Membongkar Rahasia Finlandia dalam Menciptakan Pendidikan yang Unggul di Dunia
Eduaksi | 2022-06-03 02:25:56Pendidikan adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri peran pendidikan dalam kehidupan sangatlah besar, mulai dari kebudayaan, pola pergaulan manusia, cara berpikir dan menyelesaikan masalah, hingga berbagai perubahan besar yang ada di dunia semua dipengaruhi oleh pendidikan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan suatu negara yang baik sangat diperlukan demi terciptanya generasi-generasi penerus yang mampu menjawab segala tantangan perubahan zaman. Finlandia merupakan negara yang terkenal akan keunggulan kualitas pendidikannya di kancah dunia. Berdasarkan penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation & Development) pada tahun 2015, Finlandia tercatat sebagai negara peraih posisi teratas dengan kualitas pendidikan unggul, baik dalam bidang Ilmu pengetahuan (science), membaca (reading), dan matematika (mathematics) (FA & Eliza, 2021). Pencapaian besar Finlandia dalam bidang pendidikan dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah pihak pemerintah yang cepat tanggap dalam mengelola kebijakan terkait pendidikan di negara tersebut, seperti kebijakan dalam pemilihan tenaga pengajar dan kebijakan pengeluaran negara untuk pembiayaan pendidikan. Dalam mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas di kancah dunia, Finlandia memiliki kebijakan-kebijakan pendidikan yang seringkali tidak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia, diantaranya:
Pemilihan Guru Didasarkan Kualifikasi yang Tinggi
Kemajuan pendidikan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Seperti yang telah kita ketahui, para peserta didik tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami berbagai bidang pelajaran. Sudah menjadi tanggung jawab seorang guru dalam memastikan para peserta didiknya dapat memahami pelajaran yang telah disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, kualitas guru dalam mengajar harus memenuhi standar yang ada demi menciptakan peserta didik yang terpelajar serta mewujudkan keberhasilan pendidikan secara menyeluruh. Calon guru di Finlandia berasal dari mahasiswa dengan rangking 10 besar lulusan terbaik di perguruan tinggi dan masih harus melalui tahapan seleksi yang lebih ketat (Daud, 2020). Mereka harus melalui berbagai training dengan guru senior agar lebih tahu teknik-teknik mengajar dengan tepat dan belajar banyak teori untuk melakukan penelitian-penelitian besar terkait bidang keguruan. Selain itu, negara ini juga mensyaratkan agar para calon guru telah menyelesaikan pendidikan tingkat S2 atau bergelar master.
Merujuk pada penelitian berjudul ‘In Finland, it’s easier to become a doctor or lawyer than a teacher – Here’s Why’ karya Sari Muhonen yang diterbitkan dalam jurnal Universitas Helsinki, Finlandia. Menurut Sari Muhonen dalam (Permana, 2019). “Di Finlandia, guru dipercaya, dihargai, dan dididik dalam program gelar lanjutan. Menjadi seorang guru dimulai dengan mendapatkan penempatan di salah satu program pendidikan guru yang sangat selektif. Saya ingat dengan jelas dua buku pendidikan yang harus saya pelajari untuk bagian pertama dari ujian masuk pendidikan guru kelas awal Finlandia. Buku-buku itu tampak berbeda-- jauh lebih sulit dibaca-- ketimbang bacaan yang saya baca beberapa bulan sebelumnya untuk ujian matrikulasi sekolah menengah Finlandia.” Berangkat dari tulisan ini kita bisa tahu bahwasannya tantangan yang dihadapi oleh calon guru di Finlandia memanglah sulit, ditambah lagi mereka harus menanggung tugas-tugas yang berat demi bisa memenuhi kriteria termasuk keterampilan khusus seorang guru.
Di Finlandia tugas guru tidak sebatas sebagai tenaga pengajar, para guru juga bertugas dalam pembuatan kurikulum sekolah, kurikulum sekolah di Finlandia seringkali berbeda antar sekolah, meskipun begitu dalam pelaksanaan kurikulum tersebut tetap berada di bawah pengawasan resmi pihak pemerintah (van der Lans, van de Grift, & Van Veen, 2018). Hal ini dilakukan karena para gurulah yang paling mengenal dan mengerti kemampuan peserta didiknya, maka dengan adanya kerjasama dari pihak guru diharapkan kurikulum yang disahkan dan digunakan di sekolah-sekolah bisa sesuai/cocok dengan kemampuan peserta didik, sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Menjunjung Tinggi Nilai Kesetaraan
Finlandia sangat menekankan nilai kesetaraan dalam menempuh pendidikan bagi seluruh rakyatnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun melalui karakteristik free education (sekolah gratis), free school meals (makanan sekolah gratis), dan special needs education (pendidikan berkebutuhan khusus) yang berpedoman pada nilai inklusivitas (Royani, 2018). Hal ini dilakukan guna menghindari berbagai bentuk stratifikasi sosial yang berpotensi membuka celah terbentuknya ketimpangan/ketidakseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti yang telah kita ketahui, komposisi peserta didik dalam satu kelas pasti memiliki kemampuan dalam memahami pelajaran yang berbeda-beda antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dalam memastikan generasi penerusnya mampu mendapatkan pemahaman yang sama, sistem pendidikan Finlandia menyediakan bimbingan khusus bagi peserta didik yang tertinggal. Menurut Khofiatun & Ramli (2016) sekolah akan menyiapkan guru tambahan untuk membantu guru dan memberikan kursus secara khusus kepada peserta didik yang kurang mampu dalam mengejar pelajaran. Demikian juga terhadap peserta didik yang memiliki permasalahan mental dan psikologis.
Peserta didik yang berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas seringkali diperlakukan berbeda dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan anak-anak yang sempurna secara fisik, anak-anak yang berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas memiliki akses pendidikan yang cukup terbatas jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus. Tanpa disadari hal ini menciptakan perbedaan yang mencolok seperti halnya stratifikasi sosial antara orang kaya dan orang miskin. Upaya Finlandia dalam menciptakan pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kesetaraan juga diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu melalui Pendidikan Inklusi. Menurut Kemendikbud Republik Indonesia Pendidikan Inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Tidak sampai disitu, konsep persamaan dalam konteks pendidikan ini juga diterapkan dalam pembiayaan pendidikan. Seluruh masyarakat di Finlandia memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi secara gratis. Pemerintah Finlandia mengeluarkan kebijakan ini agar seluruh masyarakat dari berbagai lapisan sosial dapat menempuh pendidikan sampai tingkat tinggi tanpa terbebani biaya. Tidak mengherankan apabila negara yang terletak di Eropa Utara ini dinobatkan sebagai negara terbaik dalam hal pendidikannya.
Proses Pembelajaran Dilaksanakan Secara Fleksibel
Berbeda dengan pendidikan di negara-negara lain yang pasti memiliki kasus tidak naik kelas atau tidak lulus pada peserta didik di negaranya, Finlandia justru malah meniadakan evaluasi berupa ujian-ujian dan menerapkan sistem otomatis naik kelas kepada para peserta didiknya. Tujuan paling mendasar dari pendidikan di Finlandia adalah memeratakan pendidikan yang fleksibel kepada seluruh rakyatnya. Fleksibel dalam hal ini dapat diartikan bahwa penerapan sistem pendidikan dilakukan secara tidak berlebihan, baik dalam pemberian tugas (PR), durasi waktu pembelajaran, dan dalam pelaksanaan evaluasi.
Hal yang harus diprioritaskan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah mendapatkan pemahaman secara menyeluruh. Terkadang peserta didik akan diberikan tugas sekolah yang cukup banyak demi bisa memperoleh pemahaman yang sempurna karena dengan adanya tugas memungkinkan mereka untuk belajar lagi sesampainya di rumah. Di Finlandia pembebanan tugas sekolah dalam jumlah banyak pada peserta didik sangat tidak dianjurkan karena akan mengurangi waktu mereka dalam mengeksplor dunia luar.
Tenaga pengajar di Finlandia lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran yang dapat dipahami peserta didik secara maksimal dalam kelas, daripada hal-hal yang dapat mereka dapatkan ketika keluar kelas (Bhardwaj, Tyagi, & Ameta, 2015). Ketika berada di dalam kelas para peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan waktunya secara produktif, sehingga materi-materi yang dapat mereka serap lebih banyak, terlebih lagi waktu yang disediakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas sangat singkat. Dilansir dari berita Liputan 6, waktu pembelajaran untuk pendidikan dasar adalah 4-5 jam per hari dan untuk sekolah menengah sama seperti perguruan tinggi, yaitu datang hanya pada mata pelajaran yang dipilih (Hens, 2018) Finlandia menerapkan 45 menit belajar, 15 menit istirahat (Anjani, 2022). Pembelajaran yang dilakukan dalam waktu yang singkat tersebut lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang digelar dalam waktu lama. Peserta didik akan lebih mudah dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru secara maksimal karena terdapat selingan waktu istirahat yang dapat menumbuhkan rasa semangat dan fokus pada otak, sedangkan pembelajaran dengan waktu yang lama akan membuat peserta didik merasa jenuh dan cenderung mudah lupa dengan materi yang disampaikan.
Konsep pendidikan Finlandia yang fleksibel juga diimplementasikan dalam proses evaluasi. Evaluasi pendidikan di negara ini tidak dilaksanakan melalui ujian-ujian seperti halnya Indonesia dan banyak negara lain di dunia sebelum peserta didik naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Di Finlandia seluruh peserta didik dapat langsung naik kelas tanpa melakukan rangkaian ujian. Hal ini dilakukan karena penyelenggaraan ujian hanya akan membuat peserta didik memfokuskan diri pada mata pelajaran yang diujikan saja serta menjadikan mereka berambisi untuk memperoleh nilai akademik sempurna dengan berbagai cara yang seringkali melanggar aturan. Dengan konsep pendidikan yang berprinsip inklusivitas, Finlandia menekankan pada kepahaman seluruh peserta didiknya, bukan pada perolehan nilai yang bagus dalam ujian. Pendidikan tidak dipandang sebagai ajang pencarian nilai atau kompetisi. Oleh karena itu, para peserta didik memiliki keleluasaan dalam mempelajari berbagai hal atau materi yang diinginkannya, maka tidak heran apabila negara Skandinavia ini memperoleh gelar negara dengan kemampuan literasi unggul di dunia.
Pada kenyataannya pendidikan haruslah membantu para penggunanya, bukan malah membebani. Ada banyak negara-negara di belahan dunia yang menjadikan proses pendidikan layaknya ajang kompetisi. Pemberian tugas/pekerjaan rumah dalam jumlah banyak, melakukan evaluasi berupa ujian kenaikan sebelum masuk ke tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, waktu pembelajaran di dalam kelas yang panjang dengan waktu istirahat sedikit, hingga pengklasifikasian peserta didik berdasarkan rangking atau prestasi. Seperti yang telah kita ketahui bersama, hal ini memang ditujukan agar para peserta didik dapat berlomba-lomba dalam belajar dan mendapatkan kepahaman secara sempurna. Akan tetapi, hal ini juga yang menjadikan konsep pendidikan di negara-negara tersebut jauh dari prinsip inklusivitas dan terkesan memaksa. Di Finlandia tidak ada pengkategorian peserta didik menggunakan rangking. Perangkingan hanya akan menimbulkan labelisasi bagi peserta didik yang pintar dan peserta didik yang kurang pintar. Hal ini jelas sangat menjengkelkan, apalagi bagi mereka yang mendapatkan rangking terbawah pasti akan mendapatkan stigma buruk dari guru dan teman sebayanya. Selain itu, hal ini juga akan menyebabkan hilangnya motivasi peserta didik dalam menimba ilmu.
Terlepas dari semua itu, kita harus tahu bahwa komposisi penduduk di Finlandia sangat sedikit, apalagi jika dibandingkan dengan negara Amerika ataupun Indonesia. Selain itu, karakteristik penduduknya homogen, sehingga cenderung mudah diatur karena tidak ada pluralitas yang menyebabkan terbentuknya konflik-konflik sosial selayaknya konflik sosial yang muncul di Indonesia.
Daftar Pustaka:
FA, A. A., & Eliza, D. (2021). Perbandingan Pendidikan di Indonesia dan Pendidikan di Finlandia. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(8), 828-833.
Absawati, H. (2020). TELAAH SISTEM PENDIDIKAN di FINLANDIA: PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA JENJANG SEKOLAH DASAR.
Daud, R. M. (2020). SISTEM PENDIDIKAN FINLANDIA SUATU ALTERNATIF SISTEM PENDIDIKAN ACEH. In PIONIR: JURNAL PENDIDIKAN (Vol. 8).
Kemdikbud.go.id (2019, 14 Juli). “Kemendikbud Ajak Daerah Tingkatkan Pendidikan Inklusif.” Diakses pada 01 Juni 2022, dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/07/kemendikbud-ajak-daerahtingkatkan-pendidikan-inklusi
Van Der Lans, R. M., Van De Grift, W. J. C. M., & Van Veen, K. (2018). Developing An Instrument For Teacher Feedback: Using The Rasch Model To Explore Teachers’ Development Of Effective Teaching Strategies And Behaviors. The Journal Of Experimental Education, 86(2), 247–264.
Muhonen, S. ‘In Finland, it’s easier to become a doctor or lawyer than a teacher – Here’s Why’dalam Permana, R.H. (2019, 25 November). "Lebih Mudah Jadi Dokter Ketimbang Guru di Finlandia, Ini Alasannya." Diakses pada 05 Januari 2022, dari https://news.detik.com/berita/d-4797209/lebih-mudah-jadi-dokter-ketimbang-guru-di finlandia-ini-alasannya.
Royani, A. (2018). TELAAH KURIKULUM DAN SISTEM PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI FINLANDIA SERTA PERSAMAAN DAN PERBEDAANNYA DENGAN KURIKULUM 2013 DI INDONESIA. In PROSIDING SEMINAR DAN DISKUSI PENDIDIKAN DASAR.
Khofiatun, K., & Ramli, M. (2016). Peran Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 1(5), 984–988.
Bhardwaj, D., Tyagi, H. K., & Ameta, D. (2015). A Study On The Role Of School Curriculum And Teachers In Inculcation Of Values Among Elementary School Students. Journal Of Education and Practice, 6(31), 33–37.
Hens, H. (2018, 06 Desember). “6 Fakta Menarik Pendidikan di Finlandia yang Dinilai Terbaik di Dunia.” Diakses pada 01 Juni 2022, dari https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3800316/6-fakta-menarik-pendidikan-difinlandia-yang-dinilai-terbaik-di-dunia
Anjani, A. (2022, 01 Januari). "4 Negara dengan Jam Sekolah Terpendek, Mana Saja Ya?" Diakses pada 01 Juni 2022, dari https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5879834/4-negara-dengan-jamsekolah-terpendek-mana-saja-y
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.