Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Antara Aceh, Uni Emirat Arab, dan China Garap Investasi Pariwisata di Pulau Banyak

Wisata | Thursday, 09 Sep 2021, 06:51 WIB
(Menteri Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan/Foto: Republika.co.id)

Uni Emirat Arab (UEA) rupanya benar-benar jatuh hati pada pesona alam Aceh. Eksotisme pulau Singkil membuat penguasa negara kaya minyak itu ia ingin menanamkan modal triliunan rupiah untuk mengembangkan sektor wisata.

Menko Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan (LBP) mengatakan rencana investasi UEA semakin mendekati kenyataan. LBP mengungkapkan, Arab akan menggelontorkan uang bsebanyak Rp 7,1 triliun atau proyek setara US$ 500 juta di Aceh.

Penandatanganan kontrak investasi antara Aceh dan UEA sudah dilakukan pada Maret 2021 antara Gubernur Aceh Nova Iriansyah dengan Direktur Eksekutif Murban Energy Amine Abide seiring dengan kunjungan Menteri Energi dan Infrastruktur Suhail Al-Mazroui.

Pariwisata yang akan dikembangkan oleh UEA bersama partnernya adalah mendirikan resor di kawasan pantai atau tepi laut di seputaran Aceh Singkil. Di kawasan ini terdapat 40 hektare lahan yang dapat dibangun resor untuk wisata.

"Ada 40 ribu hektar kawasan di Singkil yang menarik hati UEA. Mereka akan membangun resor dan kawasan wisata di daerah ini," kata Luhut kepada media, Rabu, (8/9/2021).

Investasi Arab di Aceh ditengarai inilah yang paling spektakuler, jika benar-benar terwujud nantinya. Meskipun kedua negara mayoritas muslim, namun baru kali ini Arab berani menggelontorkan uangnya di Aceh dengan jumlah sebesar itu.

Meski mendapatkan kabar baik soal kelanjutan proses investasi tersebut, Luhut Binsar Panjaitan juga melansir akan keterlibatan China dalam proyek pariwisata UEA itu. Karenanya ia meminta agar masyarakat tidak marah dengan campur tangan China.

"Tapi Anda jangan marah, dia (UEA) membawa China pula untuk kemari. Dunia itu berputar, jadi kita jangan terlalu marah-marah, kenapa Indonesia ke China? Ini malah Abu Dhabi membawa CEO-nya orang China. Jadi inilah sekarang globalisasi itu," katanya.

Menteri kepercayaan Jokowi itu mengingatkan agar masyarakat tidak marah kepada China meski ideologi negara tersebut berideologi komunis. Dan dia memberi makna globalisasi dengan cara melakukan kerjasama dengan mereka.

Sebetulnya masyarakat Indonesia termasuk Aceh adalah masyarakat yang memiliki budaya ramah (welcome) kepada siapapun tak terkecuali etnik Tionghoa. Bahkan di setiap sudut (Peunayong) Kota Banda Aceh terdapat komunitas yang sudah lama tinggal disana. Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat Aceh yang mayoritas Islam.

Jadi antara Aceh, Arab, dan China adalah segitiga benua yang terbentuk dalam sebuah kerjasama investasi yang ideal. Namun tetap harus dalam koridor yang berlaku.

(Putra Mahkota Kerajaan UEA, Mohammed bin Zayed Al Nahyan/Republika.co.id)

Ketertarikan putra mahkota kerajaan UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan terhadap kemolekan Pulau Banyak Aceh Singkil tidak boleh membuat dirinya lupa diri. Dia mesti menjaga kearifan lokal bilamana nantinya ia kerap berkunjung ke sana.

Sesuai informasi yang beredar, proyek milyaran dollar itu juga rencananya akan dibangun lapangan terbang langsung (direct flight) untuk memfasilitasi sang putra raja dari Arab menuju Singkil Aceh.

Penerbangan langsung tersebut sangat mungkin dilakukan karena hanya butuh 5 jam saja untuk mencapai Aceh atau sebaliknya. Jadi keluarga raja bisa weekend di sana bahkan bisa dalam satu hari pulang-pergi, sangking dekatnya.

Semoga pemerintah daerah dan dibantu oleh pusat bisa mengawal investasi besar ini sekaligus menjaga agar pembangunan yang dilakukan tidak merusak lingkungan (ekosistem) dan mencemari laut. Begitu pula pemerintah juga harus memberikan perhatian dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image