Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Santuso

Yuk Belajar Ghorib Agar Bacaan Al-Qur'an Kita Benar

Agama | Saturday, 11 Sep 2021, 13:47 WIB
(sumber gambar: mistertuso.blogspot.com)

Membaca Al-Qur'an  adalah ibadah yang sangat mulia. Setiap huruf yang kita baca dari Al-Qur'an  Al-Karim itu akan dinilai 10 pahala dari Allah Swt. Bahkan, pahala membaca Al-Qur'an  itu bisa dilipat gandakan oleh Allah saat bulan Ramadhan. Luar biasa sekali, bukan?

Pahala yang luar biasa itu sudah seharusnya bisa memotivasi kita untuk selalu senang dan rajin membaca Al-Qur'an  setiap hari. Namun, penting untuk kita ketahui, Alquran tidak sekadar dibaca hanya dengan bermodalkan semangat doang lho ya. Kita juga harus mengetahui ilmu-ilmu seputar cara membaca Alquran dengan benar.

Dalam Al-Qur'an  surat Al-Muzammil ayat 4, Allah memerintahkan kita membaca Alquran dengan tartil. Tartil ialah membaca Alquran sesuai dengan makhroj dan tajwidnya. Maka dari itu, kita harus belajar makhroj dan tajwid ya agar bacaan Alquran kita benar.

Di samping makhroj dan tajwid, ada satu pelajaran lagi yang perlu kita pahami agar kita tidak salah dalam membaca Alquran yaitu bacaan ghroib. Ghorib merupakan bacaan yang dianggap asing. Maksudnya, bacaan tersebut tidak lazim seperti pada umumnya yang telah dijelaskan dalam ilmu makhroj dan tajwid.

Untuk lebih jelasnya,berikut ini rangkuman tujuh bacaan ghorib yang perlu kita ketahui dan pahami agar bacaan Alquran kita tidak salah kaprah.

1. Nun wiqoyah atau nun washol di bawah (subscript)

Jika kita menemukan huruf nun kecil di bawah ayat, hal itu berarti nun wiqayah atau disebut juga nun washol. Huruf nun kecil ini dibaca kasroh (ni). Apabila satu huruf sebelum adanya nun wiqoyah ini berharokat tanwin, maka huruf tersebut diubah menjadi harokat non-tanwin, yaitu fathah-tain diubah menjadi fathah, kasroh-tain diubah menjadi kasroh, dan dhommah-tain diubah menjadi dhommah.

Sedangkan, apabila satu huruf sebelum adanya nun wiqoyah ini berharokat fathah, kasroh, atau dhommah, maka huruf tersebut tetap dibaca sesuai harokatnya tanpa ada perubahan. Contohnya di QS. Al-Baqarah: 180; Yusuf: 8; Al-Kahfi: 88; An-Najm: 50; dan Al-Jumuâ ah: 11.

Misal di QS. Al-Baqarah: 180, kata khoiron (nun wiqoyah) washiyyatu dibaca khoiro-nil washiyyatu.

Adapun jika ada nun wiqoyah yang berada di awal ayat, maka itu tidak dibaca (dianggap tidak ada).

2. Tanda bulatan kecil di atas (superscript)

Bacaan ghorib yang satu ini ditandai dengan adanya bulatan berbentuk lingkaran kecil (shifir mustadir) di atas huruf. Bulatan kecil di atas huruf ini menandakan bahwa huruf tersebut tidak boleh dibaca panjang, baik ketika waqof (berhenti) maupun washol (bersambung). Contohnya terdapat dalam QS. Ali Imron: 144; Al-An'am: 34; Yunus: 75 & 83; Al-Mu'minun: 46; Al-Kahf: 14, 23, & 38; Al-Insan: 16; Yusuf: 87; Al-A'raf: 103; Muhammad: 4 & 31; Az-Zukhruf: 46; Ar-Ro'du: 30; dan Ar-Rum: 39.

Misalnya kata afaa-in dibaca afa-in (di QS. Ali Imron: 144); kata malaa-ihim dibaca mala-ihim (di QS. Yunus: 83).

Ada juga bulatan berbentuk lonjong (shifir mustathil) yang berada di atas huruf. Tanda ini bermakna huruf tersebut dibaca panjang pada waktu waqof (berhenti) dan dibaca pendek ketika bacaan washol (bersambung). Contohnya terdapat dalam QS. Al-Kafirun: 4; Al-Kahf: 38; Al-Ahzab di antara ayat 10-11 & di antara ayat 66-67; An-Nahl: 2; Al-Insan: 15; dan Az-Zukhruf: 81.

Misalnya di QS. Az-Zukhruf: 81, huruf na dalam kata fa-anaa dibaca panjang jika waqof dan dibaca pendek jika washol.

Selain itu, ada juga tanda bulatan kecil di atas huruf yang memiliki aturan khusus. Misalnya, setiap kata tsamuuda (contohnya di dalam QS. Huud: 68; Al-Furqon: 38; An-Najm: 51) dibaca pendek jika washol dan dibaca sukun jika waqof (menjadi: tsamuud). Aturan khusus lainnya juga terdapat dalam QS. Al-Insan: 4 yaitu huruf la pada kata salaasila dibaca pendek jika washol namun bisa dibaca sukun atau dibaca panjang 1 alif jika terpaksa waqof. Begitu pula di QS. Al Insan: 16, jika waqof di kata yang bertanda bulatan kecil, maka ro-nya dibaca sukun (menjadi: qowaariir).

3. Hurufnya shod tapi dibaca sin

Bacaan ghorib yang selanjutnya adalah tulisan dan bacaan bisa berbeda, yaitu tulisan shod justru dibaca sin. Bacaan ini ada yang bersifat wajib dan ada juga yang bersifat opsional (boleh memilih). Adapun yang bersifat wajib terdapat dalam QS. Baqarah: 245 dan Al-Aâ rof: 69, huruf shod harus dibaca sin. Kata yab shuthu di baca yab suthu dan kata bashthotan dibaca basthotan.

Namun, ada juga yang bersifat opsional (boleh memilih), misalnya dalam QS. Ath-Thur: 37. Di dalam ayat tersebut, ada tulisan shod yang bisa tetap dibaca shod tapi boleh juga dibaca sin. Kata amhumul mushoitirun boleh dibaca tetap amhumul mushoitirun tapi boleh juga dibaca amhumul musaitirun.

4. Harokatnya fathah tapi boleh dibaca dhommah

Bacaan ghorib ini terdapat pada QS. Ar-Ruum: 54. Dalam ayat tersebut, kata dho fin tetap dibaca dho fin tapi boleh juga dibaca dhu fin; kata dho fan tetap dibaca dho fan tapi boleh juga dibaca dhu fan.

5. Tidak boleh membaca basmalah

Pada umumnya, membaca awal surat di dalam Al-Qur'an pasti diawali dengan basmalah (bismillaahir rohmaanir roohim). Namun, khusus untuk surat at-Taubah, justru kita dilarang membaca awal surat dengan basmalah. Hukum larangan ini bersifat makruh meskipun ada ulama yang mengatakan bahwa larangan tersebut bersifat haram.

6. Satu kata dicetak kecil yang diletakkan di atas (superscript) atau bawah (subscript) ayat

Jika kita menemukan satu kata yang ditulis kecil di atas atau di bawah ayat, ketahuilah bahwa hal tersebut adalah bacaan ghorib. Maka dari itu, kita harus perhatikan ayat tersebut dan baca dengan hati-hati karena pastinya cara membaca ayat tersebut agak berbeda.

Kata yang dicetak kecil yang diletakkan di atas ayat merupakan bacaan saktah. Saktah artinya berhenti sebentar sekadar satu alif (sekitar 2-3 detik) tanpa bernafas. Bacaan saktah ada empat, yaitu di QS. Al-Kahfi antara ayat 1-2; Yasin: 52; Al-Qiyamah: 27; dan Al-Muthoffifin: 14.

Kata kecil yang ditelakkan di bawah ayat terdiri atas tiga macam ghorib, yaitu bacaan imalah, bacaan isymam, dan bacaan tas-hil.

Bacaan imalah berarti memiringkan bunyi fathah pada kasroh, yang terdapat pada QS. Huud: 41. Kata maj roohaa dibaca maj reehaa (vokal e seperti membaca kata sate).

Adapun bacaan isymam berarti bibir mencucu atau moncong di tengah-tengah dengung sebagai isyarat bunyi dhommah, yang terdapat pada QS. Yusuf: 11. Kata laata' man-naa dibaca laata' man-(lalu bibir moncong, lalu bibir senyum, lalu bibir moncong lagi)-naa.

Sedangkan, bacaan tas-hil berarti meringankan bunyi hamzah yang kedua yang terdapat pada QS. Fushshilat: 44. Kata a-jamiyyun dibaca aa-jamiyyun.

7. Bacaan ghorib lainnya

Ada bacaan ghorib di QS. Al-Ahqof: 4. Dalam ayat tersebut, kata fissamaawaat, iituunii apabila washol (bersambung) dibaca fissamaawaati' tuunii

Selain itu, ada juga bacaan ghorib di QS. Al-Hujurat: 11. Dalam ayat tersebut, kata bi salismu dibaca bi' salismu.

Demikianlah tujuh rangkuman pelajaran ghorib. Pelajaran ini tentunya tidak bisa maksimal jika hanya dipelajari secara otodidak. Sebab, pelajaran ghorib merupakan salah satu pelajaran Al-Qurâ an sehingga termasuk tsaqofah Islam. Maka dari itu, kita membutuhkan guru untuk mempelajarinya.

Referensi:

Masruri, dkk. 2015. Belajar Mudah Membaca Al-Qur'an Ghoroibul Qur'an. Surabaya: Ummi Media Center.

Masruri & Yusuf. 2015. Belajar Mudah Membaca Al-Qur'an Jilid 6. Surabaya: Ummi Media Center.

Depag. 2014. Al-Qurâ an Terjemah & Tajwid. Bandung: Sygma.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image