Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Muhtadin

Pawai dan Pesta Kembang Api, Cara Unik Pakistan Merayakan Hari Kemerdekaan

Info Terkini | 2021-08-14 04:33:32
Ket: Rombongan mobil dan motor melakukan pawai di jalanan Islamabad.

Pakistan - Setiap negara selalu mempunyai caranya sendiri dalam merayakan hari kemerdekan (Independent Day). Lain Indonesia, lain juga Pakistan. Negara yang merdeka pada tanggal 14 Agustus 1947 ini punya cara yang cukup unik dan asyik dalam merayakan kemerdekaannya. Jika Indonesia merayakan kemerdekaan dengan rentetan acara berhari-hari, Pakistan merayakannya layaknya pergantian tahun baru.

Tepat pukul 00.00 PKT (Pakistan Time) 14 Agustus, langit Islamabad mendadak dipenuhi kembang api di mana-mana. Suara ledakan yang bising terdengar saling bersahutan. Meski gerimis mengguyur daratan Islamabad, tidak menyurutkan semangat warga Pakistan untuk turun ke jalan dan melakukan pawai.

“Beginilah kami merayakan kemerdekaan, semua orang Pakistan akan melakukan ini,” ungkap seorang kakek dalam taksi di sekitar Fasial Avanue Road, E-7, Islamabad sambil memangku anak kecil, mungkin cucunya. Namun, percakapan kami terhenti oleh lampu lalu lintas yang berubah hijau.

Tak jauh dari situ, rombongan motor tampak melakukan konvoi sambil membawa bendera Pakistan. Sementara itu, mobil-mobil juga mendadak dihias dengan bendera Pakistan, sebagiannya, atap mobil dibuka dan orang-orang bernyanyi sambil meniup terompet. Uniknya, beberapa bagasi belakang mobil sengaja dibuka dan mereka saling sahut bersorak.

Ket: Mobil yang dihiasi dengan bendera Pakistan.

Jalanan Islamabad yang hampir tidak pernah macet seketika padat merayap dan lumpuh total. Meski pandemic masih belum usai, nampaknya tidak mempengaruhi mereka untuk menyemarakkan hari berpisahnya Pakistan dari India ini. Tua muda, pria wanita bahkan anak-anak tampak menikmati pesta tahunan ini seperti pesta kembang api.

Lagu-lagu kebangsaan terdengar diputar di sepanjang jalan. Atribut kemerdekaan yang beragam juga turut menghiasi pawai. Kebanyakan didominasi oleh warna hijau dan putih, warna khas bendera Pakistan. Di bibir jalan, orang-orang melingkar dan menari sambil menikmati musik-musik Pakistan berbahasa Urdu.

Ket: Salah satu kembang api yang dinyalakan saat perayaan kemerdekaan Pakistan.

Malam semakin larut, semakin bertambah pula hiruk pikuk dan keramaian. Pedagang atribut kemerdekaan berjejer di sepanjang jalan yang merupakan akses utama menuju Faisal Masjid, salah satu ikon Pakistan.

Makna ‘Merdeka’ Bagi Warga Pakistan

Ket: Beberapa anak kecil tampak keluar dari jendela mobil sambil memegang bendera Pakistan.

Yaum-e Āzādī (Hari Kemerdekaan; Urdu) mempunyai arti cukup penting bagi warga Pakistan. Negara yang merupakan Subbenua India (Indian Subcontinent) ini dulunya adalah wilayah gabungan dengan India dan Bangladesh. Setelah akhirnya Muhammad Ali Jinnah, Tokoh Nasional Pakistan, berhasil memperjuangkan kemerdekaan Pakistan dari tangan Imperialisme Inggris pada tahun 1947. Lewat Gerakan kemerdekaanya, lalu diteruskan oleh muridnya, Allama Iqbal, Pakistan resmi memisahkan diri sebagai negara Islam dari India dan bangladesh.

Oleh sebab itu, merdeka (zindabad; Urdu) seperti sebuah kata magis yang seakan mempunyai nyawa bagi warga Pakistan. Tidak heran, kata tersebut terus diteriakan di tengah-tengah perayaan, meski kadang suaranya tenggelam oleh terompet dan deru mesin kendaraan.

Anees Taheer, seorang pengacara, mengungkapkan bahwa 14 Agustus bukan sekedar kemerdekaan dari kolonial Inggris.

“Kami (Pakistan) dulunya satu wilayah dengan Bangladesh dan India, namun berkat perjuangan penuh kami bisa memisahkan diri sebagai negara Islam. Itu berkat perjuangan yang cukup besar menurutku,” tuturnya saat ditanya tentang makna merdeka bagi Pakistan.

Oleh sebab itu, jelasnya, gaya perayaan Pakistan terkesan sedang merayakan kemenangan dan kebebasan yang harus diluapkan.

“Ini style kami dalam merayakan, orang bisa setuju dan bisa juga tidak. Namun semua orang behak untuk merayakan, termasuk Pakistan. Amerika punya caranya senduri, Inggris pun juga,” tukasnya sambil sedikit terkekeh.

Namun demikian, Anees berharap bahwa warga Pakistan tidak hanya merasakan merdeka dalam perayaan semata. Merdeka baginya adalah tentang banyak hal.

“Saya berharap warga Pakistan bisa dapat mendapatkan pendidikan yang merata. Jika berkaca dengan negara maju lain, warganya bisa hidup dengan nikmat dan layak, mendapat fasilitas yang baik, seperti air, pendidikan, keamanan. Pakistan ,saya pikir bisa untuk menyelesaikan masalahnya dan bisa memaknai kata merdeka itu sendiri,” terangnya jelas.

Sementara itu, di bilangan pusat F-10, Islamabad, Harees, seorang penjaga kedai Chai (minuman khas Pakistan) menikmati perayaan kemerdekaan sambil melayani tamu yang datang. Ia harus tetap bekerja sebab kedainya beroperasi 24 jam.

“Saya sangat ingin merayakan dan turun di jalan. Tapi saya terpaksa harus menjalankan tugas saya terlebih dahulu (bekerja),” keluhnya lalu suaranya hilang oleh dentuman kembang api./ Ali Muhtadin.*

*Penulis merupakan mahasiswa semester 7 di International Islamic University of Islamabad (IIUI), Pakistan jurusan Aqidah & Filsafat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image