GURU KITA: MENOLAK UNTUK MENYERAH
Guru Menulis | 2021-09-26 23:03:24Dua tahun ini menjadi masa-masa yang paling berat bagi dunia pendidikan kita. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hampir di seluruh penjuru dunia. Pandemi virus corona yang memakan banyak korban telah mengubah pola kehidupan masyarakat kita. Mulai dari kebiasaan hidup di rumah sampai di kantor dan perjalanan antardaerah telah mengalami pergeseran mendasar yang sangat signifikan. Tidak terkecuali bagi pendidikan di negara kita. Situasi pandemi telah memaksa kita untuk menata ulang proses kehidupan normal baru dalam proses pembelajaran.
Wajah pendidikan kita berubah drastis dan cukup mengagetkan. Pembelajaran harus dikemas dalam berbagai pola dan moda. Guru harus menjadi superior menguasai berbagai aplikasi dan tools yang berkaitan dengan jejaring internet. Dunia pendidikan kita telah berubah. Apakah guru kita menyerah?
Reformasi pendidikan pada dasarnya telah dimulai lebih awal sejak diluncurkannya Kurikulum 2013. Konsep dasar pada saat itu adalah mengubah mindset para guru untuk mengubah kondisi pembelajaran di kelas dari yang semulan teacher centered menjadi student centered. Konsekuensinya, pembelajaran semestinya dikemas dengan pelibatan dominan peserta didik dalam aktivitas belajar di kelas. Selain itu, pembelajaran tidak semata-mata harus dilaksanakan di kelas atau luar jaringan. Guru dituntut bisa memvariasikan pembelajaran dengan beragam moda, tipe, model, dan strategi.
Penyebaran virus corona yang semakin merebak di awal tahun 2020 hingga sekarang membuat pembelajaran kita harus dikemas secara variatif. Guru yang memiliki latar belakang beragam, mulai dari usia, pengetahuan, dan kesehatan harus berjuang penuh untuk tetap menyelenggarakan pembelajaran secara optimal. Guru dengan kondisi usia lanjut, mau tidak mau harus belajar lagi dengan rekan sejawat dalam menggunakan aplikasi tertentu untuk melaksanakan pembelajaran daring.
Beberapa strategi dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran di masa pandemi berkaitan dengan kampanye Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang penguasaan keterampilan abad-21. Mulai tahun 2018 sudah digencarkan tentang materi penguasaan keterampilan abad-21, yaitu collaborative, communicative, creative, dan critical thinking. Penguasaan atas keterampilan inilah yang membuat guru berjuang penuh dalam menyediakan layanan pembelajaran di masa pandemi.
Pertama, aspek collaborative. Guru dalam menyelenggarakan pembelajaran pada masa pandemi seyogianya membangun jaringan dengan rekan guru lain. Hal inilah yang selama ini dilakukan oleh guru kita. Menyelanggarakan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk merancang dan menyelenggarakan pembelajaran dari rumah. Guru dengan ragam latar belakang yang berbeda berusaha berkolaborasi dengan rekan di sekolah dalam membuat media pembelajaran daring, memanfaatkan aplikasi pembuatan video, serta menggunakan google classroom untuk mengelola pembelajaran. Dalam hal pertama ini, guru tidak menyerah pada keadaan. Kolaborasi di berbagai sekolah berjalan sangat baik.
Kedua, aspek communicative. Dalam hal ini, guru melakukan dua hal mendasar. Pertama, menjalin komunikasi yang baik dan efektif kepada siswa, rekan guru lain, dan orang tua siswa di rumah. Kedua, guru memperbaiki dan menyempurnakan kualitas komunikasi publiknya karena harus membuat video pembelajaran. Dalam hal ini, sangat banyak kisah unik dalam mengemas pembelajaran dari dengan skema BDR. Guru harus menggunakan aplikasi pembuatan video, compress video, screen recording, serta berbagai aplikasi lain yang dalam kondisi normal mungkin saja tidak pernah dimanfaatkan. Dalam hal ini, guru kembali menolak untuk menyerah. Mereka dengan sungguh-sungguh menjalin dan memperbaiki kualitas komunikasnya demi penerus bangsa.
Kemudian, aspek ketiga creative. Pada dasarnya guru-guru kita adalah insan yang kreatif dan inovatif. Dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran daring selama pandemi, kreativitas guru-guru bisa dikatakan meningkat drastis dan signifikan. Pengemasan materi dalam bentuk media pembelajaran yang variatif dan berbasis digital dibuat dengan sungguh-sungguh dan tertata baik. Kreativitas guru kualitasnya naik secara maksimal juga didukung oleh ketersediaan waktu yang cukup panjang di kantor atau rumah sehingga materi daring dapat dikemas dengan sangat menarik. Lagi-lagi guru kita tidak menyerah walau pembelajaran dilaksanakan dalam moda dan skema yang terbatas.
Terakhir, aspek critical thinking. Guru sebagai garda terdepan kemajuan bangsa, tentu harus memiliki daya kritis terhadap berbagai hal. Termasuk dalam hal menganalisis keperluan belajar siswa pada masa pandemi. Guru kita tentu telah dibekali pemahaman yang cukup untuk berpikir tajam dan cermat dalam menghadapi berbagai kondisi. Tentu sebelumnya kita semua tidak pernah menyangka kondisi pembelajaran akan berlangsung seperti sekarang karena dampak pandemi. Akan tetapi, dalam kondisi apapun guru kita selalu berkata siap untuk menjalankan tugas negara. Dalam kesempatan ini, saya kembali menegaskan bahwa guru-guru kita menolak untuk menyerah pada keadaan.
Akhirnya, kita telah melewati proses pembelajaran pada masa pandemi dengan penuh tantangan. Penguasaan dan pembelajaran kita selama ini terhadap materi keterampilan abad-21 telah membantu guru dalam merancang segala keperluan pembelajaran daring. Kita semua berharap kondisi semakin membaik, begitu pula dengan kualitas pendidikan kita semoga semakin baik, jaya, dan bermakna dalam rangka mempersiapkan generasi kita dalam Indonesia Emas 2045.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.