Pandemi Pergi, Tradisi Pol-Kompolan Orang Madura Kembali
Lomba | 2021-09-23 19:35:56Sejak lama Madura dikenal dengan sistem kekerabatannya yang kental dan kuat. Hampir tidak dapat dipungkiri, kuatnya kekerabatan orang Madura telah dikenal oleh beberapa lapisan masyarakat baik orang Madura sendiri maupun di luar Madura. Sekalipun tidak kenal dan tidak ada hubungan darah, bagi orang Madura semua orang yang lahir dan berasal dari tanah Madura adalah saudaranya (bhala jhau:red). Eratnya hubungan kekerabatan tersebut melahirkan satu tradisi yang sulit ditinggalkan ialah tradisi âpol-kompolanâ (berkumpul/berkerumun).
Tradisi pol-kompolan banyak dilakukan oleh masyarakat Madura untuk mengeratkan tali silaturrahmi sesama keluarga maupun tetangga. Biasanya pol-kompolan terjadi di salah satu rumah warga yang didatangi oleh orang-orang sekitar. Pol-kompolan orang Madura adakalanya bersifat formal maupun non formal. Pol-kompolan formal bisa kita temukan di acara tahlilan, rapat desa, dan sebagainya. Sedangkan non formal dapat ditemukan pada kegiatan-kegiatan seperti gotong royong, perkumpulan antar tetangga dan sebagainya. Sekalipun tidak ada acara, pol-kompolan ini kerap kali terjadi hampir setiap malam/hari. Dalam kebiasaanya yang dibahas persoalan ekonomi, pertanian dan sebagainya yang sudah menjadi mata pencaharian warga setempat.
Pasca datangnya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) tahun 2020 lalu, tradisi ini perlahan berangsur-angsur menurun. Adanya himbauan untuk menghindari kerumunan mulai diterapkan, hingga menyebabkan perkumpulan dan topik perbincangan mulai sulit terdengar di masyarakat. Sebagian warga benar-benar mengisolasi diri untuk menghindari penularan Covid-19. Ditambah lagi adanya peraturan pemerintah tentang larangan melakukan kerumunan, menyebabkan ditutupnya beberapa tempat, seperti penutupan alun-alun Pamekasan Madura sejak 2020 lalu.
Di samping itu, munculnya Covid-19 varian baru menyebabkan pembatasan kegiatan semakin diperketat. Dilansir dari Republika.co.id, munculnya Covid-19 varian baru Juni 2021 kemarin, menyebabkan angka kematian di Madura meningkat tajam, utamanya daerah Bangkalan di empat kecamatan, seperti Bangkalan Kota, Klampis, Gegger, dan Arosbaya. Kematian tersebut sebagian besar diduga akibat penyebaran Covid-19 varian baru. Tidak hanya terjadi di Bangkalan, lonjakan angka kematian Juni kemarin juga terjadi di tiga kabupaten di Madura lainnya. Berdasarkan sumber Radarmadura.jawapos, lonjakan kematian juga terjadi di Kabupaten Sampang. Pasalnya dalam waktu dua hari angka kematian bertambah 45 orang. Dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan Sampang melakukan tracing, testing,dan treatment (3T).
Adanya lonjakan ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Madura membatasi kegiatannya di luar. Banyak masyarakat yang lebih memilih berdiam di rumah atau keluar hanya sekadar keperluan penting. Hal ini karena bukan hanya angka kematian yang meningkat, melainkan jumlah orang sakit atau tidak sehat banyak terjadi di beberapa tempat. Sehingga untuk menghindari terjadinya penularan, mereka lebih memilih mengisolasi dirinya di rumah. Fenomena semacam ini tentu menyebabkan tradisi yang selama ini dibangun kembali merosot dan lebih nampak sikap individualismenya.
Selesainya masa pandemi menjadi harapan semua orang baik di Indonesia maupun luar negeri. Pasalnya adanya pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa kegiatan masyarakat lumpuh total, tidak terksecuali beberapa wilayah di Madura.
Apabila pandemi terselesaikan, tentunya aktivitas yang sebelumnya dilarang akan kembali diperbolehkan oleh pemerintah. Hal ini menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat Madura untuk kembali melestarikan tradisi lama yang sebelumnya sempat terhenti di beberapa daerah. Misalnya, di kalangan anak muda tradisi koloman (perkumpulan) di warung kopi untuk mendiskusikan beberapa polemik yang sebelumnya dibatasi akan kembali dibuka dan diperbolehkan sebebasnya. Selain itu, kegiatan masyarakat, seperti tahlilan yang mengumpulkan banyak massa juga akan kembali diperbolehkan serta akan kembalinya kegiatan-kegian yang lain seperti sediakala.
Sistem kekerabatan yang diaplikasikan dalam pol-kompolan akan kembali terlaksana tanpa batasan tertentu pasca pandemi dinyatakan selesai. Tidak ada lagi jaga jarak, tidak boleh bersalaman, larangan berkerumunan, dan larangan-larangan lainnya. Pasalnya tidak sedikit masyarakat yang merindukan moment berkumpul satu sama lain. Hal ini selain saling bertukar informasi juga untuk mengeratkan tali silatur rahmi antar keluarga dan tetangga. Oleh sebab itu, setelah pandemi berakhir, bersiaplah untuk âsay good byeâ pada Covid-19 yang telah mengubah tatanan hidup dalam masyarakat.
Tradisi pol-kompolan yang dilakukan orang Madura pada dasarnya memang cukup sederhana. Namun apabila hal ini tidak dilestarikan dengan baik, maka ancaman terbesarnya adalah orang Madura yang sebelumnya dikenal dengan sistem kekerabatannya yang tinggi akan beralih menjadi orang Madura yang memiliki karakter individual dan tidak peduli satu sama lain. Oleh sebab itu, usainya pandemi menjadi harapan tersendiri bagi orang Madura dan lainnya. Selain untuk kembali menjalankan hidup sebagaimana sebelumnya juga untuk kembali membudayakan tradisi yang sempat dibatasi.
#lombamenulisopini
Sumber:
https://m.republika.co.id/berita/quvp3x384/angka-kematian-meningkat-di-bangkalan
https://radarmadura.jawapos.com/read/2021/06/09/267357/kasus-meningkat-angka-kematian-bertambah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.