Dapatkah Sholat menjadi Syrik dan Haji menjadi Haram ?
Agama | 2022-05-11 22:23:20Sholat idealnya adalah ibadah kita kepada Tuhan YME dengan khusyuk dan tidak memikirkan masalah lain selain hanya pasrah kepada Allah SWT. Akan tetapi pada kenyataannya kadang kita sulit mengkhusyukan diri pada waktu sholat bahkan setelah sholat pun ada diantaranya hati kita masih keras dan melakukan ke zoliman terhadap manusia atau mahluk lainnya. Dan bagaimana sebaiknya yang kita harus lakukan agar sholat kita lebih khusyuk dan hasilnya berdampak sesudahnya ?.
Pertama-tama kita kaji ayat Al Quran yang menyatakan sebagai berikut :
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ“Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat.” (QS. Al Maidah: 91).
Juga hadist nabi, Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu salat dan bacaanku.”Rasulullah bersabda: “Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad).
setan khanzab akan mejauhi manusia saat azan berkumandang. Apabila azan sudah selesai, dia akan kembali menggoda manusia agar menunda waktu salat dan lain sebagainya.
Ingatlah, Allah telah menciptakan setan khanzab. Dia setan spesialis pengganggu shalat. khanzab, setan spesialis yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya.
Sebagai contoh kadang kita lupa sesuatu barang yang akan kita perlukan, nah ketika kita sholat ternyata kita mendapat pikiran coba nanti di cari ke suatu tempat dan setelah sholat kita ke tempat tersebut ternyata barang ditemukan. Alhamdulillahi.
Peristiwa ini bisa jadi godaan dari setan khanzab karena dengan hal tersebut dapat saja menurunkan kualitas sholat kita karena berkurangnya kekhusyukan bahkan dapat saja menjadi hanya aktifitas "olah raga" pisik saja dan bila ini menjadi kebergantungan kita maka dapat disebut "kesyirikan" karena bergantung pada setan khanzab bukan pada Allah SWT walaupun sarana nya ibadah sholat.
Sholat lima waktu sehari sebagai kewajiban umat nabi Muhammad SAW merupakan sarana yang baik dalam beribadah kepada Allah SWT, Bukan berarti kalo orang yang sudah sholat maka jaminan kebaikan karena ada orang yang berpendapat buat apa sholat kalo masih menyakiti orang lain seperti fitnah,korupsi, zolim dan lain sebagainya akan tetapi kita harus menyadari bahwa sholat adalah kewajiban dan Ikhtiar kita bukan tujuan kita karena hasilnya nanti adalah terserah Allah SWT sehingga kita dapat memaknai ibadah bukan hanya dalam lingkup pahala dan dosa saja.
Ada orang yang berpendapat bahwa buat apa sholat jika masih Korupsi, berlaku zolim dan lain sebagainya lebih baik orang yang tidak sholat tetapi output/ hasilnya baik kepada manusia seperti jujur, integrasi, rendah hati, adil dan lain sebagainya. Idealnya dalam hubungan manusia dengan Allah dan juga hubungan manusia dengan manusia atau mahluk adalah baik keduanya. Akan "pincang" ketika kita hanya membandingkan salah satu hubungan tersebut dan era sekarang manusia lebih fokus kepada dirinya sendiri (Ego) dimana yang sholat fokus kepada dirinya dan Allah dan orang luar melihatkebaikan hanya fokus kebaikan untuk manusia atau mahluk lain saja tidak diintegrasikan juga kepada penciptaNya.
Islam sebagai agama seimbang tidak hanya fokus ibadah kepada Tuhan YME tetapi juga sangat banyak ibadah yang berdimensi sosial, salah satunya mungkin juga dapat dipertimbangkan masukan tentang Haji bersekutu dengan setan oleh Prof.Dr. Ali Mustafa Yaqub mantan Imam Besar mesjid Istiqlal yang menyindir orang yang gemar naik haji berulang-ulang sebagai 'pengabdi setan'.
Menurut Ali Mustafa tak ada satu pun ayat yang menyuruh umat Islam melaksanakan haji berkali-kali, sementara masih banyak kewajiban agama yang harus dilakukan. Seperti menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin, berkeadilan dan lain sebagainya.
Kita selalu bershalawat kepada nabi Muhammad SAW akan tetapi apakah hal itu saja cukup dan apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW ? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Karena fakta sejarah Nabi hanya 1 (satu) kali ibadah haji itupun Haji Wada (Perpisahan) pada 10 H sedangkan dari kesempata yang ada maka Nabi bisa saja ber haji lebih dari 1 kali. Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur ? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan," dan ini dapat di katagorikan "Syrik" ?.
Hadis qudsi riwayat Imam Muslim menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka'bah.
"Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta'addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual)," tulis Ali Mustafa.
Menurut dia, jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.
Kita belum 'Thawaf' ke sekeliling lingkungan kita, kemungkinan masih banyak dhuafa, anak yatim piatu ataupun kemungkaran yang meraja lela. Nabi Ismail A.S dan Nabi Ibrahim A.S menjadi salah satu pedoman dalam berhaji dan itu juga pedoman kita dalam membentuk keluarga yang sakinah dimana keluarga tersebut menjadi panutan hingga tiap tahun kita adakan perayaan idul Adha untuk memaknainya.
Alam semesta ini di ciptakan Allah sudah pasti ada manfaat dan fungsinya masing-masing, berbagai mahluk dari yang dapat kita lihat sampai dengan yang tidak terlihat dan Allah memastikan semuanya di perhitungkan yaitu :
......Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Jadi ga usah pusing memikirkan mana perbuatan yang paling baik dan kita tidak bergantung pada penilaian dari manusia, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan pasti tercatat begitu juga keburukan yang dilakukan.
Ayo kita tingkatkan Ikhtiar ibadah kita dengan berlomba-lomba dalam kebaikan dan semoga Allah meridhoiNya. Aamiin YRA.
Wallahu a'lam bish-shawabi ( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ )
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.