KBM Daring Ibarat Buah Simalakama
Guru Menulis | 2021-10-09 22:59:43Badai corona yang hampir dua tahun melanda bangsa Indonesia, ternyata berimbas ke berbagai macam sektor, terutama sektor pendidikan. KBM daring di masa pandemi ibarat makan buah simalakama, maju kena mundur pun kena. Yakni peribahasa yang menggambarkan suatu kondisi yang serba salah dan keadaan yang sulit untuk memilih antara dua hal demi kualitas pendidikan nasional.
Mengapa hal itu bisa terjadi? sebab KBM secara online dianggap dapat menurunkan kualitas pembelajaran dan merusak perilaku/akhlak siswa. KBM daring dituding membuat sebagian siswa terjebak dalam dunia maya seperti kencanduan game, medsos dan video berkonten negatif. Inilah hal tersulit guru di sekolah dalam hal mengontrol sikap dan perilaku para siswanya ketika KBM daring yang berbeda dengan KBM luring. Sebab sejatinya tujuan pendidikan bukan sekedar transfer aspek kognitif saja, tapi juga menumbuhkan nilai-nilai afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku).
Sebagian besar orang tua pun mengeluh, kapan anak-anaknya bisa segera masuk KBM tatap muka. Mereka resah dan galau, tak sanggup lagi mengontrol anak-anaknya belajar secara daring. Sedangkan, dari pihak sekolah juga bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan tersebut.
Di satu sisi sekolah ingin menghadirkan para siswanya, namun di sisi lain terbentur dengan rambu-rambu pemerintah seperti persyaratan vaksin, tempat yang memadai dengan pembatasan jarak, perlengkapan medis serta sudah mendapatkan SK (Surat Keputusan) dari Kemenag/Kemendikbud bahwa sekolah sudah diizinkan melaksanakan PTM (Pembelajaran Tatap Muka).
Hal tersebut sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Tempo itu, beberapa pemerintah daerah (pemda) telah menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan menerapkan metode belajar dengan sistem daring dari rumah. Peraturan tersebut mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020. Namun, sebagian sekolah di daerah tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, karena belum memiliki fasilitas yang memadai.
Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa yang dilakukan secara online dengan menggunakan perangkat handphone, komputer/laptop, jaringan internet serta berbagai aplikasi seperti whatsApp (WA), telegram, instagram, zoommeeting dan google meeting.
Kebijakan KBM secara daring juga dikatakan bagaikan 'pisau bermata dua' yang memiliki keunggulan dan kekurangan. Diantara keunggulannya adalah mendukung perkembangan industri 4.0 atau revolusi industri keempat, yakni tingkatan perkembangan industri teknologi di dunia yang fokus kepada teknologi-teknologi yang bersifat digital.
Namun di sisi lain teknologi digital menjadi masalah baru untuk guru, siswa dan juga orang tua yang masih gaptek. Dengan kata lain mereka perlu belajar lagi bagaimana cara menggunakan teknologi canggih tersebut untuk KBM demi suksesnya tujuan pendidikan nasional.
Bagi guru/orang tua yang berusia muda, KBM daring mungkin tak masalah karena sudah terbiasa, namun bagi guru/orang tua yang sudah berumur senja/sepuh malah akan menjadi masalah baru.
Belum lagi, dari segi biaya yang tak sedikit. Kita bisa kalkulasikan jika dalam sehari siswa dan guru menghabiskan kuota 2 giga untuk KBM daring berarti dalam satu bulan membutuhkan sekitar 60 giga kuota. Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi siswa kurang mampu. Belum lagi adanya gangguan jaringan/sinyal internet ketika KBM, tentu bisa menghambat proses pembelajaran. Alhasil, efeknya bisa berimbas dengan prestasi belajar dan perilaku siswa.
Hal itu sebagaimana dikatakan Arora dan Srinivasan dalam penelitiannya yang berjudul âImpact of pandemic COVID-19 on the teaching âlearning process: A study of higher education teachers,â yang dipublikasikan di jurnal âPrabadhan: Indian Journal of Managementâ menyebutkan bahwa rendahnya kesadaran menyebabkan siswa tidak mengikuti pembelajaran daring, diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan pembelajaran daring, kurang kehadiran, kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas ditemukan menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring.
Sementara itu berdasarkan hasil riset yang dikutip dari https://journal.unesa.ac.id. berjudul âDampak Pandemi Covid-19 terhadap Perilaku Belajar, Interaksi Sosial dan Kesehatan bagi Mahasiswa FKIP Universitas Palangkaraya yang ditulis oleh Zuly Daima Ulfaa dan Ujen Zenal Mikdar tahun 2020.â Strategi belajar online ternyata berefek dengan perilaku belajar, interaksi sosial dan kesehatan.
Dalam hal pembatasan sosial memberikan peluang komunikasi dan relasi sosial melalui dunia maya. Hal itu pula yang dialami responden pada penelitian tersebut. Komunikasi online meningkat dialami sebanyak 80,2% responden. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis berpendapat KBM daring bisa meningkatkan komunikasi dan relasi, jika siswa bisa menjaga diri dan memiliki kontrol yang baik. Namun sebaliknya, jika siswa tidak bisa mengontrol diri justru bisa membawa ke arah perilaku negatif bahkan tindakan kriminal.
Sedangkan dari segi kesehatan, informasi terkait pandemi juga membuat sebagian besar siswa merasa over protektif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 51% lebih mudah menaruh curiga ketika ada yang sakit atau menunjukkan gejala sakit (dianggap kena covid-19) dan 42,7% lainnya segera mencari pengobatan sendiri jika merasakan badan tidak nyaman. Ditambah lagi efek radiasi yang ditimbulkan perangkat pembelajaran tersebut terhadap kesehatan mata kita.
Meski demikian, KBM daring yang tak terbatas ruang dan jarak adalah tantangan buat kita semua warga pendidikan. khususnya guru di sekolah. Bagaimana caranya kita bisa menemukan sebuah metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode blended learning yang merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual. Blended learning adalah kombinasi pengajaran langsung (face to face) dan pengajaran online. Untuk penjelasan lebih lanjutnya, insyaAllah akan penulis uraikan dalam tulisan selanjutnya di https://retizen.republika.co.id. Selamat membaca, semoga artikel ini bermanfaat!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.