang benar-benar ada di depan saya. Saya bisa melihat gambar katak lewat layar hp. Jika mata kita keluar dari bidang hp, gambar katak tersebut menjadi tiada.

Sesungguhnya AR bukanlah teknologi baru, jenis teknologi ini sudah berkembang bahkan di tahun 1980an. Dan makin tahun penggunaannya makin luas ke berbagai bidang kehidupan. Game, industry, pemasaran dan lain sebagainya. Mungkin kita masih inget hebohnya dunia saat ada game Pokemon Go. Semua orang diseluruh dunia sibuk mencari pokemon yang bisa dilihat lewat hp pemain.

Penggunaan AR di bidang pendidikan di Indonesia baru mulai menggeliat beberapa tahun terakhir ini, dan makin krusial saat pandemi Covid berlangsung . Mengapa? Karena ketika sekolah diseluruh negara terpaksa tutup demi melindungi kesehatan siswanya dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mulai diterapkan. Ternyata setelah satu tahun pelaksanaan mulai di evaluasi dan hasilnya, PJJ selama pandemi tidak efektif. Hal ini diketahui dari bank data KPAI , 2021, yang mendapatkan laporan pengaduan ke lembaga ini dan juga menyebarkan survei pembanding, sebanyak 56, 7% guru hanya memberikan tugas ke siswa tanpa ada penjelasan secara daring dan 77, 8% siswa mengeluh kesulitan mengerjakan tugas yang yang menumpuk, jika hal ini dibiarkan terus menerus bukannya tidak mungkin siswa Indonesia akan mengalami Loss Learning atau kehilangan kesempatan belajar besar-besaran. Tentu hal ini merugikan masa depan generasi muda kita.

Jika ditilik dari berbagai penelitian, misal Tri Yuliono, 2018, penggunaan media AR memiliki berbagai macam keunggulan. AR memiliki tampilan visual yang menarik, mirip dengan realitas, bisa memberikan interaksi langsung saat itu juga, menarik minat siswa dan juga ,membantu peningkatan pemahaman konsep pelajaran dengan signifikan.

Penggunaan AR juga mengikat perhatian dan motivasi belajar siswa. Ini saya buktikan saat mengikuti pelatihan trainer of trainer dibidang AR kerjasama salah satu penyedia aplikasi AR dengan organisasi guru, tampilan AR memacu diri untuk lebih mengekplor lagi ke mata pelajaran lain, misal kerja organ manusia. Rangka, lapisan bumi, sejarah, kimia dan masih banyak mata pelajaran yang lain. Saya bersedia menjadi seorang pembelajar lagi. Saya ingin menguasainya. Dan saya ingin share ke banyak guru agar mau dan mampu menggunakan AR sebagai media pembelajaran yang efektif di masa pandemi ini.

Jika ada guru yang merasa tidak menguasai teknologi ini, ada aplikasi AR yang pada prinsipnya hanya melakukan “drag and drop” atau menyeret dan meletakkan objek 3 Dimensi yang tersedia di aplikasi agar menjadi aplikasi AR sesuai dengan tujuan pembelajaran guru yang bersangkutan. Semua sudah ada di aplikasinya. Kalaupun butuh hp android, siapa sekarang yg tidak memilikinya. Seorang guru pun harusnya memiliki untuk menunjang pembelajarannya.

Jadi mau PJJ, luring atau PTM (Pertemuan Tatap Muka ) terbatas AR bisa digunakan sebagai alternative pembelajaran yang mengedepankan ketertarikan siswa terhadap subyek dan juga pemahaman yang meningkat signifikan. Jadi tidak ada lagi alasan untuk berhenti belajar. Baik guru maupun siswa. Kita semua adalah individu yang mesti bersedia belajar seumur hidup agar mampu bertahan dalam peradapan. Karena selalu ada solusi bagi mereka yang mau mencari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image