Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulinda az Zahra

Merajut Asa Demi Anak Bangsa

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 20:15 WIB
SD Muhammadiyah Unggulan Jembrana Ajarkan Cinta Lingkungan

Dampak pandemi masih terasa di semua lini. Masih terasa juga perubahan yang cukup drastis. Bukan satu dua bidang saja, tetapi hampir menimpa seluruh kehidupan masyarakat.

Sebagai guru, perubahan sistem pendidikanlah yang sangat terdampak. Pengaruhnya sampai membuat para siswa dan orang tua geleng-geleng kepala. Para guru pun mencari seribu cara demi bisa membimbing dan mengajar para siswa.

Pembelajaran yang semula tatap muka, kini beralih menjadi jarak jauh. Pembelajaran yang semula difokuskan di sekolah, kini di rumahlah yang harus diupayakan menjadi sekolah.

Tentu semua ini perlu pembaruan perangkat pendidikan. Administrasi berubah total. Semuanya fokus pada pendayagunaan internet dan teknologi. Guru, siswa, dan orang tua dituntut untuk bisa memakai teknologi.

Jika pandemi ini membawa perubahan yang baik, maka tak mengapa dilanjutkan untuk berinovasi di bidang teknologi. Akan tetapi perlu diperhatikan juga tahap perkembangan anak dan untuk siswa-siswa yang memiliki kendala tertentu.

Contoh saja untuk tahap anak sekolah dasar. Mereka masih perlu pembelajaran secara langsung dan interaksi sosial bersama teman-temannya. Ada juga siswa yang terkendala jaringan sebab tempat tinggalnya yang jauh dari akses internet atau kemampuan orang tua untuk membelikan kuota belajar. Semua perlu pertimbangan yang matang.

Di sinilah peran seorang guru untuk lebih ekstra lagi memikirkan cara agar para siswanya mendapatkan pendidikan yang layak dan mampu menerima pelajaran dengan baik. Inilah komitmen seorang guru demi terwujudnya anak bangsa yang cerdas.

Seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Lisannya akan digugu, dan lakunya akan ditiru. Di pundaknya ada amanah besar demi menjadikan anak bangsa menjadi hebat dan bermartabat. Bukan hanya di negeri sendiri, tetapi bisa dikenal juga di negeri orang. Bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk kesejahteraan semua umat.

Sebelum pandemi atau bahkan sampai selesainya pandemi ini, seorang guru tetap dituntut untuk menciptakan perubahan yang penuh inovasi dan inspiratif. Tuntutan ini guna mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan siswa.

Dengan selalu berinovasi, guru akan memiliki kualitas dan kompetensi yang lebih baik. Kemampuan menganalisa sistem pendidikan dan kurikulum yang cocok bagi siswa juga senantiasa di-upgrade. Tentu, hal ini dilakukan dengan harapan bisa menjadi guru yang hebat dan selalu memotivasi rekan-rekan guru yang masih saja stagnan dengan sistem yang lama dan tidak mau meningkatkan kompetensinya.

Oleh karenanya, guru juga berhak merajut asa. Memiliki mimpi dan impian yang besar. Jika dulu di sekolah dasar, para siswa diminta untuk menyebutkan cita-citanya, maka meski kini telah menjadi seorang guru, beliau juga masih boleh untuk menyemai dan mengembangbiakkan cita-citanya.

Pandai merangkai kata, tulislah hingga menjadi tulisan yang menginspirasi.
Lihai mengotak-atik komputer, ciptakan pembelajaran media interaktif berbasis teknologi.
Mahir berbicara di depan umum, berikan training motivasi sampai orang lain ikut melakukan perubahan.
Lakukan apa saja keahlian yang dimiliki. Maksimalkan kemampuan tersebut hingga tidak ada celah untuk mencari-cari kelemahan diri.

Sangat disayangkan ketika melihat guru hanya berdiam diri tanpa mau melakukan perubahan. Selalu saja ada alasan yang dicari-cari agar tidak ikut serta dalam aksi perubahan. Alasan klasik yang biasanya diucapkan, “Ah itu biar bu guru A atau pak guru B saja yang ikut.” Bahkan lebih parah lagi jika sampai terucap, “Saya pakai cara ini saja, lebih mudah. Saya sulit kalau harus belajar lagi pakai cara yang baru. Udah umur.”

Alasan-alasan klasik bisa beragam dan bisa terucap dari siapapun yang memang tidak mau keluar dari zona nyaman. Seolah merasa cukup dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini. Padahal, perubahan zaman akan selalu terjadi secara alamiah. Tidak ada yang bisa menghentikannya atau menolaknya. Bagi yang tidak bisa mengikuti, dengan sendirinya akan terpental.

Kala pandemi, banyak sekali pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online. Tema yang diberikan pun beragam. Menyesuaikan dengan kondisi, situasi, serta kebutuhan yang memang sangat diperlukan di kala pandemi. Ada yang sifatnya wajib, ada pula yang hanya perwakilan beberapa guru saja.

Mungkin sedikit pemaksaan, namun yakinlah bahwa perubahan yang nyata juga perlu dipaksa. Jadilah guru yang terus menerus merajut asa demi perubahan yang hakiki. Tumbuhkan komitmen hingga ia berakar kuat dan berusahalah untuk konsisten agar asa yang sedang dirajut bisa sampai pada tujuan akhir nan mulia.

Lihatlah! Ada berapa banyak anak yang terlantar karena tidak mendapat pendidikan yang layak? Ada berapa banyak siswa yang putus sekolah karena merasa tak mampu lagi menerima beban belajar yang banyak? Ada berapa banyak orang tua yang merasa memasukkan ke sekolah yang salah?

Banyak guru hebat di negeri ini, punya pemikiran luas dan cemerlang untuk anak bangsa. Namun penjaminan atas kehidupan mereka banyak yang masih di bawah standar. Ada kesenjangan antara guru di kota besar dan daerah terpencil. Ada gaji tinggi, ada gaji rendah, bahkan ada yang tidak digaji.

Jika kesenjangan ini terus menerus terjadi, bukan tidak mungkin fokus inovasi pembelajaran dari para guru hebat ini akan terpecah. Pembelajaran yang penuh inovasi juga perlu modal dan usaha. Tentu ini berkaitan dengan biaya. Bertambahlah beban pikiran guru.

Gudang pertanyaan ini semakin sesak rasanya jika tidak ada pihak yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya. Oleh karenanya, harus ada perubahan di dalamnya. Baik dari sistem pendidikan, metode pembelajaran, pengajar, serta pihak pemerintah dalam mengayomi dan menjamin semua elemen pendidikan tersebut.

#GuruHebatBangsaKuat
#GuruMenulis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image