Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chandra Aditya

Stanford Prison Experiment atau Zimbardo Prison Experiment

Sejarah | Sunday, 05 Jun 2022, 13:44 WIB

· Stanford Perison Experiment atau Zimbardo Prison Experiment

Stanford Prison Experiment atau yang biasa disebut Zimbardo Prison Experiment adalah sebuah percobaan yang dilakukan pada tahun 1971 di oleh seorang eksperimentor bernama Philip Zimbardo yang berasal dari Stanford University untuk meng-extend studi tentang “Lucifer Effect”.

Tujuan utama dari eksperimen tersebut adalah untuk mengetahui kondisi psikologis seseorang bila ditempatkan di dalam tempat yang serupa dengan penjara dan untuk melihat apa jadinya bila seseorang berada dalam tekanan juga apa jadinya bila seseorang diberikan kekuasaan. Mengingat tahun pelaksanaannya, eksperimen ini terbilang sangat liar dan tidak manusiawi sehingga Philip Zimbardo selaku eksperimentor dalam eksperimen ini dikecam publik karena sudah melanggar kode etik dalam eksperimennya.

Lokasi eksperime yang berasa di lantai basement yang di rombak sedemikian rupa agar terlihat seperti penjara sungguhan

Awalnya eksperimen ini direncanakan hanya akan berlangsung selama 2 minggu karena dirasa 2 minggu adalah waktu yang ideal untuk mendapatkan hasil/output dari eksperimen ini. Rekrutmen untuk eksperimen ini dilakukan dengan cara meyebarkan iklan di korna untuk eksperimen ini, dimana bayaran untuk peserta eksperimen adalah 15$/hari yang pada waktu itu dirasa cukup tinggi untuk ukuran mahasiswa pada waktu itu. Alhasil banyak orang yang mendaftar untuk mengikuti eksperimen tersebut, dari 75 orang akhirnya dipilihlah 24 orang yang di rasa kondisi kesehatan nya baik dan kondisi mentalnya stabil, juga peserta eksperimen ini dipastikan tidak memiliki catatan criminal dan tidak memakai obat obatan terlarang. Untuk tempat pelaksanaan eksperimen ini tidak dilaksanakan di penjara sungguhan melainkan dilaksanakan di basement Stanford Univesity yang alih fungsikan dan telah dirombak sedemikian rupa agar terlihat seperti penjara sungguhan.

· Hari Pertama

Pada tanggal 14 Agustus 1971 dimulailah eksperimen tersebut, pada hari pertama eksperimen peserta eksperimen yang berperan sebagai tahanan mulai ditangkap di depan umum atau di rumahnya tanpa pemberitahuan sebelumnya sehingga mengakibatkan banyak orang orang yang kaget saat melihat orang yang mereka kenal ditangkap oleh polisi karena memang tidak ada persiapan sama sekali soal penangkapan itu. Setelah peserta eksperimen yang berperan sebagai tahanan ditangkap, mereka dikenakan dengan tuduhan tuduhan seperti perampokan, pembunuhan atau lainnya. Kemudian dibawa ke suatu tempat dan diperlakukan seperti tahanan sungguhan seperti difoto, diminta sidik jari dan dibacakan Miranda right (sebuah hak untuk seorang tahanan). Lalu para tahanan diberikan sebuah baju yang tidak bertuliskan nama mereka melainkan bertuliskan angka sebagai identitas bagi tahanan, juga diberikan stocking sebagai penutup kepala untuk menambah sebuah perasaan sebagai tahanan sungguhan. Peran mereka sebagai tahanan semakin bertambah Ketika mereka hanya di berikan sedikit ruang di depan sel mereka untuk membuat para tahanan merasakan bahwa ruang bebas mereka hanya sedikit untuk menekan psikologis mereka. Disebelah sel mereka juga terdapat Isolation Cell yang berfungsi sebagai tempat hukuman bagi mereka yang berbuat kesalahan/pelanggaran dipenjara tersebut.

Foto para peserta eksperimen yang berperan sebagai tahanan

Di hari pertama tersebut juga para tahanan ditelanjangi, dipotong rambutnya dan disemprot oleh cairan sterilisasi yang sempat membuat konflik antara tahanan dan penjaga yang diakibatkan oleh penjaga yang melakukan ejekan tentang kemaluan para tahanan. Ejekan tersebut tidak ada didalam SOP atau inteuksi dari Philip Zimbardo selaku eksperimentor dalam eksperimen tersebut, namun karna perserta eksperimen yang berperan sebagai penjaga merasa memiliki kekuasaan melebihi tahanan tahanan tersebut. Dan hari pertama pun berakhir tanpa ada konflik yang benar benar serius. Lalu Zimbardo pun menyimpulkan bahwa penjaga maupun tahanan dapat berperan dengan baik sesuai perannya masing masing, namun penjaga dapat lebih cepat beradaptasi dengan perannya

· Hari Kedua

Hukuman hukuman para penjaga kepada para tahanan

Pada hari kedua, para tahanan dibangunkan dengan bunyi peluit dan ketukan besi yang sangat keras pada pukul 02:30. Para tahanan dibangunkan untuk mengingatkan peran mereka sebagai tahanan dan meningat nomor baru mereka adalah sebagai nama (identitas baru mereka) dan para tahanan sudah mulai terbiasa dengan peran baru mereka sebagai tahanan, hal itu dapat dilihat dengan para tahanan yang mulai saling curhat ke sesame tahanan tentang pengalaman mereka di penjara, para tahanan juga mulai mendapatkan hukuman seperti push up dengan kaki penjaga di atas tubuh tahanan dan lain lain, bahkan ada tahanan yang merobek nomor pada bajunya dan melepas penutup kepalanya karena mulai merasa depresi dan stress, beberapa tahanan lain ada yang mencoba menutup pintu sel mereka dengan di ganjal dengan kasur, sehingga penjaga yang bekerja pada shift malam harus berjaga sampai pagi untuk mengantisipasi adanya masalah yang diakibatkan oleh para tahanan. Penjaga juga mulai menyemprotkan fire extinguisher ke tahanan yang menahan pintu mereka agar para tahanan menjauh dari pintu sehingga penjaga dapat mendobrak masuk. Tahanan yang melawan itu kemudian ditelanjangi dan ranjang nya di ambil sebagai bentuk hukuman, dan para profokatornya dimasukan ke dalam sel khusus. Di hari inilah para penjaga muali berprilaku brutal karena mendapat perlawanan dari para tahanan

· Hari Ketiga

Di hari ketiga ini para penjaga juga melakukan pemisahan antar tahanan yang baik dan tahanan yang membuat masalah, para tahanan yang di hari sebelunya tidak membuat masalah diberikan sebuah reward yaitu dikembalikannya baju baju mereka serta diizinkan untuk keramas dan sikat gigi. Para tahanan tersebut juga diberikan makanan yang special dimana tahanan yang lain (tahanan yang membuat masalah) kehilangan hak untuk mendapat makan.

Tahanan #8612

Dan di hari ke 3 ini mulai terjadi stress yang cukup parah pada salah satu tahanan yaitu tahanan #8612, tahanan tersebut mulai mengalami stress hingga mengeluarkan kata kata kasar, berteriak, hingga menghina hina orang, ditambah saat bertemu penjaga dan penjaga mengatakan bahwa dia tidak bisa keluar dari penjara tersebut sehingga mengakibatkan tahanan tersebut makin mengalami stress, akhirnya seorang psikolog yang di tugaskan dalam eksperimen ini mengatakan bahwa thanan #8612 ini harus dibebaskan atau akan mengalami depresi yang lebih parah dan bisa mengalami kegilaan, alhasil tahanan tersebut dibebaskan

· Hari keempat

Di hari keempat tahanan mulai bertindak kooperatif karena mereka takut baju atau ranjang mereka di ambil oleh penjaga, di hari yang sama Zimbardo menyewa pendeta Katholik yang biasa melayani di penjara sebagai psikolog juga. Pendeta tersebut ditugaskan utuk menanyakan kepada tahanan tahanan bagaimana perasaan mereka di penjara tersebut, dan ditemukan beberapa tahanan mengenalkan nama mereka dengan nomor tahanan dan bukan dengan nama mereka. Pendeta tersebut juga membuat mereka merasa seperti sedang berada di penjara sungguhan dengan mengatakan bahwa tahanan tidak bisa keluar dari penjara tersebut tanpa adanya bantuan dari pengacara.

Tahanan #819 menangis di selnya karena merasa depresi

Setelah mendengar kata kata dari pendeta tersebut tahanan makin mengalami stress, bahkan seorang tahanan bernomor #819 mengalami histeris dan stress yang sama dengan tahanan #8612, tahanan #819 tiba tiba menangis dan menunjukan depresinya jepada sang pendeta. Kemudian tahanan tersebut dikembalikan ke dalam sel nya, saat hendak memasuki sel nya, tahanan tersebut mendengar tahanan lain meneriakinya bahwa tahanan #819 tersebut adalah penyebab sel tahanan lain di acak acak oleh penjaga, dan tahanan yang lain juga mengatakan bahwa tahanan #819 adalah tahanan yang buruk. Tahanan #819 pun menangis di dalam selnya, bahkan saat dia di suruh keluar dari selnya untuk dibebaskan dari penjara tersebut tahanan #819 tidak mau karena didalam pikirannya dia tidak dapat keluar dari penjara tersebut karena dia adalah tahanan yang buruk. Sampai akhirnya Zimbardo sendiri turun tangan setelah mengetahui hal tersebut, Zimbardo menjelaskan pada tahanan tersebut bahwa semua ini hanyalah eksperimen dan semua penjaga ataupun tahanan adalah mahasiswa, sampai akhirnya tahanan #819 mengerti hal tersebut dan mau untuk pulang

· Hari Kelima

Di hari kelima para keluarga tahanan diizinkan menjenguk para tahanan, alhasil para penjaga panik karena telah sering menyiksa para tahanan. Karena kepanikan tersebut para penjaga kemudia memandikan, membersihkan, memberikan makan besar dan memutarkan lagu lagu kepada tahanan agar para tahanan tidak stress. Tapi sayangnya hal itu tidak berhasil dan malah memunculkan rumor bahwa tahanan tersebut ingin kabur dari penjara tersebut secara besar besaran, mengetahui hal tersebut para penjaga menjadi semakin kejam, Zimbardo bahkan sampai meminta bantuan kepada polisi sungguhan untuk menjaga agar para tahanan tidak bisa kabur dari penjara tersebut. Maka dari itu penjaga semakin bertindak sadis seperti menyuruh para tahanan untuk melakukan pekerjaan yang repetitive agar penjaga dpat selalu memantau para tahanan, seperti menyuruh tahanan untuk membersihkan toilet dengan tangan kosong

· Hari Keenam

Di hari keenam keadaan penjara semakin kacau yang memunculkan indikasi berakhirnya eksperimen ini, sampai ada seseorang Bernama Christina Maslach yang berasal dari Stanford University mengatakan bahwa eksperimen ini mengerikan sekali, terutama saat ia melihat bagaimana tindakan para penjaga menyiksa tahanan. Da hanya dia 1 dari 50 orang yang mengetahui ekasperimen ini tidak manusiawi sama sekali dan dia ingin eksperimen ini untuk cepat cepat di sudahi.

Christina Maslach

Maka dari itu Zimbardo mengumpulkan para peserta eksperimen yang di mulai dari tahanan dahulu, lalu para penjaga kemudian mempertemukan para tahanan dengan para pemjaga untuk menceritakan pengalaman mereka masing masing kepada Zimbardo. Dari cerita pengalaman para peserta eksperimen tersebut, Zimbardo dapat menarik kesimpulan dimana seseorang dpat beradaptasi dengan sebuah peran sosial melalui stereotipe yang terstigma dalamotak mereka yang bahkan sebelumnya orang itu belum pernah menjadi peran tersebut. Kemudian pada hari itu eksperimen itu dinyatakan selesai dan para peserta telah dibubarkan, penjara buatan nya pun telah dibongkar dan dijadikan seperti semula. Saat pembongkaran Zimbardo menemukan sebuah kertas bertuliskan “i began to feel that i was going losing my identity, that the person that I called clay, the person who put me in this place, the person who volunteered to go into this prison - because it was a person to me; it still is a prison to me. I don’t regard is as an experiment or a simulation because it was a prison run by psychologist instead of run by a state. I began feel thet that my identity, the person that I was that had decided to go to prison was distant from me – was remote until finally iwasn’t that . I was 416. I was really my number” yang artinya ” saya mulai merasa bahwa saya akan kehilangan identitas saya, bahwa orang yang saya sebut Clay, orang yang menempatkan saya di tempat ini, orang yang secara sukarela masuk ke penjara ini - karena itu adalah seseorang bagi saya; itu masih penjara bagiku. Saya tidak menganggapnya sebagai eksperimen atau simulasi karena itu adalah penjara yang dijalankan oleh psikolog alih-alih dijalankan oleh negara. Saya mulai merasa bahwa identitas saya, orang yang saya putuskan untuk masuk penjara jauh dari saya – jauh sampai akhirnya saya tidak seperti itu. Saya adalah 416. Saya benar-benar nomor saya” yang intinya orang Bernama Clay tersebut sudah benar benar kehilangan identitasnya dan menganggap nomor tahanan nya adalah identitas aslinya, bahkan sampai ia menganggap penjara tersebut adalah penjara sungguhan dan bukan sebuah eksperimen,

Zimbardo bersama para tahanan

Setelah itu Zimbardo mendapat banyak pritik terkait kode etik yang cukup banyak ia langar. Dan itulah kisah dari eksperimen gila oleh Philip Zimbardo yang akhirnya diangkat menjadi film berjudul " The Stanford Prison Experiment"

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image