Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nurul jubaedah

3 Jurus Menolak Stigma

Gaya Hidup | 2022-05-27 09:46:41

3 Jurus Menolak Stigma Sosial

(Nurul Jubaedah,S.Ag.,S.Pd.,M.Ag Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Stigma sosial merupakan pandangan buruk terhadap seseorang sehingga keberadaannya di tolak di lingkungan di mana ia berada karena namanya sudah tercemar. Atau pengingkaran terhadap keberadaan seseorang atau sekelompok orang yang disebabkan oleh perilaku tercela dan diprediksi akan merugikan wilayah tersebut hal ini dinamakan stigma sosial.

Ketika seseorang diasingkan oleh masyarakat di mana ia berada, maka orang itu mengalami penderitaan secara mental. Cap jelek yang sudah menempel padanya akan menjadi stempel yang berujung pengucilan atau isolasi sosial.

Ada 3 proses stigma, yaitu interpretasi, pendefinisian, dan diskriminasi. Ilustasi stigma, setiap orang mempunyai pandangannya masing-masing terhadap orang lain atau suatu hal. Stereotype (penjulukan) merupakan cara pandang dan penilaian seseorang terhadap penampilan atau latar belakang mengenai seseorang.

3 Jurus Menolak Stigma Sosial:

1. Tutup Mata Tutup Telinga

Di samping terus memperbaiki diri, menunjukkan perilaku baik menuju sebuah perubahan ke arah yang lebih baik maka jangan pernah peduli suara sumbang dari lingkungan di mana kita tinggal. Cukup dengan beberapa pembuktian dan niatkan untuk dan demi diri sendiri dan masa depan bukan untuk orang lain, cukuplah Tuhan yang menjadi cctv.

Tidak perlu membenci apalagi dendam terhadap mereka yang bersikap sinis dan sentimen karena tidak ada manusia yang sempurna. Allah SWT berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat .” (Q.S. an-Nûr : 19)

Hijrahlah ke lingkungan yang lebih baik, pilihlah teman yang selalu memberikan pengaruh positif, memberikan dukungan, mengoreksi dan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita miliki bukan sekedar gemar mengkritik apalgi menjatuhkan. Lingkungan toxic tidak layak kita tempati, kita memiliki hak penuh untuk bahagia dan hidup merdeka dari segala tekanan dan penderitaan.

Tidak ada manusia yang suci tanpa aib. Manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Mereka yang saling merendahkan sesama seharusnya belajar introspeksi dan menghisab diri mereka sendiri untuk memperbaikinya. Umar bin Khattab menegaskan, “Hisablah dirimu sebelum diri kamu dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum pembuatanmu ditimbang.” Ali Bin Abi Thallib berpesan, “Jika ada kata-kata yang melukai hati, menunduklah dan biarkan ia melewatimu. (jangan dimasukkan hati agar tidak lelah hatimu).

2. Fokus Menjemput Matahari

Jemputlah mimpi dan harapan untuk masa depan yang cerah. Melalui mimpi maka anda akan memiliki pemikiran solutif. Harapan akan menggerakkan dan membawa anda pada sebuah mimpi. Allah SWT berfirman yang artinya, “Allah tidah membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Menentukan target dan tujuan agar terealisasi dengan efektif dan efisien. Fokus dan konsisten, perbanyak wawasan dengan literasi, menganalisis strategi dan kemajuan dari satu tahap ke tahap yang lain, rajinlah berolahraga setidaknya setiap 30 menit setiap hari. Hargai diri anda dengan self reward.

Mengharagai diri sendiri merupakan jembatan dalam menghantarkan sebuah cita-cita, mimpi, dan harapan akan menjadi selaras dan kuat dalam proses menajlaninya. Menyemangati diri sendiri, beddoa, dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga hidup akan menjadi berkah.

3. Hanya Tuhan yang Tahu

Perhatikan dan pahami hadis ini, “Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk melihat isi hati manusia dan tidak pula isi perutnya.” (Shahih Al-Bukhari: 4351 dan Muslim: 1064).

Serahkan semua beban dan masalah kembali kepada Allah SWT. Manusia wajib ihktiar untuk melakukan yang terbaik. Sabar, tawakkal,dan tetap husnudzon. Manusia tidak berhak melihat dan menilai isi hati orang lain menurut versi dirinya. Maka, tidaklah pantas bagi kita menduga-duga isi hati orang lain.

Ketika manusia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah SWT. Tidak perlu pengakuan dari makhluk. Cukup Tuhan yang tahu segala maksud dan tujuan dari sebuah keputusan yang kita ambil.

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari) Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan, Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali ‘Imran: 173-174)

Daftar Pustaka

Mahmudi, M. H., & Suroso, S. (2014). Efikasi diri, dukungan sosial dan penyesuaian diri dalam belajar. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02).

Putri, D. N. (2022). Hubungan Antara Persepsi Stigma Sosial Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Pada Remaja Dari Keluarga Bercerai. Naskah Publikasi Program Studi Psikologi.

Rahayu, A. (2018). Hubungan dukungan sosial dan konsep diri dengan penyesuaian diri remaja kelas X SMA Angkasa I Jakarta. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 2(2), 75-81.

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 1 buku solo, 18 buku antologi (Januari-April 2022). Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 55 artikel (Oktober 2021-Mei 2022). Blog : http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : [email protected]. Whatsapp : 081322292789.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image