Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathimah Zahro

Analisis Pragmatik Jenis Tindak Tutur Pada Novel Hujan

Sastra | 2022-06-06 22:49:06

Penulis:

Fathimah Zahro Mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UNISSULA

Dr. Aida Azizah, M.Pd. Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UNISSULA

Analisis Pragmatik Jenis Tindak Tutur Pada Novel Hujan

Seiring perkembangan zaman sastra Indonesia ikut serta mengalami kemajuan. Hal itu tampak pada karya-karya anak-anak bangsa. Karya-karya tersebut meliputi novel, cerpen, drama, puisi, prosa, esai, dan lain-lain. Sastra sangat berkaitan dengan bahasa, sehingga dalam mempelajari sastra alangkah baiknya jika kita juga mempelajari ilmu bahasa.

Ilmu bahasa meliputi linguistik, fonetik dan fonemik, semantik, pragmatik, morfosintak, dan psikolingustik. Namun, kali ini kami hanya akan membahas ilmu bahasa pragmatik.

Pragmatik adalah ilmu untuk memahami makna penutur. Menurut Rahardi (2005:49) pragmatik adalah ilmu yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Sedangkan menurut Morris (1960) ia mengatakan bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. Yang dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.

Ada banyak jenis tindak tutur pada ilmu pragmatik ini. Misalnya, Konstatif Performatif, Lokusi, Ilokusi, Perlokusi, Representatif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklarasi atau Isbati. Pada novel Hujan karangan Darwis Tere Liye bagian bab 2, diketahui bahwa terdapat beberapa tindak tutur.

Berikut hasil analisis tindak tutur pada novel Hujan

1. Representatif

Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Jenis tuturan ini adalah:

• Menyatakan

"Menurut saya itu kabar buruk. Yeah, dengan segala respek atas perayaan ini." Kutipan (H:11)

Kalimat tersebut mempunyai makna menyatakan sebuah kabar yang buruk.

"Ya. Kamu tahu, empat puluh dua tahun lalu, saat milenium baru, penduduk bumi hanya enam miliar. Sekarang? Tahun 2042? Sepuluh miliar. Kita hanya butuh empat puluh dua tahun saja. Itu gila." Kutipan (H: 11)

Kalimat di atas menunjukkan pernyataan jumlah penduduk bumi yang bertumbuh pesat.

"Apanya yang berlebihan? Sepuluh tahun terakhir kita sudah mengalami krisis air bersih. Catat, enam puluh persen penduduk bumi kesulitan mendapatkan air bersih. Itu berarti enam miliar orang, dan terus bertambah. Di negara tertentu, air bersih memicu perang saudara. Catat, kita juga terus mengalami krisis energi sejak sumber energi fosil habis. Tambahkan krisis pangan, jutaan hektar gandum, padi, jagung harus ditanam untuk me menuhi kebutuhan sepuluh miliar mulut manusia. Ini kabar buruk..." Kutipan (H:15)

Kalimat di atas menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk bumi mengkhawatirkan, karena semakin banyak manusia semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi.

Narasumber memperbaiki posisi duduknya. "My friend, dengan segala respek.... Umat manusia sejatinya sama seperti virus. Mereka berkembang biak cepat menyedot sumber daya hingga habis, kemudian tidak ada lagi yang tersisa. Mereka rakus sekali. Maka seperti virus, hanya obat paling keras yang bisa menghentikannya. Saya tidak bicara soal perang, atau epidemi penyakit, itu tidak pernah berhasil menghentikan umat manusia." Kutipan (H:16)

Berdasarkan kata narasumber di atas, ia menyatakan bahwa sejatinya manusia seperti virus. Berkembang biak sangat cepat lantas menghabiskan sumber daya yang ada.

• Menuntut

"Kamu jangan sampai tertinggal, Lail!" Kutipan (H:11)

Kalimat tersebut memberikan tuntutan kepada tokoh lail agar cepat-cepat sehingga tidak tertinggal.

2. Direktif

Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Jenis tuturan ini adalah:

• Meminta

"Bagaimana menurut Anda dengan kelahiran bayi, penduduk bumi yang kesepuluh miliar?" seorang pembawa acara bertanya. Kutipan (H:10)

Kalimat tanya di atas meminta kepada seseorang agar memberikan pendapatnya.

• Menyuruh

"Rapikan dasimu, Lail." Kutipan (H:12)

Kalimat di atas menunjukkan perintah agar tokoh lail merapikan dasinya.

3. Ekspresif atau Evaluatif

Ekspresif atau Evaluatif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu.Jenis tuturan ini adalah:

• Mengeluh

"Kita sudah terlambat. Aduh, kenapa kota ini tiba-tiba jadi ramai sekali," ibunya mengeluh, berusaha menerobos kepadatan perempatan. Kutipan (H:10)

Kalimat di atas menunjukkan keluhan karena terlambat yang disebabkan kota mendadak ramai.

"Aduh, sepertinya kereta juga terlambat pagi ini." Kutipan (H:12)

Kalimat di atas menunjukkan keluhan karena kereta juga terlambat.

• Menyalahkan

"Masih di stasiun kereta. Kami terlambat sekali. Lail bangun kesiangan. Dia selalu saja membuat kacau jadwal pagi di rumah." Kutipan (H:12)

Kalimat di atas menunjukkan bahwa ibu lail menyalahkan lail karena sering membuat kacau jadwal pagi di rumah mereka.

• Mengucapkan selamat

"CONGRARULATION! Selamat, penduduk bumi! Kita baru saja mendapatkan bayi yang kesepuluh miliar!" Kutipan (H:10)

Kalimat di atas menunjukkan ucapan selamat atas lahirnya bayi yang kesepuluh miliar.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Hujan bagian bab 2 terdapat tindak tutur representatif, direktif, dan ekspresif atau evaluatif. Pada tindak tutur representatif terdapat 2 jenis tuturan yaitu menyatakan dan menuntut. Pada tindak tutur direktif terdapat 2 jenis tuturan yaitu meminta dan menyuruh. Sedangkan pada tindak tutur ekspresif terdapat 3 tindak tutur yaitu mengeluh, menyalahkan, dan mengucapkan selamat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image