Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yeti Islamawati

Tantangan menjadi Rockstar Teacher di Era Pandemi Covid-19

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 22:18 WIB
Sumber: republika.co.id

Perkembangan zaman adalah sebuah keniscayaan. Kehidupan manusia tidaklah stagnan, karena ia dianugerahi akal pikiran dan perasaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan dengan zaman itulah yang akan bertahan. Sabda Nabi Muhammad saw. berkaitan dengan cara mendidik anak, "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian." Hal tersebut harus digarisbawahi oleh seorang pendidik, dalam hal ini guru.

Mendidik anak sesuai zamannya berarti, apa yang diajarkan kepada anak itu sifatnya dinamis dan tidak tetap, menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan. Kalimat tersebut bukan berarti meninggalkan cara-cara mengajar tempo dulu. Namun, model mengajar lampau masih bisa digunakan, tentu saja disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, guru dituntut paham dunia kekinian. Anak zaman sekarang, yang sejak kecil dijejali laptop, handphone, dan aneka gawai pintar lainnya, tentu saja akan merasa mudah bosan jika guru hanya menyampaikan kegiatan belajar mengajar secara ceramah yang monoton. Terlebih, diperparah tanpa adanya persiapan guru yang memadai dalam mengajar. Singkatnya, guru tidak menyiapkan skenario dengan baik.

Zaman yang sekarang ditengarai pandemi Covid-19. Tidak pernah terbayang oleh generasi saat ini, bahkan generasi terdahulu, akan ada “libur panjang”. Sebagai guru, tentu sering mendengar celetukan peserta didik yang bertanya kapan sih sekolah libur. Pada saat lainnya, wajah peserta didik begitu antusias saat guru mengumumkan belajar di rumah. Ternyata, setelah apa yang “diinginkan” terwujud, siswa kembali merengek kapan sekolah. Hal tersebut adalah sebuah modal betapa sebenarnya, keberadaan guru itu sangat diperlukan dan diinginkan para peserta didik.

Pada era pandemi Covid-19, mau tidak mau, suka tidak suka, guru harus melakukan transformasi, sebuah lompatan menggunakan media online atau daring (dalam jaringan). Lalu apakah keberadaan guru menjadi bergeser sepenuhnya? Ternyata jawabannya tidak. Model ceramah masih bisa tetap eksis, dan bahkan bisa selalu tampak update jika guru mau untuk selalu belajar dan haus informasi. Bedanya, kini tidak bertatap muka secara langsung, melainkan melalui media daring. Ada berbagai media daring yang dapat dipilih seperti zoom, gmeet, voice note, bahkan video call. Intinya, guur harus mau berjibaku belajar secara mendadak dan seefektif mungkin. Terlebih, generasi sekarang itu kritis dan guru harus menghadapi kekritisan siswa. Tak jarang pula dijumpai, peserta didik lebih canggih dari pada gurunya. Sebagai guru tak perlu berkecil hati, kita bahkan dapat berpatner dengan mereka mencari solusi terbaik bagi jalannya kegiatan mengajar secara daring.

Asril Novian Alifi, sebagai penulis buku Rockstar Teacher mengenalkan konsep rockstar teacher. “Rockstar teacher adalah guru-guru yang selalu ingin berdedikasi lebih untuk siswanya dan selalu menolak menjadi guru ala kadarnya,” (halaman 7). Jalannya kegiatan belajar mengajar di kelas diibaratkan seperti dengan konser musik rock. Guru adalah artisnya, penonton adalah siswanya, ruang kelas adalah panggung pertunjukannya, serta ilmu pengetahuan adalah pertunjukannya.

Kegiatan belajar mengajar daring tentunya berjalan bukan tanpa hambatan. Namun kita harus menempatkan masalah bukan sekadar hambatan. Dengan adanya masalah, guru ditantang untuk mencari solusi. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh seorang guru adalah kesulitan mendapatkan fokus dari peserta didik. Dari mulai peserta didik tidak hadir di pembelajaran daring, peserta didik tidak focus, malah ramai dan sibuk sendiri, ketika dipanggil guru tidak responsif dan cenderung pasif. atapan tidak fokus, dan lain sebagainya. Di sinilah peran guru sebagai aktor utama. Peserta didik perlu direbut dan disihir perhatiannya.

Agar guru menjadi rockstar, perlu memikirkan bagaimana cara mengajar dengan kreatif dan inovatif. Bagaimana menciptakan kelas yang bahagia dan menyenangkan ala rockstar. Mengapa demikian? Karena guru yang menjadi salah satu kunci penentu hasil kegiatan belajar mengajar. Seorang guru ibarat rockstar yang harus menguasai “panggung” dan membuat “penonton” antusias.

Caranya tentu saja dengan menyiapkan skenario pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih sekarang ini semua serba menggunakan jaringan internet. Salah satu tantangan pendidik saat ini adalah membangun keterampilan abad 21, yaitu keterampilan melek teknologi dan informasi, keterampilan berpikir kritis dan sistematis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan komunikasi yang efektif, dan keterampilan bekerja sama atau berkolaborasi. Sebenarnya guur cukup terbantu dengan media daring ini, yang seolah tak pernah kehabisan informasi.

Gawai di di tangan pelajar tidak hanya untuk gaya hidup seperti media sosial. Gawai bahkan mendapatkan porsi terbesar sebagai sarana belajar di era pandemic Covid-19 ini. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran, guru dapat menggunakan portal pembelajaran berbasis online yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM). Ada berbagai fitur yang ditawarkan, misalnya sumber belajar, buku sekolah elektronik, bank soal, laboatorium maya, peta budaya, wahana jelajah angkasa, dan kelas maya. Ada juga aplikasi yang diperuntukan untuk warga madrasah, yaitu E-Learning Madrasah yang tiap-tiap madrasah mempunyai. Sarana tersebut memungkinkan terjadinya hubungan lebih intens antara guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran tidak hanya berlangsung di kelas tetapi bisa di mana saja dan kapan saja. PR atau ulangan bahkan tugas bisa disampaikan guru melalui online dan siswa mengerjakannya juga secara online. Hanya saja, ada yang perlu diingat bahwa teknologi tidak akan menjadi alat bantu yang baik dan efektif apabila pola pembelajaran guru masih tradisional dan kaku.

Guru harus pintar-pintar dalam membuat skenario pembelajaran, memilih konten-konten yang menarik, up to date, serta dapat memberikan contoh keteladanan. Bagaimana mungkin guru dapat mengajarkan sesuatu hal sementara ia sendiri belum pernah melakukannya? Selain itu, guru dituntut lebih fleksibel menghadapi generasi milenia. Generasi sekarang bukan hanya peserta didik yang bisa dituntut untuk duduk diam mendengarkan, menyerahkan tugas, kemudian mengantongi nilai.

Guru harus menyiapkan generasi milenial menjadi generasi penerus bangsa. Pada para peserta didik itulah nantinya kita akan memercayakan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Peserta didik harus disentuh jiwa raganya dengan sebaik-baik bekal hidup. Jangan pernah lupa, walaupun sekarang ini pertemuan tatap muka sudah diberlakukan, keadaan tak lagi sama. Guru dan peserta didik akan selalu bersinggungan dengan teknologi dan internet.

Pada akhirnya, dunia pendidikan pun harus bersanding dan berdampingan dengan Covid-19. Saat bahaya datang untuk kali pertama, lari, kedua kalinya, siaga, dan harapannya pada ketiga kalinya dapat berdamai dengan keadaan yang membahayakan tersebut.

Sebagai seorang guru, bolehlah kita berharap pada akhirnya peserta didik akan mengidolakan guru sebagimana fans fanatik mengidolakan rockstar mereka. Kehadirannya akan selalu diingat, guru yang melegenda sehingga hidup di hatinya. Belum tentu yang kelak peserta didik ingat itu materi-materi yang diajarkan gurunya, melainkan cara guru tersebut mengajar dan berinteraksi dengannya.

#GuruHebatBangsaKuat

#GuruEraPandemi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image