Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image David Aji Pangestu

Andai Pandemi Pergi, Kita Belum Tentu Siap

Lomba | 2021-09-23 10:44:01
Foto: Republika.co.id

Kondisi yang terjadi saat dunia dilanda pandemi Covid-19 merupakan sesuatu yang hampir tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hampir semua aspek kehidupan terdampak pandemi sehingga diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian perilaku manusia dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19 yang tidak kentara wujudnya. Hal tersebut memicu banyak transformasi. Baik transformasi teknologi itu sendiri, maupun kebiasaan yang kita lakukan setiap hari.

Tidak perlu hal kompleks untuk memberikan contoh transformasi tersebut. Misalnya saja kebiasaan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan selama pandemi Covid-19 pun cukup berubah, apalagi bagi masyarakat perkotaan. Sebelum pandemi, mungkin kita masih sering makan di warung atau tempat makan favorit kita. Ketika pandemi berlangsung, aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan tersebut intensitasnya cukup berkurang, apalagi ditambah ada pembatasan waktu dan kuota tempat duduk jika makan di tempat. Efeknya, kalau kita tidak stok bahan makanan yang cukup banyak, ya beli makanan siap santap melalui berbagai aplikasi pesan-antar makanan. Tinggal klik dan bayar, makanan yang Anda inginkan akan diantar ke alamat tujuan.

Belum lagi perihal transformasi dalam bidang pendidikan. Yang pada awalnya belajar mengajar dilakukan melalui ruang-ruang kelas, sekarang terpaksa dilaksanakan melalui ruang-ruang virtual. Walaupun masih banyak permasalahan mengenai teknis maupun kemampuan dalam mengakses pendidikan yang serba digital, pembelajaran dengan metode daring tetap dilaksanakan karena sejauh ini belum ada alternatif yang lebih memuaskan. Di lain sisi, kemungkinan terjadinya learning loss atau kemunduran proses akademik dikarenakan pandemi Covid-19 juga cukup besar. Ini bahasan yang lain, yang jelas pandemi Covid-19 menuntut kita melakukan penyesuaian-penyesuaian yang sebenarnya belum tentu sesuai.

Dalam konteks sehari-hari, kebiasaan dan perilaku kita juga mengalami transformasi selama pandemi. Covid-19 yang penularannya dapat melalui udara membuat kita harus memakai masker ketika keluar dari rumah. Belum lagi perihal virus ini yang dapat menempel di benda-benda sekitar kita. Akibatnya, selain kita harus menjaga jarak dengan orang lain, juga harus ekstra hati-hati ketika bersinggungan secara fisik dengan benda-benda di fasilitas umum. Akibatnya, kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun maupun hand sanitizer juga menjadi hal lumrah.

Bagi sebagian besar orang, perubahan-perubahan di atas agaknya sudah cukup melekat karena sudah terhitung hampir dua tahun menjalani kebiasaan tersebut. Jika setiap harinya taat akan perubahan-perubahan di atas, merujuk pada hukum kebiasaan, maka aktivitas-aktivitas transformatif tersebut sudah melekat dalam diri kita. Dikarenakan sudah terbiasa memakai masker ketika keluar rumah, akan merasa ada yang kurang jika tidak memakai masker. Yang biasanya tidak bersalaman secara fisik dengan orang lain selama pandemi, rasa waswas mungkin akan tetap sedikit tersisa ketika nantinya Covid-19 baru saja sirna.

Melihat sedikit proyeksi tersebut, mungkin akan ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak kita. Berharap Covid-19 segera pergi, tetapi apakah jika itu terjadi kita sudah benar-benar siap? Atau jangan-jangan kita akan dihadapkan dengan serba kebingungan (lagi)? Ketika tempat makan sudah melayani secara penuh, apakah kita sudah siap bersinggungan langsung dengan orang lain seperti dahulu kala? Ketika sekolah-sekolah sudah dibuka, apakah kita sudah siap untuk mandi sangat pagi, sarapan agar perut tidak keroncongan, lalu bergegas berangkat ke tempat tujuan? Apakah kita sudah siap? Apakah kita sudah siap untuk menghadapi kenormalan baru yang sebenarnya merupakan kenormalan kita di dua tahun yang lalu?

Pertanyaan yang terakhir tadi, mungkin juga memunculkan banyak pertanyaan lain. Kita tidak tahu secara pasti tata dunia seperti apa yang akan terjadi jika pandemi pergi. Entah perilaku-perilaku yang tidak jauh beda dengan kondisi saat pandemi, kembali ke kebiasaan kita sebelum pandemi, atau pun kita akan mempunyai kenormalan yang benar-benar baru? Kita tidak tahu pasti. Walaupun manusia dirancang untuk beradaptasi, di dunia yang tidak pasti ini, kita belum tentu siap.

Pandemi Covid-19 membuat manusia semakin cepat dalam bertransformasi. Baik transformasi dalam bidang teknologi, maupun transformasi dalam diri kita sendiri. Serangkaian penyesuaian-penyesuaian yang telah terjadi sudah sepatutnya kita refleksikan sebagai ajang untuk terus belajar bahwa kita memang hidup dalam ketidakpastian. Hal yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Apapun itu, kita harus siap bertransformasi. Kenormalan yang baru dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan berbagai bidang lainnya, pastinya akan membutuhkan waktu. Kita pasti akan bersiap, tetapi belum tentu akan siap.

#LombaMenulisOpini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image