Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Istiqomah

Sejuta Potensi Kepri Yang Patut Digali

Info Terkini | Monday, 16 May 2022, 14:51 WIB
Suasana Malam Takbir hari Raya

Deburan ombak pantai beserta angin menerbangkan dedaunan kelapa ditengah pekatnya malam ini. Kabupaten Karimun, posisi dari timur Kecamatan Durai terletak di pulau Sandam.

Sudah sepekan berlalu menikmati suasana hari raya yang jauh dari ributnya kota. kampung halaman menyiratkan kerinduan yang dalam.

Suasana kampung di Kepulauan Riau berbeda dengan tempat lainnya di Indonesia. Mudik atau 'balek kampung' menggunakan transportasi kapal laut. Macam-macam alatnya terdiri dari kapal, speed boat dan pompong atau perahu menggunakan mesin. Untuk mudik antar pulau, tidak seperti kota-kota besar yang dipenuhi dengan MRT atau kereta.

Orang tua mencium kening anak-anak yang datang dari rantauan. Berkumpul sanak saudara menikmati aroma khas dan tradisi lampu obor malam takbir. Syahdu dengan kalimat dan lafaz kalimat haq menggema saat itu, rumah-rumah tercium bau rendang dan aneka makanan khas melayu.

Aksen mendayu dan ramah tamah yang memikat orang-oranng nya. Suatu ketika kami berkesempatan untuk mengunjungi tempat wisata. Namanya dikenal dengan kolam biru, tempat berswafoto yang ramai didatangi warga sekitar saat libur nasional. Jarak tempuh dari pulau Sandam menggunakan pompong 15 menit menuju Durai dan 30 Menit menggunakan bak terbuka hingga sampai dilokasi.

Menariknya kolam ini adalah bekas galian tambang timah. Genangan air menjadi berwarna biru. Sehingga menjadi destinasi wisata. Jumlah potensi timah di kabupaten Karimun seluas 367,16 Ha. Posisi Pulau Sandam sendiri dipenuhi dengan pepohonan kelapa dan Pelam (baca dengan huruf e di kata belajar) penerangan menggunakan PLTS dengan kapasitas kurang lebih 400 watt maksimal pemakaian.

Rata-rata penduduk sekitar bermata pencaharian sebagai nelayan. Sangat sedikit Akses untuk berbelanja harus menyebrang menggunakan kendaraan pompong menghabiskan waktu 15 menit lamanya. Perjalanan dengan moda transportasi ini dilalui hari-hari oleh penduduk sekitar. Menikmati sunset dan sunrise tiap pagi dan petang ditengah perjalanan. Pembangunan belum seluruhnya merata, bisa dikatakan disparitas penduduk juga kian terasa.

Kenaikan jumlah kemiskinan baik dari sumberdaya dan fasilitas menunjang sangat didambakan. Diberbagai sudut mata memandang lautan tampak luas disanggah dengan pulau-pulau dengan dermaganya. Butuh akses yang tak mudah untuk memperoleh kesehatan dan pendidikan. Karena kawasan hinterland memakan banyak waktu serta tenaga untuk mencapai hal tersebut. Walhasil, akan lebih banyak lagi jurang pemisahnya dalam urusan kemajuan, potensi mutiara di kawasan Khatulistiwa tidak ada bernama “keadilan” pulau semacam hinterland ini jelas tidak akan mengenal kata smart city. Untuk menyambung hidup sudah amat bersyukur apatah lagi menikmati segudang fasilitas.

Disela-sela penghujung sore terdengar dilangit-langit pulau sederhana ini lantunan takbir hingga sempurnanya ibadah sholat, kalimat indah lailaha ilallah terdengar begitu syahdu menemani tiap malam-malam yang panjang. Getaran suasana Islam yang amat kental mensyaratkan agar segala aturan tak lain hanya bisa sempurna ditegakkan dengan aturan Islam bukan lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image