Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deassy Destiani

Wapada Sihir Cinta Buta (Episode 1)

Gaya Hidup | Friday, 10 Sep 2021, 17:15 WIB
Sumber gbr : https://pixabay.com/id/illustrations/semesta-tangan-hati-cinta-memberi-4573369/

Sahabat, Anda mungkin sering mendengar kosa kata “cinta buta.” Cinta tak punya mata, jadi dia tak bisa melihat realita. Itulah definisi sederhana cinta buta. Namun meski tak punya mata sebetulnya cinta masih punya hati. Nah disinilah cinta yang buta bisa menjadi cinta sejati jika hati sudah memberikan arah jalan yang benar meski dalam kegelapan.

Ada beberapa kasus cinta buta yang bisa menjadi pembelajaran kita semua. Saya ambil dari berbagai sumber di surat kabar dan internet.

1. Kasus pembunuhan Ade Sarah Angelina Suroto (2014).

Dua pembunuhnya adalah sahabat dekat almarhum yakni Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd. Keduanya terbukti melakukan pembunuhan itu secara keji hanya karena alasan cemburu.

Dalam persidangan Hafitd mengatakan, sebelum pembunuhan Ade Sara, dia sering bertengkar dengan kekasihnya, Assyifa. Penyebabnya, Assyifa sangat cemburu melihat Hafitd kembali berhubungan dengan Sara, mantan kekasihnya melalui pesan singkat.

Rupanya, Assyifa merasa Hafitd lebih sayang dengan Sara, sang mantan ketimbang dirinya. Karena itulah, pertengkaran demi pertengkaran terus berlanjut. Akhirnya untuk membuktikan bahwa Hafitd lebih sayang dengan Assyifa merekapun sepakat melenyapkan Ade Sara. Kini mereka berdua harus mendekam di penjara seumur hidup.

2. Mahasiswi di Malang culik teman untuk diperkosa pacarnya (2015)

Aksi itu dia lakukan lantaran mahasiswi berinisial AS tersebut memiliki utang keperawanan terhadap pacarnya. Ceritanya kekasihnya bernama GM kesal karena ketika mereka berhubungan intim AS sudah tidak perawan. Kemudian GM meminta AS mencarikan teman yang perawan dengan ancaman akan diputuskan jika tidak bisa memenuhi permintaannya itu.

Takut kehilangan sang kekasih, AS mempersembahkan teman satu kampusnya yaitu EW. Temannya ini diajak jalan-jalan lalu di tengah jalan dibius dan akhirnya diperkosa oleh GM. Kejadian ini dilaporkan EW ke polisi karena EW tidak terima dirinya diperlakukan tak senonoh. AS dan GM pun ditangkap polisi dan harus mendekam di penjara.

3. Pacar istri membunuh suami (2018)

Seorang pedagang es campur bernama Jazuli ditemukan tewas dengan leher tergorok di tempat tidurnya pada tanggal 14 September 2018. Ternyata pelaku pembunuhan adalah pacar sang istri. Pembunuhan tersebut telah direncanakan oleh istrinya agar dia dan pacarnya bisa segera menikah.

Warga Desa Ujong Kulam, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, itu mengaku memiliki hubungan cinta mendalam dengan sang pembunuh. Jam, nama pelaku pembunuhan, berkenalan dengan istri Jazuli lewat media sosial. Hubungan mereka meningkat pada taraf saling jatuh cinta namun cinta yang buta.

Secara norma agama dan hukum tak mungkin hubungan cinta itu berlangsung. Jam sudah punya istri, sementara istri Jazuli itu juga sudah memiliki suami. Saat Idul Adha 2018, Jam menyarankan istri Jazuli ini membunuh suaminya agar mereka bisa segera menikah.

*****

Menurut sebuah penelitian di University College London, ternyata ada reaksi yang terjadi di sel-sel syaraf di otak kita saat jatuh cinta. Reaksi tersebut berupa lebih aktifnya bagian otak yang disebut ‘reward system’, yang berperan dalam menciptakan efek euforia.

Kalau kata Titiek Puspa, “Jatuh cinta, berjuta indahnya, Biar hitam biar putih manislah tampaknya.” Jatuh cinta itu memang membuat bahagia. Saat jatuh cinta, otak kita memproduksi berbagai macam hormon kebahagiaan. Itulah jawaban kenapa hati terasa berbunga-bunga saat jatuh cinta.

Ketika jatuh cinta, melihat dia di kejauhan saja sudah bikin kamu tersenyum bahagia. Anehnya kalau ditanya kenapa, kamu susah menjawabnya. Saat dekat dengan si dia, hormon serotonin meluber ke mana-mana. Sebab sel neuron otak kita juga terkoneksi dengannya. Hal itulah yang membuat kamu seolah mengenal dia melebihi yang orang lain.

Saat jatuh cinta, seolah-olah kita begitu mengenal pasangan. Padahal baru kenal beberapa bulan, kamu bisa merasa sudah memahami dia luar dalam. Neuron di otaklah yang bertanggung jawab atas itu semua, karena membuat kita terkoneksi dengan pasangan.

Hal ini pula yang membuat kamu selalu membela pasangan saat seseorang menceritakan fakta negatif tentang si dia, “Ah, dia nggak gitu kok orangnya.” Koneksi tak kasat mata di dalam otak membuat kamu merasa lebih mengenal dan memahami dia dibanding yang lainnya. Makanya ada lagu If Love is Blind dari Tifany yang pernah hit di era 90 an.

Cinta Buta bisa berbahaya ketika hormon cinta itu tumbuh subur tak terkendali. Saat hormon cinta tak terkendali bagian otak yang berperan atas kewaspadaan justru tertidur pulas. Itulah kenapa kita bisa jatuh cinta sampai tergila-gila bahkan bisa membunuh dan menyakiti sesama seperti kasus yang diceritakan di atas tadi.

Padahal bagian otak kewaspaadan ini yang berperan dalam membuat penilaian, serta segala hal yang sifatnya negatif seperti diskriminasi dan kecurigaan. Cinta itu buta karena bagian otak kewaspadaan tertidur sehingga bisanya hanya melihat yang ‘indah-indah’ saja.

Ketika sebuah hubungan sudah mulai muncul perselisihan dan pertengkaran biasanya sensasi sihir di otak yang membuat segalanya indah akhirnya memudar. Kadar hormon kebahagiaan mulai berkurang, sehingga kamu mampu merasakan marah, sedih, cemas, sedih, dan emosi negatif lainnya.

Terhentinya ‘magic-making’ di otak, sekaligus membuat matamu terbuka. Sehingga kelak ketika kamu mengakhiri hubungan dan melakukan refleksi, kamu akan berpikir, “Kok bisa sih aku nggak baca tanda-tandanya sejak dulu?” Ujung-ujungnya kamu akan bertanya, “Kok bisa sih aku jatuh cinta sama dia?”

Sahabat, Jatuh cinta boleh saja itu normal adanya. Tapi kalau kamu sudah mencapai tahap cinta buta sebaiknya ditinggalkan. Pasalnya cinta buta hanya akan membawa dampak buruk. Bukan cuma hubungan dengan orang sekitar jadi rusak, tapi jati dirimu bisa saja hilang.

Mau tahu apakah Anda mengalami cinta buta, cinta yang punya mata atau malah bucin alias budak cinta? Tunggu lanjutannya yah!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image