Ramadhan Telah Pergi, Bagaimana Kualitas Keimanan Kita?

Hikmah  
Pertahankan iman dan takwa meski Ramadhan telah usai

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang begitu banyak keutamaan dan sangat ditunggu-tunggu kaum Muslim di seluruh dunia. Mereka berlomba-lomba memperbanyak ibadah, menyucikan jasmani serta rohaninya, dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Di bulan Ramadhan, kita dapat menyaksikan kaum Muslim bersama-sama menahan rasa lapar, haus, serta hawa nafsunya. Mereka berbondong-bondong memenuhi masjid guna melaksanakan shalat tarawih serta membaca al-Qur'an di rumah-rumah mereka. Bahkan di 10 malam terakhir, semangat beribadah kaum Muslim bertambah besar, utamanya untuk mencari malam kemuliaan, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Tibalah Hari Raya Idul Fitri, kaum Muslim saling bermaafan, bersilaturahim kepada kerabat, serta momen melepas rindu anak rantau kepada keluarganya. Namun, bagaimana kualitas keimanan setelah Ramadhan pergi?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seringkali setelah Ramadhan pergi masjid pun menjadi sepi. Suara lantunan bacaan Kitab Suci tidak lagi terdengar di setiap rumah kaum Muslim. Semua kembali asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Betapa meruginya kita apabila Ramadhan telah pergi namun dosa kita belum terampuni.

Untuk itu, mari kita renungkan wasiat Rasulullah Salallahualaihi wa Sallam dalam haditsnya yang di riwayakan oleh Abu Dzar Al Ghifari. "Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada," (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).

BACA JUGA: Hati yang Terkunci

Bisa kita tarik kesimpulan dari Hadits di atas bahwa Rasulullah SAW telah menyerukan agar kita bertakwa di mana saja berada, tak sekadar di bulan Ramadhan. Takwa artinya takut kepada Allah Ta'ala. Jadi, ketika kita berada di tempat mana pun, di waktu kapan pun, takwa harus tetap ada di dalam hati kita.

Di bulan Ramadhan kebanyakan manusia bertakwa kepada Allah Ta'ala. Namun setelah Ramadhan, iman kembali turun. Begitu pun ketika berada di majelis ilmu, atau di masjid dan pesantren, banyak orang bertakwa kepada Allah Ta'ala. Namun setelah keluar, kebanyakan manusia kembali melakukan kemaksiatan.

Karena itu mari kita tanamkan selalu sikap takwa di dalam hati. Jadikan Ramadhan sebagai ajang melatih diri menahan hawa nafsu, baik nafsu syahwat maupun syubhat. Harapannya, ketika selesai Ramadhan, kualitas keimanan kita akan lebih meningkat ketimbang sebelum Ramadhan.

Wallahu'alam ***

Penulis: Safira Hayuni | Mahasiswi STID M Natsir Jakarta

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image