Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image cariz done

Terima Kasih Corona

Lomba | Thursday, 23 Sep 2021, 10:23 WIB

oleh :

Intan Nur Rahmawanti

Waktu menunjukan pukul 05.00 WIB. Seperti biasanya keriuhan pagi mengolah raga dan jiwa menyiapkan segala keperluan seharian. Suhu dan jeritan ceret di dapur, gerujuk air di kamar mandi, suara tausiah pagi di TV, kecutnya bau selimut di kamar, dan rengekan anak-anak yang kesulitan bangun, memecah dan menghangatkan dinginnya pagi di gubug kecilku. Aktifitas bebas tanpa batas melalui hari, kesana kemari mengumbar mimpi, menjadi ritme setiap hari. Lelah letih pun dijalani.

Mall, Cafe, Sekolah, Kantor, Pasar, apa saja pasti ku hampiri. Sekedar menghabiskan hari. Berulang lagi esok harinya. Tak bisa kondisikan mana pasak mana tiangnya, susah payah membangun tiang, pasaknya semakin dibesarkan. Hanya untuk kepuasan dan kebiasaan.

Itu dulu ....

Hampir 2 tahun yang lalu ...

Bagai jantung yang makin melemah, detaknya semakin terhenti. Ketika serangan Covid - 19 merajalela. Kepanikan, ketakutan, dan kesakitan benar-benar terjadi. Awalnya tidak percaya menganggap remeh, "ah", cuma seperti virus flu biasa. Namun berita kematian mendadak digaungkan di seluruh negeri. Bahkan sanak saudara dan handaitauland yang dikenal dekat telah pergi. WA Group tak henti -henti mengabarkan berita kematian.

Sangat mencekam. Seperti siaga perang. Harus waspada selalu waspada kalau musuh menyerang. Namun ini musuhnya sangat dekat dan kasat mata.

Standar keselamatan dan kesehatan menjadi komiditi sehari-hari. Lahirlah istilah Prokes, 3M, Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak menjadi slogan kehidupan. Rumah adalah markas pertahanan. Siapa yang berani keluar markas harus tertutup, bahkan seperti astronot. Bertahan atau kelaparan, sulit menentukan pilihan.

Situasi ini menggiring kita untuk menerjemahkan sebuah hikmah dari datangnya wabah. Atas segala yang pernah kita nikmati, ribuan tahun sebelumnya. Sepanjang-panjangnya umur manusia di tahun 2021 ini pasti tak pernah mengalami tragedi bencana non alam se-tragis ini dalam hidupnya. Kalaupun pernah ada pada 1918 di Spanyol pernah pandemi yang parah, namun penyebabnya bukan virus. Berikut bencana wabah lainnya namun hanya terjangkit di beberapa negara, seperti SARS, MERS, EBOLA dll. Corona Virus - 19 ini telah merenggut nyawa 141.000 manusia di seluruh dunia, termasuk saudara dan teman dekat kita.

Tak hanya merenggut nyawa manusia, corona juga berhasil melumpuhkan sektor perekonomian dunia yang berakibat resesi. Hutang luar negeri menjadi tak terbayarkan, sektor industri dan konsumsi dalam negeri lumpuh dan mati perlahan-lahan. Hanya industri-industri kreatif dan kecil yang mampu menonjol. Tak ada lagi kesombongan - kesombongan adidaya. Siapa kuat dia hebat, tak lagi ada. PPKM, PSBB tak tahu kapan berakhirnya.

Corona yang hebat

Ia mampu melumpuhkan ekonomi, dan melumpuhkan kesombongan. Ia juga dapat membangkitkan kesadaran, tentang arti penting kepedulian. Arti penting penghematan dan perjuangan. Kalau dulu kita cukup saja menanti hari, "esok kan ada lagi". Sekarang tidak demikian, karena esok belum tentu ada, selama corona masih ada. Apa yang kita dapatkan hari ini belum tentu besok atau bulan depan kita dapatkan, karena situasi belum kondusif. Masyarakat pun belum sepenuhnya mampu bangkit dari keterpurukan. Banyak korban PHK, banyak Perusahan juga pailit, mereka yang dinanti oleh masyarakat lain tidak ada yang bisa diharapkan.

Kembali lagi kita pasrahkan diri kepada Tuhan. Hanya ia yang mampu menjamin hidup kita.

Dari Corona kita kembali ke alam

Dari Corona kita belajar bersyukur

Dari Corona kita belajar berempati

Dari Corona kita belajar Iman dan Takwa

Dari Corona kita belajar Kreatif dan positif

Dari Corona kita belajar tertib

dan masih banyak lagi pelajaran berharga dalam hidup kita. Dari belajar kita diuji, mampukah kita melewatinya ?

Sampaikan kepada anak cucu kita bahwa kita mampu. Kita sanggup bertahan dari serangan corona secara fisik, mental dan ekonomi. Kita akan hidup lebih baik lagi kedepannya. Tentu saja setelah Corona pergi secepatnya. Diambil kembali oleh penciptaNya. Seraya memohon segala ampunanNya. Atas segala dosa yang diperbuat manusia. Karena sejatinya ujian juga sebagai peringatan sebagaimana firmanNya :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS-AR-Rum 41).

Terima kasih Corona, kau ajarkan kami kembali menjadi lebih baik lagi.

Selamat Tinggal Pandemi, Jangan pernah kembali lagi dalam hidup kami.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image