Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Umi Wasila

TEORI KERUCUT PENGALAMAN EDGAR DALE

Eduaksi | 2021-10-06 16:07:28

Sofyan H, 2018 mengatakan bahwa menurut Edgar Dale, pembelajaran mengutamakan partisipasi aktif siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa, sehingga modus tindakannya adalah say it and do it pada siswa yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu. Mereka menyimpulkan bahwa: Setiap siswa belajar dengan caranya sendiri, yang disebut gaya belajar. Guru juga memiliki gaya belajar mereka sendiri. DePorter, Reardon and Nourie (2014: 123) membagi gaya belajar individu berdasarkan jenis tampilan informasi yang diberikan kepada anak didik menjadi tiga kategori antara lain:

a. Gaya belajar visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar di mana seseorang belajar paling baik ketika ia melihat gambar-gambar yang sedang dikerjakannya, sebagian kecil untuk teks tercetak dan ia dapat belajar dengan membaca. Sari P, 2019 dalam jurnalnya menuliskan bahwa pembelajaran visual merupakan gaya belajar melalui melihat sesuatu, misalnya gambar atau diagram dan pertunjukan, demonstrasi atau menonton video. Artinya, pertama-tama, bukti spesifik harus disajikan agar siswa dapat memahami. Selain itu, siswa memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, selain memiliki pemahaman penuh tentang masalah artistik. Hanya saja mereka sering mengalami kesulitan dalam berdialog langsung karena mereka bereaksi berlebihan terhadap suara, kesulitan mengikuti nasihat, dan sering salah mengucapkan kata- kata.

Menurut (Linda Campbell, et al, 2006) Gaya belajar visual (penglihatan), yaitu gaya belajar di mana seseorang belajar paling baik ketika ia melihat gambar-gambar yang dipelajarinya, yang sebagian kecilnya didasarkan pada teks tercetak dan dapat dipelajari dengan membaca. Anak dengan gaya belajar visual cenderung memiliki kecerdasan visual yang baik/lebih dominan dari yang lain. Kecerdasan visual mencakup kumpulan keterampilan yang saling terkait, termasuk perbedaan visual, pengenalan visual, proyeksi, gambar mental, penalaran spasial, manipulasi gambar, atau gambar eksternal, yang sebagian atau semuanya dapat diekspresikan.

Gaya belajar visual dibagi menjadi dua jenis, yaitu; Gaya belajar visual eksternal, yaitu gaya belajar yang menggunakan bahan atau media informasi yang berada di luar tubuh kita. Media tersebut harus berupa media yang kita lihat, yaitu: (Adi W Gunawan. 2007); Buku/majalah, bagan, diagram, peta pikiran, OHP, komputer, poster, diagram alur, penyorotan (menunjukkan warna yang dianggap penting), model/peralatan; Gaya belajar visual internal, yaitu gaya belajar yang menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi. Menggunakan imajinasi dalam proses belajar sama baiknya dengan menggunakan sumber lain di luar tubuh.

b. Gaya Belajar Auditorial

Qodriah (2011:11) menyatakan bahwa Secara umum, orang auditori belajar melalui pendengarannya dan cenderung mandiri . Mereka juga banyak menggunakan kecerdasan interpersonal . Ciri-ciri dari tipe gaya belajar auditori ini benar-benar menjadikan mendengarkan sebagai alat utama untuk mencerna informasi atau pengetahuan. Itu berarti kita harus mendengarkan, baru kemudian kita dapat mengingat dan memahami informasi.

Menurut (Haryanto, 2011) ciri pertama orang dengan gaya belajar ini adalah semua informasi hanya dapat diserap dengan mendengarkan, yang kedua mengalami kesulitan menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, yang ketiga mengalami kesulitan menulis atau membaca. Kendala bagi pembelajar auditori adalah anak sering lupa dengan apa yang dijelaskan guru, sering bingung dengan apa yang disampaikan guru dan juga sering lupa mengerjakan tugas yang disusun secara verbal.Siswa yang menyukai gaya belajar auditori umumnya tidak membaca manual.

Pembelajaran auditori dibagi menjadi dua jenis, yaitu; Pendengaran eksternal adalah belajar dengan mengeluarkan suara. Beberapa pilihannya adalah; Membaca nyaring, sesi tanya jawab, rekaman kuliah/konferensi, diskusi dengan teman, belajar dengan mendengarkan atau menyampaikan informasi, ceramah, role play, musik, kerja kelompok; Auditori internal adalah gaya belajar dimana siswa membutuhkan saat-saat hening untuk merenungkan materi yang akan dipelajarinya dan untuk merefleksikan apa yang sudah mereka ketahui dan apa yang belum mereka ketahui tentang materi yang akan mereka pelajari.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menyangkut keterlibatan, gerakan, eksperimentasi .Bentuk pembelajaran ini kurang menguntungkan dalam sistem pendidikan saat ini.Ini karena siswa kinestetik perlu bergerak, tetapi di kelas, anak-anak perlu duduk diam dan mendengarkan apa yang dikatakan guru. siswa kinestetik belajar melalui gerakan, perlu bergerak untuk memasukkan informasi ke dalam otak mereka. Suka belajar dengan menyentuh atau memanipulasi objek atau model/alat dan cenderung bergantung pada bidang. Orang dengan tipe kinestetik cenderung memperoleh dan mengolah informasi dengan mudah melalui rangkaian kegiatan yang menggerakkan sebagian/seluruh tubuh dan mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya. Siswa tipe ini sulit untuk duduk berjam-jam karena keinginan siswa untuk aktif begitu kuat. Prospek menyentuh sesuatu yang memberi mereka informasi spesifik sehingga mereka dapat mengingatnya.

Gaya belajar kinestetik terbagi menjadi dua jenis, yaitu: pembelajaran kinestetik eksternal, yaitu bentuk pembelajaran kinestetik yang paling disukai; Keterlibatan fisik, Membuat model, Memainkan peran/skenario, Highlighting, Tick it, Berjalan, Sedangkan internal kinestetik hanya dapat belajar dengan baik jika tetap stsy tune (mendengarkan), yang berarti mengetahui dan jelas tentang manfaat Mempelajari materi tanpa mengetahui aplikasinya, Anda tidak akan bisa belajar secara maksimal. Selain itu, Anda juga bisa belajar melalui video atau demo. Dengan cara ini Anda akan memahami dan memahami tujuan menonton demo.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image