Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aditya Budi S.

Bukan PNS, Cepat Kaya Yang Halal dan Etis

Eduaksi | 2021-09-27 08:10:44
Sumber : Republika

Suatu momen seorang teman berseloroh bahwa dirinya ingin sekali menjadi abdi negara alias jadi PNS. Selain terjamin kepastian hidupnya, menurutnya, juga jalan agar kita cepat kaya. Dalam tafsirnya tentu yang dimaksud kaya adalah bisa segera memiliki rumah sendiri kemudian mobil dalam jangka waktu kurang dari 3 tahun. Jadi, cara cepat kaya yang dimaksud bisa diartikan bahwa dirinya memiliki semua itu (rumah, mobil ) mungkin dengan cara kredit.

Keinginan seperti itu (kaya dengan cepat) adalah hal yang manusiawi. Siapa sih yang nggak ingin jadi kaya. Tentu kebanyakan dari kita pastinya ingin kaya semua bukan. Memiliki harta berlimpah, beli apapun begitu mudah. Namun diantara sekian banyak manusia, pasti juga ada yang nggak menginginkan menjadi kaya. Meski jumlahnya kemungkinan amat sedikit.

Dengan harta seakan segala persoalan hidup menjadi mudah. Memang begitu kenyataannya bukan. Karena semua sisi kehidupan ini mayoritas membutuhkan biaya. Semua orang akan berusaha dengan berbagai macam cara agar dirinya bisa meraih apa yang diinginkan. Entah dengan wasilah apa, yang terpenting tujuan goal utamanya adalah memiliki kekayan yang berlimpah.

Lantas pertanyaan yang sering muncul berikutnya adalah “Bagaimana caranya cepat kaya ?”. Jadi PNS atau karyawan swasta ? Kata kuncinya adalah “cepat kaya”. Ya jika ada cara yang cepat, mengapa harus yang lama dan berbelok-belok. Cepat di sini sekali lagi kita artikan dalam jangka waktu kurang dari 3 tahun ya, syukur-syukur jika hanya dalam waktu 1 tahun.Kita semua juga pastinya sepakat bahwa mencari jalan kekayaan haruslah dengan cara yang “Halal”. Itu sudah kemutlakan.

Setelah saya renungkan mendalam, ternyata tidak ada cara menjadi kaya dengan cepat kacuali kita menjadi pedagang, pebisnis, atau enterpreneur. Intinya adalah kita melakukan jual beli (baik barang ataupun jasa) secara langsung kepada pembeli/customer. Kita adalah pemilik usaha itu, kita adalah bosnya. Jadi posisinya di sini harus tegas yaitu kita harus pemilik usaha itu bukan pegawai, karyawan atau anak buah.

Soal apakah usaha kita itu langsung dalam skala besar atau kecil adalah soal lain. Selama kita adalah pemilik suatu unit usaha, sekecil apapun itu, kita adalah bosnya. Baik kita sebagai pimpinan sekaligus merangkap sebagai karwayan inti dan satu-satunya. Ataupun kita memiliki karyawan sendiri itu tidak masalah.

Maka itulah sebaik-baik jalan halal dan etis menjadi kaya, yaitu menjadi pedagang, pebisnis atau enterpreneur. Lho, emangnya ada cara kaya halal tapi nggak etis ? Menurut saya sih ada. Contohnya nih, jual warisan dari orang tua atau mertua kalian. Ini salah satu opsi cara kaya instan bagi generasi yang suka rebahan auto cuan. Halal sih, tapi etiskah ?

Ada lagi nih, misal saudara kalian (misal paman, mertua atau bahkan orang tua sendiri) adalah pemilik perusahan besar. Dan kalian juga punya potensi untuk ikut gabung di perusahaan tersebut. Otomatis peluang kalian menduduki posisi strategis dalam waktu singkat pastinya lebih besar. Selama kalian dekat dan bisa melobi saudara kalian itu, bukankah kemungkinan karir melesat semakain besar. Artinya posisi menentukan gaji bukan.

Ada juga cara kaya yang lain. Jika kalian dekat dengan seorang pengusaha atau seseorang yang memiliki jabatan strategis entah di perusahaan swasta atau negara. Maka sekonyong-konyong menjadi komisaris adalah sesuatu yang mungkin bagi kalian, meski tanpa latar belakang karir masih belum mumpuni. Barangkali praktik yang satu ini sering terdengar akhir-akhir ini.

Namun jika anda memilih menjadi sebagai pegawai atau PNS, rata-rata pegawai normalnya maka keinginan kita untuk cepat kaya barangkali akan sulit diwujudkan. Dalam artian 1-3 tahun adalah hal yang aneh dan sangat tidak wajar jika kalian langsung memiliki rumah mewah atau mobil murni dari hasil gaji kalian.

Kemungkinan korupsi dan semacamnya pasti ada jika itu sampai terjadi. Apalagi jika kita memulai jenjang karir dari bawah, maka untuk waktu 1-3 tahun mungkin gaji dan posisi kita hanya membaik sedikit. Itu pun jika prestasi bagus dan didukung juga dengan keberuntungan.

Kita semua memang tidak bisa memprediksi berapa lama seseorang bisa cepat kaya dengan usaha bisnisnya. Kaya di sini semisal ukurannya adalah minimal bisa punya rumah dan mobil sendiri. Banyak kemungkinan, bisa dalam waktu 10 tahun, 7 tahun, 5 tahun atau bahkan hanya 1 tahun. Selain itu menjadi enterpreneur juga ada kemungkinan gagal atau stagnan di tempat.

Namun bukankan itu adalah bagian dari keniscayaan hidup. Yang perlu diingat bahwa probabilitas untuk cepat kaya secara halal dan etis ketika kita memilih menjadi enterpreneur itu lebih besar dari pada saat kita menjadi pegawai. Tak perlu rumus untuk membuktikan bagaimana mungkin probabiltasnya lebih besar. Cukup dengan nalar berdasarkan pengalaman di dunia nyata saja.

Mungkin di sekeliling kita entah teman atau saudara sudah ada yang membuktikannya. Silahkan searching aja di google, Instagram maupun di chanel-chanel youtube yang mengulas UMKM atau usaha yang 2-3 tahun yang lalu masih nothing. Dan hari ini usaha itu sudah menjadi something dengan puluhan bahkan ratusan karyawan serta aset ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Banyak dari para UMKM yang sudah besar di tanah air dalam jangka waktu 2-3 tahun dan saat ini terus berkembang. Saya sendiri menyaksikan beberapa sedikit teman saya 1 tahun yang lalu baru memulai usaha kecil-kecil dari nol. Dan saat ini sudah berkembang pesat dengan pendapatan bersih jauh di atas gaji pegawai rata-rata seusianya. Jika dibandingkan dengan karir sebagai pegawai, tentu saya merasa ketinggalan jauh. Terlepas dari berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, pastinya itu semua adalah hasil kerja keras mereka semua hingga bisa sukses.

Jadi sudah tahu kan cara cepat kaya yang halal dan etis. Untuk masalah etis atau enggak sih mungkin bisa jadi relatif. Yang jelas, saya ingin mendorong terutama generasi milenial untuk menjadi enterpreneur. Hari ini hampir segala hal bisa menjadi peluang bisnis bagi kaum milenial. Tak lain karena penguasaan teknologi, tren dan pengetahuan yang mereka miliki. Maka potensi sekaligus peluang besar sejatinya masih terbuka lebar. Yuk jadi enterpreneur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image