Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Imam Fikria Hamsyah

Pentingnya Pendidikan Akhlak bagi Siswa Melalui Motivasi Tingkat Tinggi (High Order Motivation) dal

Guru Menulis | Saturday, 09 Oct 2021, 22:05 WIB

Akhlak didapat dari bahasa arab dari kata “khuluqun” bentuk jama‟ dari kata “khuluq” yang mempunyai arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatrian, kejantanan, agama dan kemarahan (al Ghodhob).

Menurut Al Gazali (seorang filsuf muslim) dalam Ihya Ulumuddin sebagai berikut :

"Akhlak adalah sebuah bentuk ungkapan yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”

Menurut istilah akhlak diartikan sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri manusia yang darinya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Apabila yang keluar merupakan perbuatan yang baik, maka disebut dengan akhlak mahmudah atau akhlak yang terpuji. Namun sebaliknya, apabila yang dilahirkan adalah perbuatan yang buruk maka disebut akhlak madhmumah atau akhlak tercela

Pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh Ibn Miskawih (filsuf Muslim) merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang.

Kemampuan mengenali atau memahami diri pribadi kita dengan baik bukanlah dibawa sejak kita dilahirkan di dunia ini, atau kita miliki karena kita mewarisi bakat atau talenta ke arah itu, melankan diperoleh setiap orang melalui proses belajar, baik belajar formal, informal, maupun nonformal. Hal ini erat kaitannya dengan suara hati, nurani serta akal budi, bashiroh kita.

Ciri umum dari modal manusia berkualitas adalah dimilikinya kepribadian yang handal oleh individu yang bersangkutan. Indikator utama dari kepribadian yang handal adalah kondisi prilaku individu yang stabil dan konsisten. Indikator lainnya adalah kemampuan individu di dalam menyesuaikan diri dan menerima kondisi atau lingkungan baru, memiliki daya empati tinggi, dan tergolong matang (mature) dari segi fisikal, psikologikal dan sosiologikal. Di samping itu, ia jujur dan dapat dipercaya, antara apa yang diucapkannya dan diperbuat senantiasa sesuai. Ia memahami dengan baik siapa dirinya, apa kekurangannya dan kelebihannya. Ia pandai memahami apa yang orang lain harapkan dari dirinya.

Intinya seseorang dikatakan memiliki kepribadian handal apabila ia memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Ia berani berkata ini diriku, yang mengandung makna apa yang saya katakan, saya rasakan dan saya perbuat adalah tanggung jawab saya, Saya berani menghadapi siapa pun, apa pun resikonya sebagai konsekuensi dari prilaku saya. Ia mampu mengendalikan ego nya bahkan mengembangkan ‘ego-nya’ kearah ‘superego’ sedemikian rupa .

Teori – teori motivasi dan teori – teori kebutuhan (needs theory) yang dipaparkan oleh banyak ilmuwan barat kebanyakan hanya mengutak ngatik kebutuhan materil manusia, sedangkan pada dasarnya kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan materil semata.

Motivasi tertinggi yang lahir dari hati yang tulus karena adanya sebuah cita-cita agung, lebih memiliki daya tahan lama dibandingkan motivasi yang hanya berlandas materi saja, ini yang penulis maksud sebagai motivasi tinggi (High Order Motivation)

Pada akhir 1990-an, para ilmuwan mulai mencoba menghadirkan masalah spiritual dengan ditemukannya God Spot melalui stimulasi artificial daerah lobus temporal otak dengan sebuah instrument magnetis. Begitu terstimulasi, bahkan seorang pakar neurosains atheis pun telah menyatakan “melihat Tuhan” dalam laboratoriumnya. Subjek penelitian dipasangi sensor magnetis pada lobus temporal mereka dan diminta untuk membayangkan hal yang mereka anggap paling sacral dalam hisup mereka. Sensor magnetis memperlihatkan adanya aktivitas magnetis yang kuat dalam lobus temporal otak mereka. Untuk menghasilkan pengalaman tentang kecerdasan spiritual, aktivitas God Spot ini harus sepenuhnya dintegrasikan dengan aktivitas yang lebih luas dari otak dengan IQ dan EQ.

Apalagi bila hal ini sudah dikaitkan dengan hubungan Ketuhanan, ketika hidup sudah menjadi sebuah “ibadah” yang diberikan Tuhan untuk disyukuri yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Jika ini motivasi nya, sudah barang tentu hidup yang dijalani akan penuh produktifitas dan memiliki makna. Teori motivasi seperti ini bukanlah isapan jempol belaka, bukankah para pahlawan yang gugur dimedan perang terdahulu telah membuktikannya, bagaimana motivasi semangat juang Bung Tomo dan para pejuang lainnya, yang rasanya tidak perlu dijelaskan panjang lebar di sini.

Pertanyaan selanjutnya apa itu berarti ketika memotivasi diri dengan hal materi itu salah ? tentu saja tidak selama hal itu tidak melampaui batas dan tingkat motivasi tidak berhenti pada tataran materi saja. Karena jika mindset kita tentang motivasi hanya berkutat dengan hal yang berbau materi saja, maka lama kelamaan akan terjadi degradasi nilai, dimana setiap individu akan berusaha untuk mencukupi kebutuhannya tidak peduli lagi dengan cara yang ia tempuh. Akhirnya nanti, tidak ada lagi yang namanya ketulusan, kesetiakawanan, keikhlasan, pengorbanan, tanggung jawab. Kalau sudah seperti itu kondisinya lalu apa bedanya manusia dengan seekor sapi yang sedang merumput

Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak (karakter), sebuah pendidikan yang menjadikan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai titik tekan dalam membentuk sebuah kepribadian yang handal dan berkualitas, seseorang dikatakan memiliki kepribadian handal, apabila ia memiliki sebuah motivasi yang dijadikan sebagai prinsip hidup, sehingga membuatnya bisa survive dalam hidup ini, ia tidak goyah dengan godaan yang ada disekitarnya.

Logo Tut wuri Handayani, Salah satu semboyan Ki Hajar Dewantara yang dijadikan semboyan pendidikan di Indonesia (Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani)

Pemerintah Indonesia, khususnya dalam hal ini Kemdikbud ristek akhir-akhir ini, sepertinya sangat serius menanggapi hal ini. Terbukti dengan disusun nya kurikulum 2013 sampai dengan edisi revisi nya.

Dalam UU RI no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Tentu definisi dari pendidikan yang dibahas disini bukanlah sebatas pendidikan formal saja ( pendidikan di bangku sekolah ) namun lebih luas lagi, sebuah proses belajar seumur hidup dimana pun ia berada, setiap saat, dengan lingkungan disekitarnya sebagai guru yang akan mendidiknya menjadi seorang manusia yang berkualitas.

Indonesia sangat berpotensi sekali untuk menjadi sebuah negara maju, dilihat dari berbagai segi, jumlah penduduk, kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah dan lain sebagainya, sebuah negara yang masyarakat di dalamnya hidup makmur dan sejahtera, bebas dari bayang – bayang sebuah rezim. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, kemiskinan dan kelaparan seolah – olah sudah menjadi sebuah tontonan biasa di Indonesia ini. Sebenarnya apa yang menyebabkan ini bisa terjadi ?

Peran pemuda Indonesia tentulah salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan, karena Pemuda adalah generasi penerus bangsa. Keabsahan slogan ini tidak terbantahkan karena mau tidak mau, sanggup atau tidak sanggup, pemudalah yang akan menggantikan kedudukan generasi-generasi sebelumnya dalam membangun bangsa. Selain itu, pemuda sudah sepantasnyalah menjadi agent of change, pembawa perubahan, yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bersatu, lebih makmur, lebih demokratis, dan lebih madani. Oleh karena pentingnya peran pemuda ini sampai sampai Soekarno pernah berkata,” berikan aku 10 orang pemuda, dengan itu akan Ku guncang dunia.”

Ditinjau dari perjalanan sejarah, pemudalah yang selalu mempelopori sebuah dinamika pergerakan, dimulai dari awal pergerakan nasional sampai Indonesia merebut kemerdekaannya tahun 1945 bahkan sampai terbentuknya era reformasi tahu 1999. Sungguh para pemuda benar-benar menjadi ujung tombak pada saat itu. Seiring dengan berjalannya waktu terlihat kemerosotan dari peran pemuda di Indonesia ini, kebanyakan pemuda sekarang lebih mengedepankan kepentingan pribadinya yang tentu saja demi mengejar kesenangan sesaat daripada harus bersusah payah memikirkan kepentingan orang banyak. Inilah sebuah PR besar, bagaimana kita bisa mengembalikan posisi peran seorang pemuda kembali kepada tempat asalnya. Langkah konkret dalam dunia pendidikan, dimulai dengan membekali siswa siswa di sekolah dengan penguatan pendidikan akhlak yang benar disertai dengan motivasi tingkat tinggi, sehingga bonus demografi di Indonesia ini dapat dioptimalkan dengan sebaik baiknya, dalam rangka menyongsong Indonesia emas 2045

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image