Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Janu Muhammad

Pandemi Pergi? Tetaplah Berbagi

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 21:32 WIB
Suasana program sedekah sayur di Sleman (sumber: dokumen pribadi)

Ibu saya selalu memberi nasihat, sedekah itu membuka pintu rezeki. Meski sedikit tetapi konsisten, pahalanya mengalir deras. Apalagi berbagi di situasi sulit, keutamaannya luar biasa. Balasannya bisa datang hari ini, lusa, atau pada waktu lainnya.

Awal Maret 2020, Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Semua berubah, dari kehidupan nyata hingga dunia maya. Sekolah tatap muka tergantikan secara daring. Banyak pekerja yang akhirnya bekerja dari rumah. Apa-apa jadi serba online. Penjual sayur yang biasanya lapaknya ramai, mulai sepi pembeli. Singkat cerita, jualannya lewat marketplace.

Efek pandemi ternyata tidak biasa-biasa saja. Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 Badan Pusat Statistik tahun 2020 menyebutkan, dari 87.379 responden yang mengisi survei, 2,52% responden baru saja mengalami PHK akibat perusahaannya tutup. Mengejutkannya lagi, 4 dari 10 responden mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi Covid-19. Kalau seperti ini, perlu solusi dari berbagai lini.

Ragam solusi telah ditawarkan pemerintah untuk membangun ketangguhan ekonomi di tengah pandemi. Telah muncul kolaborasi lintas sektoral untuk membuka lapangan kerja baru, yang lebih adaptif menjawab tantangan pandemi. Aneka platform pelatihan kerja diberikan. Sampai-sampai adanya dukungan insentif untuk UMKM agar segera bangkit. Apakah pada akhirnya efek pandemi hilang begitu saja? Tentu tidak.

Saya merasakan hal ini. Meskipun upaya pemulihan ekonomi sudah digelontorkan pemerintah pusat dan daerah, tetap masih ada beban ekonomi rumah tangga. Akibat terkena PHK, sebagian masyarakat masih perlu uluran tangan para dermawan. Inilah yang terjadi di dekat tempat tinggal saya.

Habis gelap terbitlah terang. Selalu ada hikmah di setiap musibah. Sejak pertengahan 2020, sebuah terminal, istilah tempat untuk meletakkan sayur, berdiri tegak di tepi jalan Dusun Ngemplak, Caturharjo, Sleman. Terminal sedekah adalah tempat yang mempertemukan orang baik dan masyarakat yang membutuhkan sayur. Meskipun dalam situasi sulit, nyatanya berbagi tidaklah rumit. Berbagi seikhlasnya, mengambil secukupnya.

Rutinitas pagi mengantar sayur dari titipan dermawan (sumber: dokumen pribadi)

Setiap pagi, semangat berbagi terasa sampai urat nadi. Tidak kurang dari 100 warga telah terbantu, 10 relawan terlibat, hingga donasi tersalurkan lebih dari 60 juta rupiah. Semua bahu membahu, gotong royong tiada henti. Kiprah ketua RT setempat patut diapresiasi. Berkat inisiatif Pak Purnomo, lebih dari 200 dermawan telah berbagi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan ada yang dari Australia. Digitalisasi membuka jalan kebaikan ini. Hasilnya, kebutuhan sayur dan lauk keluarga rentan miskin terpenuhi.

Dari program ini, belasan warung dan UMKM terberdayakan. Inisiatif ini tetap eksis, juka karena keterlibatan komunitas kerelawanan. Kunci utamanya, ada inovasi yang diciptakan, hingga peran media sosial begitu berarti.

Kini, program sedekah sayur telah berjalan satu tahun. Kita tengah berdamai dengan Covid-19. Adaptasi kenormalan baru mulai membuahkan hasil. Berbagai tempat umum juga mulai dibuka, dengan protokol kesehatan ketat.

Andai pandemi pergi, tangan saya ingin merangkul lebih banyak orang untuk berbagi. Lewat terminal sedekah, semoga semangat kerelawanan tetap menyala. Mengapa? Pertama, berbagi adalah hal sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu sesama. Untuk berbagi sayur, hanya cukup menyisihkan sebagian rezeki. Ketika sudah ikhlas, percayalah, semua akan Allah gantikan. Kedua, berbagi adalah wujud nyata gotong royong antarsesama. Dari program berbagi sayur, persatuan warga terjaga. Tidak ada lagi jurang pemisah, semua saling menguatkan.

Semangat para relawan sedekah sayur (sumber: pengelola Terminal Sedekah)

Berbagi juga menunjukkan peran nyata masyarakat untuk membantu pemulihan ekonomi nasional. Tidak ada lagi ego sektoral, semua berkolaborasi untuk menghadapi pandemi. Harapannya, amanat pada pasal 33 UUD NRI 1945 untuk menciptakan kesejahteraan rakyat benar-benar tercipta.

Kini, saya percaya, berbagi ternyata mampu membuka pintu kebaikan setiap insan. Teringat pesan inspirator saya, ‘We can not do everything, but we can do something, start from small thing’. Betapa pentingnya menumbuhkan jiwa berbagi dan peduli di sanubari, dari hal kecil. Mimpi saya, semoga gerakan kolaboratif seperti sedekah sayur ini meluas di seluruh Indonesia.

Antusiasme para pemberi sedekah sayur (sumber: dokumen pribadi)

Covid-19 memberi pelajaran berharga untuk adaptif dalam setiap keadaan. Andai pandemi usai, semangat berbagi tak boleh berhenti. Kita bergerak bersama, untuk Indonesia bangkit dan lebih sejahtera lagi. Mau sedekah sayur hari ini?

Referensi:

Badan Pusat Statistik RI. 2020. Hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image