Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Menghapus Seribu Dosa Dalam Sehari-Semalam

Agama | Saturday, 28 May 2022, 09:00 WIB

Selain Nabi dan Rasul, tak ada orang yang suci dari perbuatan dosa. Setiap orang pasti pernah tergelincir ke dalam perbuatan nista dan dosa. Termasuk sikap sombong jika seseorang memproklamirkan diri sebagai orang yang tak pernah berbuat dosa. Mengakui dan menyesal telah berbuat dosa lebih baik daripada mengaku sebagai orang yang tak pernah berbuat dosa dan kesalahan.

Syaikh Ibnu ‘Athaillah, seorang ulama sufi, mengatakan, ”Perbuatan dosa atau maksiat yang mengantarkan seseorang menjadi menyesal dan bersedih atas perbuatan maksiatnya, kemudian beristighfar, lebih baik daripada ketaatan seseorang yang melahirkan sikap kesombongan, merasa ketaatannya lebih baik daripada orang lain.”

Dalam bahasa Arab, kata dosa salah satunya diistilahkan dengan itsmun. Salah satu arti dari kata ini adalah kealpaan, ketidaksadaran, dan tidak mendapatkan pahala. Berdasarkan kata ini, orang yang berbuat dosa adalah orang yang alpa tapi menganggap dirinya sadar atau pintar. Tidaklah mengherankan jika orang-orang yang tengah berbuat dosa merasa riang dan senang.

Namun perlu diingat, orang-orang yang berbuat dosa hanya di permukaannya saja mereka nampak riang dan senang, padahal batinnya menderita. Nuraninya secara jujur mengatakan perbuatan yang dilakukannya salah, keluar dari hakikat kemanusiaan sebagai hamba Tuhan. Hawa nafsu yang kuat untuk berbuat dosa telah mengalahkan bisikan hati nuraninya.

Aristoteles, filosof Yunani mengatakan, ”Sepintas, orang-orang yang berbuat dosa itu nampak riang gembira dan bahagia dalam menjalani kehidupan. Padahal hakikatnya tidaklah demikian, mereka sebenarnya sedang mencoret-coret hati dan kehidupannya. Mereka sedang membunuh hakikat kemanusiaan, dan mereka sedang mempersiapkan diri masuk ke dalam gerbang kedinaan hidup.”

Perbuatan dosa termasuk ke dalam perbuatan zalim. Orang yang berbuat dosa pada hakikatnya adalah orang yang tengah berbuat zalim baik berzalim kepada dirinya sendiri, maupun berzalim kepada orang lain.

Ketika Nabi Adam a.s dan Siti Hawa a.s bertaubat atas dosa-dosanya, mereka berdua menyesal dan mengaku telah berbuat zalim terhadap dirinya.

“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.’ ” (Q. S. Al-A’raf : 23).

Perbuatan zalim akan menjadi duri dalam kehidupan. Jika kita tidak menyadari dan berusaha menghapusnya, lambat laun, dosa atau perbuatan zalim tersebut akan mematikan nurani. Kematian nurani berarti kematian nilai-nilai kemanusiaan, sebab nurani merupakan nilai pembeda utama antara manusia dan hewan. Jika nurani seseorang sudah mati, perilakunya akan lebih buas daripada hewan.

Tak akan ada orang yang terbebas dari perbuatan dosa. Setiap hari bahkan setiap saat kita pasti tergelincir kepada perbuatan dosa yang berarti setiap hari kita menodai nurani dan menzalimi diri kita. Untuk kembali memurnikan nurani kita, dengan kasih sayang-Nya Allah membuka pintu taubat.

Ia akan senantiasa mengampuni dosa-dosa orang yang bertaubat. Ia pun akan menjadikan nurani seseorang yang bertaubat kembali murni dan bersih. Untuk itu, sudak selayaknya kita memanfaatkan pintu taubat ini sebelum Allah menutupnya.

Zikir, membasahi lisan dengan berbagai ucapan yang baik seperti tasbih, tahlil, tahmid, dan istighfar akan mengantarkan diri kita meraih ampunan-Nya. Dari sekian banyak kalimat zikir, ucapan tasbih sangat memberikan makna besar dalam upaya menghapus dosa-dosa kita. Seratus kali bacaan tasbih dalam sehari-semalam yang dilakukan dengan ikhlas akan menghapus seribu macam dosa-dosa kecil yang pernah kita lakukan.

Rasulullah bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?”

Salah seorang di antara orang yang duduk bersamanya bertanya: “Bagaimana mungkin di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?”

Rasulullah bersabda: “Hendaklah dia membaca tasbih seratus kali, maka baginya akan ditulis seribu kebaikan atau dihapuskan darinya seribu keburukan“ (H. R. Muslim dikutip dari kitab Hishnu al Muslim min Adzkari al Kitab wa al Sunnah, hadits nomor 258).

Ibnu Rajab memberi penjelasan terhadap hadits tersebut. “Sesungguhnya zikir yang diucapkan seseorang dengan ikhlas akan menghapus dosa-dosa orang tersebut seraya melipatgandakan pahala kebaikan, menghapus dosa, dan mengabadikan pahala kebaikan.”

Seperti sudah disebutkan pada awal tulisan, tak akan ada seorang pun yang terlepas dari perbuatan dosa, terlebih-lebih pada era teknologi seperti sekarang ini. Perbuatan baik dan dosa berada pada ujung jari. Jika kita tak pintar mengendalikan, ucapan kita yang dituangkan lewat postingan tulisan di media sosial akan berujung kepada perbuatan dosa.

Karenanya sangatlah bijak apabila kita sering menitipkan diri kita kepada Allah melalui berbagai zikir agar kita tidak terlalu sering tergelincir kepada perbuatan nista dan dosa.

“Barang siapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di sorga.“(H. R. An Nasai).

Ilustrasi : zikir (republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image