Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Peran Guru Sebagai Coach Untuk Mengoptimalkan Potensi Murid

Guru Menulis | 2022-05-19 00:32:54

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi. Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini. Selain keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar perlu dimiliki oleh seorang coach. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu:

1. keterampilan membangun dasar proses coaching

2. keterampilan membangun hubungan baik

3. keterampilan berkomunikasi

4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Empat keterampilan dasar seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan diri sebagai coach. Untuk itu seorang guru harus mempelajari emapt keterampilan itu agar perannya sebagai coach dapat dijalankan dengan baik. Selain itu guru juga harus memahami kapan haus berperan sebagai konselor, kapan sebagai mentor dan kapan sebagai coach. Ketiga peran ini mirip namun berbeda .

Salah satu model coaching yang dapat diterapkan seorang guru adalah apa yang dinamakan TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah. TIRTA adalah kependekan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggungjawab. Secara garis besar TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tujuan artinya tindakan coach untuk menanyakan kepada coachee tujuan yang ingin dicapainya dalam proses coaching . Atinya dalam hal ini coach mempertajam tujuan dari si coachee sendiri.inisiatif memecahkan masalah harus daatang dari coachee bukan dari coach. Indentifikasi adalah proses menggali semua hal yang terjadi pada coachee. Dengan kata lain semua hal yang sudah dilakukan dan terjadi pada diri coachee terkait dengan masalahnya. Rencana Aksi artinya dalam hal ini pertanyaan yang diajukan coach mengenai hal-hal yang akan dilakukan coachee berdasarkan identifikasi yang telah ia sampaikan . Terakhir Tanggungjawab mengacu kepada komitmen coachee terhadap apa yang akan dan telah diputuskannya. Dalam hal ini seorang coach akan meminta ketegasan dari coachee terhadap apa yang akan ia perbuat .

Pemakaian model TIRTA akan membantu peran guru sebagai coach dan membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki murid.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image