Harga yang Terlalu Mahal untuk Terkenal
Gaya Hidup | 2021-10-05 19:07:30Banyak dari kita memandang keterkenalan dengan sangat kepingin. Tak jarang, bahkan orangtua mendorong anaknya jadi terkenal sejak dini. Di negeri ini kita mengenal Agnezmo, Joshua ‘diobok-obok’ Suherman, Bondan Prakoso hingga Sherina. Itu adalah sedikit nama yang mampu mengatasi keterkenalan dengan cukup dewasa, hingga tak membinasakan hidup mereka.
Aku tak mau bercerita soal fenomena artis cilik yang mengenaskan di Indonesia, karena terlalu dekat dan takut kena somasi. Sebaiknya aku mencari contoh dari luar sana, yang sudah terekspose besar-besaran di media.
Contoh paling nyata ada pada Macaulay Culkin, artis cilik di franchise “Home Alone” ini membuat dunianya jungkir balik saat ia tak cukup imut menjadi Kevin lagi (tokohnya di Home Alone). Maka nikah muda, ketergantungan obat-obatan dan alkohol adalah langganan berita. Justin Bieber sempat hampir ada di tahap yang sama, untunglah belakangan ia bisa keluar dan mulai menjadi dewasa seiring umur yang bertambah.
Nah, film dokumenter “Britney Vs Spears” ini menyoroti harga yang sangat mahal untuk sebuah keterkenalan. Terkenal di 90-an akhir dalam usia belasan membuat Britney jadi terlalu cepat dewasa. Ia cenderung mendekati laki-laki yang ada dalam kendalinya. Tahun 2004 ia menikah dengan penari latarnya yang berakhir dengan perceraian di tahun 2007 dan hilangnya hak asuh atas dua anaknya. Inilah awal kehancuran Britney. Hidupnya yang seperti tak beraturan, membuat pengadilan turun tangan.
Mulailah hari-hari Britney yang bebas tapi terkekang, terkenal tapi sesungguhnya terasing. Tahun 2008 Pengadilan memberi ayahnya ,Jamie Spears, hak perwalian. Britney dianggap tidak bisa mengambil keputusan atas dirinya sendiri. Dia diklaim punya sakit mental. Mulailah hidup Britney yang tak punya akses atas uang pribadinya sendiri. Bahkan saat ia dikatakan sakit mental tersebut, dia masih menghasilkan album, konser dan jutaan dolar. Tapi di saat yang sama keuangannya dijatah, bahkan semua keputusan apapun diambil alih oleh ayahnya sebagai wali resmi pengadilan.
Perwalian itu terus digugat hingga sekarang. Bayangkan, bekerja jadi jutawan tapi pengendalian keuangan di bawah kendali ayah, layaknya orang yang belum bisa mencari nafkah, selama 13 tahun!
Sebagai penonton netral aku hanya bisa menimbang, “Apakah tanpa perwalian dari ayahnya Britney bisa tenggelam dalam narkoba atau kebangkrutan? Atau sang ayah benar-benar lintah yang menyerap darah dari darah dagingnya sendiri? Entahlah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.