Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riva Sahri Ramdani, SE., S.Pd.

HADIAH TERBAIK UNTUK GURU

Eduaksi | 2022-05-30 11:32:06
Foto: guru-guru berprestasi di pesantren at-tajdid muhammadiyah tasikmalaya

“Mujahid Pendidikan”, sebuah julukan yang disematkan oleh Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya untuk para guru. Tanda penghormatan bagi para guru, pejuang yang mengabdikan diri untuk mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. Tanda penghormatan bagi seseorang yang kita sebut “ustadz”, yang mendidik dan mangajarkan ilmu agama kepada masyarakat.

Guru yang terbaik adalah guru yang mengajarkan ilmu dan mendidik peserta didiknya dengan semangat ikhlash dan profesional. Hatinya terpaut dengan prinsip menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada Tuhan, sedangkan fisiknya siap sigap menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada diri sendiri dan lembaga.

Guru sama halnya dengan ibu yang diumpamakan dengan sang surya yang menyinari dunia. Matahari sebagai sumber kehidupan dan penerangan di langit dan di bumi, laksana guru yang memberi penerangan kepada umat sehingga mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Maka bisa dikatakan bahwa mengajar adalah bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan karena mengajar merupakan sebuah kunci perubahan pemikiran dan perilaku peserta didiknya (siswa dan atau masyarakat).

Di samping perumpamaan tersebut, guru juga disebut sebagai sahabat terbaik bagi siapapun, terutama bagi para pencari ilmu. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa “seseorang itu tergantung agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang dari kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekatnya." (Hadits hasan - diriwayatkan oleh Tirmiżi dari Abu Hurairah). Imam Syafi’i juga pernah mengatakan bahwa salah satu syarat mendapatkan ilmu adalah dengan cara berteman dengan guru. Dengan demikian, seorang guru hendaklah memposisikan diri sebagai sosok teladan karena ia merupakan teman yang baik, nyaman, dan tentunya memberikan manfaat bagi siapapun.

Orang Jawa memaknai kata guru sebagai sebuah akronim dari "digugu lan ditiru," dipercaya, ditaati dan ditiru. Artinya, guru adalah figur panutan atau teladan yang perintah dan larangannya mengandung kemaslahatan sehingga harus dita’ati, kemudian akhlaknya mengandung inspirasi kebaikan sehingga harus ditiru. Gerak gerik perilaku dan ucapannya memberikan kesejukan di hati peserta didik. Etika bergaul dan berinteraksi serta komunikasinya memberikan kenyamanan di tengah masyarakat. Disiplin dan dedikasinya mencerminkan ketulusan dalam berkhidmat kepada agama dan negara. Semangat keikhlashannya dalam mengajar menumbuhkan kepercayaan dari Allah bahwa ia benar-benar seorang mujahid yang sedang berjihad dengan ilmunya. Dengan posisinya tersebut, maka sudah seharusnya guru mendapatkan hadiah penghargaan dari peserta didik, masyarakat, negara, dan tentunya dari Tuhan yang Maha Pemurah.

Foto: suasana belajar di pesantren at-tajdid muhammadiyah tasikmalaya

Hadiah dari Peserta Didik

Guru teladan akan mendapatkan perhatian baik dari peserta didiknya. Setiap peserta didik akan menyadari bahwa pengetahuan dan keterampilannya didapat dari ilmu yang telah diajarkan oleh gurunya. Begitupun juga dengan karakter mental, sikap, dan spiritualnya terinspirasi dari teladan sang guru. Oleh karena itu, setiap peserta didik haruslah memberi hadiah terbaik untuk guru yang telah mengajar dan mendidiknya, yaitu hadiah berupa penghormatan.

Penghormatan adalah bentuk penghargaan yang tinggi atas jasa seorang guru. Penghormatan bukan hanya berupa pengkhususan dalam penyebutan nama, atau penempatan duduk yang istimewa, atau pemberian hadiah dan penyematan tanda kemahiran atau sejenisnya. Akan tetapi, penghormatan yang sesungguhnya adalah berupa kesadaran peserta didik untuk menghargai keberadaannya dengan berperilaku sopan dan santun ketika bertemu, berbicara, atau berinteraksi dengannya, dan tidak memperlihatkan kebodohan, yaitu dengan sengaja melanggar aturan di hadapan guru.

Prestasi dan keshalihan peserta didik juga merupakan sebuah kado yang indah bagi seorang guru. Penerapan ilmu yang telah diajarkan, pengingatan yang kuat akan pesan yang pernah disampaikan, dan lantunan doa yang setia dipanjatkan oleh peserta didik akan menjadi sebuah hadiah yang tak ternilai dengan uang. Seorang guru merasa bahagia ketika ilmunya bermanfaat bagi orang lain, akan tetapi ia jauh lebih merasa bahagia ketika melihat peserta didiknya yang dulu ia ajarkan ilmu lebih shalih, lebih sukses, dan lebih bermanfaat daripadanya.

Terima kasih adalah sebuah keharusan, bukan sebuah tagihan (Qs. Al-Insan: 8-9). Artinya, guru tidak akan menagih ucapan terima kasih kepada peserta didiknya, akan tetapi peserta didiklah yang harus tau berterima kasih atas jasa gurunya.

Foto: kajian santri di pesantren at-tajdid muhammadiyah tasikmalaya

Hadiah dari Masyarakat

Guru memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang harus ia terapkan dalam kehidupan sekolah dan masyarakat. Sejatinya, guru bukan hanya teladan bagi siswa saja, melainkan juga teladan bagi masyarakat. Dengan ilmu dan wawasannya, guru dituntut untuk ikut berperan aktif dalam membangun masyarakat dan daerah, bukan hanya melaksanakan rutinitas mengajar di sekolah. Oleh karena itu, masyarakat haruslah memberi hadiah terbaik bagi guru yang telah ikut terlibat dalam upaya meningkatkan kualitas manusia dan daerah, yaitu hadiah berupa pengakuan.

Pengakuan masyarakat berupa keistimewaan posisi dan status akan muncul dengan sendirinya. Akhlak dan teladan baiknya akan memunculkan kesadaran masyarakat untuk menjadikan seorang guru sebagai tokoh yang dihormati dan dituakan. Kecerdasannya dalam pengetahuan dan kebijaksanannya dalam menyelesaikan masalah memunculkan sebuah panggilan istimewa bagi mereka, “pak guru” atau “pak ustadz”. Oleh karena itu, seorang guru tidak perlu mengumumkan profesinya dengan tinggi hati di hadapan masyarakat, kemudian meminta mereka untuk menghormati dan mengistimewakannya dibandingkan orang lain. Akan tetapi, biarkan pengakuan masyarakat muncul dengan sendirinya sebanding dengan kompetensi kepribadian dan sosial yang ia terapkan.

Terima kasih adalah sebuah keharusan, bukan sebuah tagihan (Qs. Al-Insan: 8-9). Artinya, guru tidak akan menagih ucapan terima kasih kepada masyarakat, akan tetapi masyarakatlah yang harus tau berterima kasih atas jasa seorang guru.

Hadiah dari Negara

Guru teladan akan senantiasa melaksanakan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab. Disiplin dalam manajemen diri agar bisa menyesuaikan antara tugas dengan waktu yang Allah berikan. Tugas pribadi, keluarga, lembaga, dan negara lebur dalam istilah pengabdian. Mengabdi kepada Allah sebagai hamba Allah dan mengabdi kepada negara sebagai aparatur negara. Oleh karena itu, negara haruslah memberi hadiah terbaik bagi guru yang telah membantunya dalam membangun negara dalam sektor pendidikan, yaitu hadiah berupa penghargaan.

Pemberian penghargaan bagi para guru yang telah berjasa mencerdaskan anak bangsa ini wajib menjadi salah satu program prioritas negara. Masa pengabdian guru selama berpuluh-puluh tahun harus menjadi objek penting yang harus diperhatikan, bukan dianak-tirikan. Program peningkatan kesejahteraan dan pengembangan kompetensi guru harus menjadi pembahasan penting dalam agenda penentuan kebijakan, bukan dikesampingkan. Dengan demikian, semua aparatur negara akan merasakan dampak baik dari suatu kebijakan yang berlandaskan keadilan.

Terima kasih adalah sebuah keharusan, bukan sebuah tagihan (Qs. Al-Insan: 8-9). Artinya, guru tidak perlu menagih ucapan terima kasih kepada negara, akan tetapi negaralah yang harus tau berterima kasih atas jasa seorang guru.

Hadiah dari Allah

Pada hakikatnya, seorang guru yang sedang mengajar dan mendidik adalah sedang memberikan sedekah. Guru memberikan sedekah terbaik untuk peserta didiknya dalam bentuk keteladanan. Sikapnya yang ramah adalah sedekah, tutur kata yang baik dan memotivasi adalah sedekah, senyuman dengan hati yang tulus ketika mengajar adalah sedekah, pengorbanan harta dan raga adalah sedekah.

Orang yang gemar bersedekah sudah pasti akan mendapatkan hadiah dari Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah. Jangan ragu lagi dengan janji Allah yang satu ini, karena banyak ayat Al-Quran yang menyebutkan dan hadits nabi yang menginformasikan. Allah tidak perlu ditagih apalagi diancam, karena Dia adalah Asy-Syakur, Tuhan Yang Maha Membalas Budi dan Maha Menghargai. Dia Maha Tahu tentang cara berterima kasih kepada hamba-Nya yang berjihad dengan ilmunya.

Dengan kebesaran dan kekuasaannya, Allah akan memberikan hadiah kepada guru yang beriman dan tetap rajin menuntut ilmu berupa kedudukan dan derajat yang tinggi (Qs. Al-Mujadilah: 11). Kedudukan ini Allah berikan tidak hanya di akhirat kelak, namun berangsur ketika masih hidup di dunia. Penghormatan dari peserta didik, pengakuan dari masyarakat, dan penghargaan dari negara, itu semua adalah bentuk hadiah kedudukan yang istimewa, yang Allah berikan sewaktu hidup di dunia. Kedudukan di dunia sudah dipandang baik, apalagi nanti kedudukan di akhirat jauh lebih baik lagi. Sebuah hadiah terbaik dari yang terbaik.

Foto: kegiatan munaqosyah (diskusi terbimbing) santri di pesantren at-tajdid muhammadiyah tasikmalaya

Keempat hadiah tersebut secara otomatis akan didapatkan oleh guru apabila ia mampu menjaga harga dirinya. Salah satu caranya adalah fokus menunaikan kewajiban daripada menuntut hak, kemudian belajar tiada henti untuk meng-update dan meng-upgrade diri. Guru membutuhkan waktu lama untuk membangun harga diri, namun bisa cepat untuk menjatuhkannya, yaitu dengan kemaksiatan. Pelanggaran etika dan norma baik di sekolah maupun di tengah masyarakat akan menjadi penghalang mendapatkan hadiah-hadiah tersebut. Guru yang demikian adalah guru yang berkhianat terhadap amanahnya sebagai pendidik.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama menjadi pihak yang mengundang keberkahan dari Allah. Jadilah guru yang hebat: Guru yang shalih akan menjadi teladan dan inspirasi, guru yang mushlih akan dihormati dan disegani, guru yang mujahid akan dihargai dan diakui. Jadilah peserta didik yang shalih: Siswa dan masyarakat yang giat belajar, mau memahami, ikhlash mengamalkan ilmu, dan semangat mendakwahkannya. Jadilah pejabat negara yang amanah: Pejabat yang berkhidmat untuk umat dan berorientasi kemajuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image